-->

Notification

×

Iklan

Ketika Kita Menulis dan Membaca  dengan Cinta

Friday, January 18, 2013 | Friday, January 18, 2013 WIB | 0 Views Last Updated 2013-01-18T15:02:02Z
Bagaimana apresiasi kita ketika menemukan siswa yang  alergi membaca dan menulis ? Atau ketika guru yang tidak suka membaca dan menulis ?  Karyawan yang tidak suka membaca ?Ketika penulis yang tidak suka membaca, dan ketika sastrawan yang tidak  ingin membaca ?Padahal pendidikan dibangun di atas keterampilan membaca , Arthur W. Hilman. Dan tingkat membaca seseorang menentukan  sikap membaca orang itu, baik kecepatan, minat, frekuensi maupun tingkat komprehensif membacanya.  Bacalah setiap objek yang ada di sekitar kita, agar semuanya menjadi bernilai dan bermakna, H. Khaeruddin, S.H (Kasi  Informasi BPPPAUDNI Regional untuk Mataram)
pada acara Lomba Cerpen dan Worshop di Rumah Sakit Persiapan Kab. Bima. Dengan banyak membaca akan menjadikan kita sebagai individu yang berkompeten dan berwawasan luas, Drs. Jubair HAR, M,Si. Dalam  sepekan berapa jam kita sempatkan waktu untuk membaca ? Atau dalam sehari berapa jam kita sempatkan untuk membaca ? Jangan sampai kita  tergolong pada tingkatan yang “Nol” minat membacanya . Membaca dan menulislah dengan cinta, karena  setiap pekerjaan yang kita lakoni dengan kecintaan seutuhnya dan bertujuan, semuanya memberikan  hasil yang maksimal. Bekerjalah dengan cinta, belajarlah dengan cinta, memasaklah dengan cinta, mengajarlah dengan cinta,  optimislah semuanya dengan cinta. Karena kecintaan yang  seutuhnya akan menyingkirkan kita kepada kebencian .Cintailah objek bacaan dan tulisan, sepanjang memberikan kemaslahatan. Dengan menulis  yang kreatif, inovatif, dan berguna bagi orang lain, menjadikan kita  lebih berpotensi  dan berguna bagi sesama. Kalau kita ingin menulis, menulislah   detik ini juga, karena kesempatan menulis selalu lowong dan ada buat kita. Dimanakah kita mulai membaca dan menulis yang pas? Dimana saja dan pada moment apa saja, ketika keinginan untuk menulis dan membaca itu ada dalam naluri, pikiran dan perasaan. Kita bisa membaca “apa saja” sepanjang membaca itu mengantarkan kita kearah kemajuan diri, perubahan,  memenej dan mengevaluasi semua kinerja yang terabaikan. Kreatif menulis itu butuh proses. Selain butuh proses waktu, juga butuh keuletan tersendiri, kesabaran dan kecerdasan. Tekun artinya kesanggupan untuk terus bekerja mengatasi segala kerumitan, sadar artinya sanggup untuk berproses dalam jangka waktu panjang, dan cerdas artinya harus siap menjadi pembelajar sepanjang hidup. Semakin aktif dan rutin kita menulis semakin banyak referen yang miliki. Karena hasil tulisan adalah deskripsi dari yang pernah kita baca dan kita ketahui. Hal yang mustahil menghasilkan karya yang fenomenal bila kita ’buta’ dengan kegiatan “membaca”.  The man who does not read good books has no advantage over the man who cannot read them”,Mark Twain. Banyak manfaat membaca. Dengan membaca buku bermutu, seseorang memiliki keunggulan komparatif dibanding orang yang tidak membaca.