-->

Notification

×

Iklan

Dampak Kekeringan Mulai Terasa, Komisi II DPRD NTB Sarankan Pemerintah Siapkan Langkah Penanganan

Saturday, August 12, 2023 | Saturday, August 12, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-08-11T23:31:28Z

 

Wakil Ketua Komisi II DPRD NTB, A Rauf Wahab, ST.



Mataram, Garda Asakota.-

 


Dampak akibat terjadinya musim kemarau mulai terasa di sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Barat (NTB).

 


Di Kabupaten Bima dan di Kota Bima, beberapa wilayah seperti di Muku dan di Kota Bima seperti di wilayah Tanjung debit air dangkalnya atau air permukaan sudah mulai mengering.

 


“Dampaknya masyarakat di wilayah tersebut terpaksa harus membeli air bersih untuk mencukupi kebutuhan air bersihnya,” kata Wakil Ketua Komisi II DPRD NTB, A Rauf Wahab, ST., pada wartawan media ini, Jum’at 11 Agustus 2023.

 


Meski dalam aspek pertanian menurutnya belum terlalu kelihatan secara signifikan akan adanya dampak kekeringan, namun ia memastikan jika kondisi seperti ini terus berlangsung, maka dampaknya bisa dipastikan akan lebih parah lagi.

 


“Bahkan bisa jadi potensi gagal panen itu akan terjadi jika kondisi seperti ini terus berlangsung hingga beberapa minggu kedepan,” ujar politisi Partai Demokrat ini.

 


Jika kondisi ini terjadi, menurutnya, pemerintah mulai dari sekarang harus bisa menjaga stok pangan dan tidak boleh berlebihan dalam memberikan izin perdagangan pangan ke luar daerah atau perdagangan pangan antar pulau.

 


“Sehingga stok pangan didalam daerah bisa terjaga. Itu sebagai salah satu langkah antisipasi,” ujar mantan aktivis HMI ini.

 


Terjaganya stok pangan tersebut, lanjutnya, sebagai salah satu langkah antisipatif ketika terjadinya kelangkaan pangan didalam daerah.

 


“Kalau misalnya terjadi kelangkaan beras dan harganya melonjak naik, maka stok yang ada itu bisa dipergunakan sebagai langkah dalam melakukan operasi pasar dan menekan melonjaknya harga pangan,” cetusnya.

 


Pemerintah juga diharapkannya agar terus melakukan langkah koordinasi dan pemantauan terhadap adanya kondisi kekeringan.

 


“Termasuk menyusun langkah-langkah antisipasi dalam menghadapinya,” ujarnya.

 

Atasi Krisis Air dengan Pengeboran

 


Secara personal, menurutnya, selaku wakil rakyat dari Dapil VI, menghadapi masalah krisis air bersih di wilayah Dapilnya, ia telah melakukan pengeboran air di lebih dari 10 titik.

 


“Untuk mendapatkan air bersih diwilayah bebatuan seperti di Kabupaten Bima itu, maka kedalaman pengeborannya mencapai 40 meter bahkan lebih,” kata Wakil Ketua Komisi II DPRD NTB, A Rauf Wahab.

 


Anggaran untuk melakukan pengeboran air itu menurutnya bersumber dari penganggaran melalui pokirnya serta melalui anggaran pribadinya.

 


“Bantuan secara pribadi malah lebih banyak lagi seperti di Desa Naru Sape, di Lamere, di Desa Ragi. Dan itu semua merupakan bantuan swadaya pribadi,” katanya.

 


Sementara di Desa Muku yang saat sekarang tengah mengalami krisis air bersih menurutnya juga telah dianggarkannya melalui APBD dan akan dieksekusi dalam waktu beberapa minggu kedepannya.

 


“Termasuk di Desa Rada, di Desa Dena, di Desa Leu, Desa Waduwani, Desa Naru, di Desa Risa serta di Desa Karumbu. Semuanya nanti akan dibantu dengan pengeboran air dalam dengan kedalam sampai 60 meter,” pungkasnya. (GA. Im*)

×
Berita Terbaru Update