Mataram, Garda Asakota.-
Wakil
Ketua Tim Pengkaji dan peniliti Gelar Nasional (TP2GN), Prof. Dr. Anhar
Gonggong yang juga seorang sejarawan Indonesia menilai Pahlawan Nasional TGKH.
Zainuddin Abdul Madjid yang lebih dikenal sebagai Maulana Syaikh adalah sosok
pahlawan yang sangat hebat.
Kehebatan itu, menurutnya, dilihat dari garis
perjuangan Maulana Syaikh di bidang pendidikan dan membentuk karakter
yang baik sebagai modal terpenting bagi sebuah bangsa dan masyarakat. “Beliau
membangun banyak pondok pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan keagamaan
lainnya. Sepanjang hidupnya beliau terus berjuang memberikan bekal pendidikan
kepada anak anak muda pada jamannya, adalah kehebatan luar biasa yang tidak
dimiliki oleh orang lain. Beliau memiliki keperdulian yang tinggi kepada
masyarakat untuk bisa keluar dari kebodohan dan keterbelakangan. Inilah nilai
nilai kepahlawanan yang terpenting dan sesungguhnya. Maulana Syaikh berhasil
membangun dan menciptakan manusia yang tidak hanya beragama, tetapi juga
berakal Budi dan cinta tanah air, itulah nilai- nilai kepahlawanan yang paling
utama," ujar ahli sejarah itu kepada sejumlah awak media saat acara
penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional kepada Maulana Syaikh TGKH
Zainuddin Abdul Madjid oleh Presiden RI, Joko Widodo di Istana Negara Jakarta,
Kamis (9/11-2017).
Dengan ditetapkannya Maulana Syaikh sebagai
Pahlawan Nasional, maka hikmah atau nilai-nilai yang harus diteladani kedepan,
menurutnya, generasi muda NTB harus terus memperkuat dan menyiapkan diri dengan
pendidikan, berusaha menguasai teknologi serta menyiapkan diri untuk mampu
bersaing sekaligus mampu menyiapkan untuk pandai bekerja sama.
Ia mengatakan bahwa kesalahan terbesar selama
ini, orang cenderung hanya menggembar-gemborkan untuk bekerja dan bersaing,
tetapi bersaing belum tentu bisa bekerja sama. "Jika hanya bersaing dan
tidak mampu bekerja sama, bagaimana mungkin bisa mencapai hasil yang maksimal. Persepsi
yang keliru ini harus dihentikan. Tetapi seharusnya kita tidak hanya
pandai bersaing, namun juga pandai bekerja sama,” pungkasnya. (GA. Imam*).