(Hernowo,2005:73). Selain itu, dengan membaca, orang lebih terbuka cakrawala pemikirannya. Melalui bacaan, seseorang berkesempatan melakukan refleksi dan meditasi, sehingga budaya baca lebih terarah kepada budaya intelektual dari pada hiburan yang dangkal. Karena itu para pakar menyimpulkan, untuk membangun masyarakat yang beradab dan maju, maka budaya baca perlu ditumbuhkan. Negarawan seperti Presiden Sukarno, John Kenedy adalah pembaca-pembaca yang aktif kegiatan membacanya,dan  banyak menghasilkan karya-karya yang spektakuler di bidangnya. Minat membaca awalnya muncul atau tumbuh dari diri.Minat ini akan berkembang dengan baik jika didukung  oleh lingkungan yang kondusif dalam keluarga, masyarakat dan lembaga pendidikan. Keluarga hendaknya memiliki perpustakaan dan orangtua meluangkan waktu untuk membaca bersama dalam keluarga dan membiasakan membeli bahan bacaan untuk konsumsi seluruh keluarga. Di rumah usahakan minimal memiliki koleksi buku pelajaran dan memiliki bahan bacaan yang mendukung peningkatan iptek putra putri kita. Jangan sampai kita “pelit” untuk membaca ! Membacalah dalam sehari minimal satu lembar halaman. Atau minimal membaca Koran dan majalah untuk satu jam setiap harinya. Kecenderungan kita untuk tidak menomorsatukan kegiatan membaca  dapat dilihat  dari ada tidaknya bahan bacaan di rumah. Berapa eksemplar langganan majalah dan Koran dirumah ? Atau malah tidak pernah sama sekali berniat memiliki bahan bacaan? Atau kita sangat “perhitungan” dengan membeli  bahan bacaan ? Kebiasaan  membaca  erat kaitannya dengan budi pekerti dan akhlak. Kebiasaan membaca karya sastra akan memperhalus budi pekerti. Para sastrawan seperti Taufik Ismail, La rose dan hamzah Rangkuti amat yakin kalau para siswa memiliki kebiasaan membaca karya sastra yang baik dan meresapkannya dalam hati, maka nilai-nilai luhur bangsa kita akan tetap terpelihara dalam kehidupan sehari-hari. Jadikan kebiasaan membaca sebagai  suatu demand (kebutuhan) yang bernilai dimensi dulce (hiburan) dan dimensi utile (pendidikan). Gantilah kebiasaan ngobrol dan acara gosip dengan kegiatan membaca yang bermanfaat. Menurut Hernowo (2005:73) terdapat aneka ragam manfaat membaca dan menulis  yakni: Menata pikiran, Merumuskan keadaan diri, Mengikat dan mengontruksi gagasan, Mengefektifkan gagasan positif, Menajamkan pemahaman, mengasah daya ingat, mengenali keseluruhan diri, mengurai dan mengalirkan diri, membuang kotoran diri, merekam momen-momen mengesankan dan mengasikan, meninggalkan “jejak” Pikiran yang sangat jelas, menyembuhkan diri, memfasihkan komunikasi intra dan Interpersonal, memperkaya diri dengan lautan kata, menunjukkan dengan kukuh bahwa diri itu unik, menggali diri paling dalam, memotivasi diri dengan alasan yang kukuh dan jelas, membantu bekerjanya imajinasi, memetakan pikiran, melatih diri menepati janji, mendidik diri dalam kejujuran, mengoneksikan, sel-sel otak secara sangat aktif, menyalakan pikiran, mengukur pertumbuhan rohani, mendorong menemukan hal-hal baru, mengefisienkan pengelolaan diri, menjadikan diri bermakna dan berguna bagi diri sendiri, orang lain, bangsa dan Negara. Tidak diragukan lagi bahwa pelajar kita perhatiannya telah beralih ke televisi, menurut penelitian yang dilakukan oleh Gallup Youth Survey menemukan bahwa Sembilan dari sepuluh remaja dan pelajar kita menonton TV sebagai kebutuhan harian.Andaikan aktivitas menonton TV tersebut durasinya  dibagi sama besar untuk membaca buku-buku pelajaran. Atau kegiatan menonton itu dialihkan untuk mem bawa buku… hasilnya tentu pendidikan akan lebih maju mengejar ketertinggalannya. Mari kita merubah keseharian kita menjadi pembaca-pembaca yang menghargai diri sendiri, karena membaca adalah kebutuhan kita, untuk kita,  untuk orang lain dan lingkungan kita. .Amin.   Pemerhati Pendidikan dan Budaya Aktif di SMA Negeri I Bolo
×
Berita Terbaru Update