-->

Notification

×

Iklan

Bandingkan Suara Adzan dengan Gonggongan Anjing, Menag RI Dikecam Ulama, Minta Presiden Segera Bersikap

Thursday, February 24, 2022 | Thursday, February 24, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-02-24T02:14:45Z
Ketua Yayasan Maraqittaqlimat Mamben Lombok Timur, Dr TGH Hazmi Hamzar.






Mataram, Garda Asakota.-


Ungkapan Menteri Agama (Menag) RI, Yaqut Cholil Qoumas (YCQ), yang membandingkan suara adzan dengan suara gonggongan anjing menuai kecaman dari berbagai kalangan Ummat Islam. Video pernyataan YCQ tersebut viral dan beredar luas dikalangan masyarakat.


Salah seorang tokoh ulama senior Nahdahtul Ulama (NU) Provinsi NTB yang juga merupakan Ketua Yayasan Maraqittaqlimat Mamben Lombok Timur, Dr TGH Hazmi Hamzar, menyesalkan pernyataan yang dikeluarkan oleh Menteri Agamar (Menag) RI, Yaqut Cholil Qoumas (YCQ) yang diduga membandingkan suara adzan dengan suara gonggongan anjing tersebut.


"Ungkapan Menteri Agama yang membandingkan suara adzan dengan gonggongan anjing itu sangat fatal. Membandingkan antara suara adzan dengan suara anjing itu merupakan analog yang sangat salah dan merupakan sebuah kesalahan besar. Logika yang digunakan oleh Menag itu sama sekali tidak logic. Qiyas yang digunakan oleh Menag itu adalah Qiyas Fasid atau Kesalahan dalam mengambil analogi. Karena itu sangat diharapkan agar Menag RI segera meminta maaf kepada masyarakat," tegas pria yang juga merupakan anggota Komisi V DPRD NTB kepada wartawan, Kamis 24 Februari 2022.


Pria yang dikenal sebagai tokoh senior NU di Provinsi NTB ini mengatakan, ketika Menag RI, tidak segera meminta maaf kepada masyarakat Islam, maka tentu masalah ini akan menjadi masalah besar dan akan menimbulkan gejolak yang sangat besar.


"Pasti ini akan menimbulkan gejolak yang sangat besar dalam masyarakat. Dan sudah pasti seluruh ummat Islam tidak akan menerima pernyataan Menag RI tersebut," cetus pria yang dikenal sebagai tokoh Islam moderat ini.


Pihaknya mengungkapkan semestinya Menag RI dapat memilih pernyataan-pernyataan yang bijaksana untuk menjelaskan maksud atau tujuannya dalam membuat sebuah kebijakan.


"Sebab kalau dibandingkan dengan suara anjing, maka ini akan berpotensi menimbulkan gejolak didalam masyarakat. Karena itu Menag RI harus segera meminta maaf kepada seluruh Ummat Islam dan mencabut apa yang disampaikan itu serta mengakui apa yang disampaikan itu atau analogi yang disampaikan itu adalah sesuatu yang salah," ujar TGH Hazmi.


Kedepannya, Menag RI diharapkan untuk tidak sembarang menyampaikan ungkapan-ungkapan yang menimbulkan keresahan atau gejolak ditengah masyarakat. Apalagi menurutnya, ketika maksud dan tujuannya adalah untuk membangun sebuah toleransi, maka tidak boleh juga toleransi yang dimaksudkan itu juga menjadi kebablasan.


"Padahal ummat Islam ini sudah sangat toleran dan sama sekali tidak ada masalah sedikit pun. Semestinya Menag RI itu harus memikirkan tugas-tugas lain yang masih sangat banyak, koq ini malah yang diurus soal adzan yang sebenarnya sudah tidak ada masalah. Kalau soal lahirnya edaran pelarangan adzan yang dikeluarkan oleh Menag RI, hanya bersifat imbauan saja dan hanya diterapkan dikalangan masyarakat tertentu saja. Kalau di NTB, dimana mau diterapkan Edaran tersebut?. Kan tidak ada tempat untuk menggunakan edaran tersebut," terangnya.


Akibat dari mencuatnya masalah ini serta beberapa kontroversi lainnya dari Menag RI selama ini, pihaknya juga berharap agar Presiden dan Wakil Presiden RI harus segera memberikan teguran keras kepada Menag RI dan segera menggantinya.


"Dan perlu dipikirkan oleh Presiden dan Wapres RI untuk menunjuk Menag RI itu dari kalangan senior yang bijaksana dalam berfikir dan bertindak serta yang memiliki ilmu agama yang mendalam dan tidak memiliki karakter atau temperamen yang tinggi atau emosional serta bisa mengayomi seluruh ummat beragama. Karena kalau ditunjuk Menag RI yang memiliki tingkat emosional yang tinggi maka itu akan sangat kurang tepat untuk memimpin Kementerian Agama," tegasnya.


Aspek yang lebih tinggi lagi, TGH Hazmi sangat berharap agar seluruh masyarakat Islam tidak terlalu bereaksi yang berlebihan terhadap pernyataan Meag RI ini demi menjaga kondusivitas daerah dan bangsa.


"Saya tentunya berharap kepada masyarakat untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap pernyataan Menag RI ini," pungkasnya. (GA. Im*)

×
Berita Terbaru Update