-->

Notification

×

Iklan

Realisasi Pengaspalan Lamban, Warga Keluhkan Debu Bertebaran di Ruas Jalan Datuk Dibanta

Thursday, July 27, 2017 | Thursday, July 27, 2017 WIB | 0 Views Last Updated 2017-08-10T11:43:10Z
Ilustrasi
Kota Bima, Garda Asakota.-

       Sejak pertengahan Juni lalu jalan Datuk Dibanta Asakota Kota Bima mulai dibenahi untuk segera dilakukan pengaspalan. Namun sayangnya, jalan mulus yang dinanti itu tidak serta merta didapatkan begitu saja lantaran hingga kini jalur tersebut pekerjaannya baru pada tahapan pemadatan sirtu.

         Akibat lambatnya realisasi pengasapalan, sejumlah warga Asakota, khususnya para pengguna jalan justru mengeluhkan dampak buruk setelah pemasangan sirtu karena dinilai memicu munculnya debu beterbangan dalam skala yang mengkhawatirkan. Jika terus dibiarkan, kata Hendrawan Abubakar, maka dikhawatirkan akan menimbulkan efek kesehatan yang tidak bagus dan berbahaya bagi masyarakat yang melewati jalan termasuk bagi warga pemilik rumah di sepanjang jalan Datuk Dibanta. "Saya banyak mendengar keluhan efek debu yang ditimbulkan, warga khawatir terkena penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)," ucapnya. 
      Untuk itu, pihaknya mendesak pemilik proyek tersebut agar segera mengatasi permasalah itu, jika sudah saatnya diaspal bisa segera diaspal. "Jangan biarkan berlama-lama hingga membuat masyarakat resah," harapnya.

         Menanggapi hal tersebut Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB melalui Kepala Bidang Pengawas Pembangunan Jalan Provinsi, Bejo yang dikonfirmasi wartawan, Kamis pagi (27/07) menyampaikan permohonan maaf yang sangat besar kepada masyarakat Asakota, khususnya para pengguna jalan Datuk Dibanta. "Kami benar-benar minta maaf kepada warga pengguna jalan khususnya warga yang bermukim di sepanjang jalan Datuk Dibanta karena harus berkutat dengan debu sepanjang siang dan malam," ucapnya.

          Meski demikian, kata dia, apa yang dilaksanakan itu adalah sesuai dengan prosedur bahwa banyak tahapan yang mesti dilalui dalam setiap pekerjaan jalan seperti ini. Antaranya adalah tahapan gelaran material pengerasan jalan, lalu pemadatan badan jalan sambil disiram. "Kemudian setelah itu dilakukan tes kepadatan di laboratorium dan apabila tingkat kepadatan badan jalan sudah mencapai batas kepadatan maksimum untuk kadar airnya maka pengaspalan bisa segera dilaksanakan," katanya.

          Bejo mengaku dapat memahami keluhan masyarakat. Untuk itulah, kata dia, selama masa pemadatan sirtu juga rutin melakukan penyiraman pagi dan sore untuk mengurangi efek debu yang ditimbulkan. "Penyiraman juga berfungsi menjaga sigradasi atau kepadatan maksimum, jadi tidak benar kalau keterlambatan pekerjaan jalan tersebut karena ketersediaan alat kontraktor yang minim justru alat-alat sudah siap semua," tegasnya seraya berharap agar warga masyarakat bersabar menunggu tahapan yang dilakukan. "InsyaAllah awal bulan Agustus kami action," tambahnya seraya berharap juga apabila nantinya proses pelaksanaan pengaspalan jalan sudah selesai dikerjakan maka kepada warga untuk tidak melakukan penyiraman aspal jalan karena musuh utama aspal adalah"AIR". "Air bagi aspal jalan bagai sel kanker berbahaya yang sedikit demi sedikit akan merusaknya," demikian harapan Bejo. (GA. 003*)
×
Berita Terbaru Update