Ratusan siswa SMAN 1 Sape yang menggelar aksi demonstrasi disekolahnya, Jum'at 20 Juli 2018
Mataram, Garda Asakota.-
Sekolah semestinya harus menjadi
tempat yang nyaman bagi siswa untuk mendapatkan materi-materi pelajaran dan
pengetahuan untuk bekal masa depannya. Jika sekolah gaduh, maka tentu hal ini
akan sangat beresiko terhadap masa depan pendidikan siswa. Faktor kepemimpinan
di sekolah itu harusnya kuat dan berpengaruh dalam meminimalisir munculnya
kegaduhan di sekolah. Jika kualitas kepemimpinan lemah dan tidak mampu
menghimpun kekuatan yang ada disekolah, maka sudah barang tentu kenyamanan siswa
dalam mendapatkan pendidikan tidak akan bisa diwujudkan dengan baik.
Sebagaimana yang terjadi di SMA Negeri
1 Sape Kabupaten Bima, Jum’at 20 Juli 2018, ratusan siswa di sekolah tersebut
menggelar aksi protes dihalaman sekolahnya menuntut beberapa item permasalahan
yang harus segera dituntaskan oleh Kepala Sekolah (Kasek) SMA N 1 Sape. “Salah
satunya adalah kami menuntut akreditasi sekolah sesegera mungkin. Akibat dari
ketidakjelasan akreditasi banyak teman-teman kami yang ingin mengajukan surat
pindah,” ujar Ketua OSIS SMAN 1 Sape, Auliyah Mutmainnah, sebagaimana tertuang
dalam pernyataan sikapnya.
Mereka juga menuntut pihak sekolah
agar memperjelas kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah tersebut. “Dan
menuntut kepala sekolah hadir di sekolah untuk memberikan arahan dan motivasi
kepada kami. Karena kami tidak ingin masalah yang terjadi berdampak pada proses
belajar kami,” teriak mereka.
Ratusan siswa ini juga menuntut agar siswa-siswa
yang diberikan beasiswa dibebaskan dari uang komite. “Karena selama ini,
teman-teman kami yang mendapatkan beasiswa malah diminta membayar uang komite,”
ujar mereka.
Dan terakhir point permintaan mereka
adalah menuntut kehadiran guru sebagai pengganti guru yang dimutasi.
Parahnya lagi, tidak hanya siswa di
SMAN 1 Sape ini yang menggelar aksi protes, 49 orang guru yang tergabung dalam
Dewan Guru SMA N 1 Sape juga mengeluarkan pernyataan sikap meminta kepada
Kepala Dinas Dikbud NTB mencopot dan mengganti Kasek SMA N 1 Sape.
Ada sekitar 12 Point pernyataan yang
mereka ajukan sebagai alasan permintaan pencopotan Kasek tersebut. Salah
satunya adalah Kasek SMAN 1 Sape dinilai tidak melibatkan Dewan Guru dalam
rapat perencanaan program kegiatan seperti RKS, RKAS, RKJP, RKJM, RAB, BPP, RAB BOS. Kasek juga dinilai tidak
mensosialisasikan program-program tersebut kepada warga sekolah terlebih dengan
pihak KOMITE Sekolah sebagai mitra.
“Kedatangannya di SMAN 1 Sape hanya
menciptakan konflik antar guru dan pegawai sehingga tidak ada keharmonisan
antara Kasek, guru, pegawai maupun warga sekolah,” ujar para guru tersebut
sebagaimana tertuang dalam pernyataan sikap mereka.
Kasek SMAN 1 Sape Kabupaten Bima,
Jhon Hermansyah, yang dikonfirmasi melalui nomor handhponenya tidak berhasil
dikonfirmasi wartawan. Begitu pun dengan Kepala UPTD Dikbud Bima, yang
dihubungi wartawan via nomor handphonenya juga tidak berhasil dikonfirmasi
wartawan.
Kabid SMA Dinas Dikbud Provinsi NTB,
Surya Bahari, yang dihubungi wartawan mengatakan tengah melakukan evaluasi dan
pendalaman terhadap tuntutan siswa dan dewan guru SMAN 1 Sape tersebut. “Sebab
setelah kami lakukan evaluasi ada juga dari Dewan Guru yang disebutkan telah
menandatangani pernyataan sikap tersebut mengaku tidak pernah menandatangani
pernyataan sikap,” kata pria yang dikenal ramah ini.
Pihaknya mengaku tidak pernah
mengetahui ada organisasi Dewan Guru di SMA yang dibentuk secara resmi. “Memang
itu Dewan Guru ada organisasinya kah?. Artinya keabsahan dibentuknya Dewan Guru
itu juga patut dipertanyakan juga. Dan apapun namanya itu katakanlah seperti
Dewan Guru ini semestinya tidak boleh memaksakan kehendak. Sekarang alasannya
apa dulu sehingga ingin menurunkan Kasek tersebut?. Apa karena ada guru yang
dimutasi? Ataukah ada kesalahan Kasek tersebut? Semua harus jelas dan akan diputuskan
setelah dilakukannya investigasi baik investigasi secara terbuka maupun
investigasi tertutup yang akan kami lakukan,” tegasnya.
Pihaknya berharap agar penyelesaian
persoalan yang terjadi di SMA tersebut tidak dilakukan dengan demonstrasi atau
pun dengan cara-cara kekerasan. “Sekarang siapa ketua Dewan Guru itu?, Dia mewakili
siapa?, datang ke kantor kita bahas masalahnya. Tapi kalau hanya berteriak
dibelakang saja, susah itu dan itu bukan jiwa seorang pendidik. Dan kalau dia
membawa nama Dewan Guru dan apa yang diungkapkannya itu benar, maka pasti akan
kita akomodir. Apalagi disana itukan keadaannya sekarang sudah terpecah menjadi
dua kubu baik yang pro dan kontra. Tapi saya bersyukurnya proses PPDB disana
masih bisa berjalan secara baik,” pungkasnya. (GA. 211*).
semoga permasalahan cepat selesai yah
ReplyDeletePost a Comment