-->

Notification

×

Iklan

Diskusi dengan Pemuda NTB, Mirah Midadan Bicara Pentingnya Inovasi untuk Pembangunan Daerah

Monday, January 23, 2023 | Monday, January 23, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-01-23T07:49:36Z
Sejumlah Pemateri tampil dalam dialog Interaktif yang bertajuk Paradigma Forum dengan tema 'Peran Pemuda NTB untuk Pembangunan Daerah" di salah satu kafedi Jakarta Selatan, sia Minggu (22/1/2023).




Jakarta, Garda Asakota.-



Peneliti INDEF Mirah Midadan Fahmid menekankan pentingnya inovasi yang dilakukan para pemuda Nusa Tenggara Barat (NTB) agar produktivitas di berbagai sektor unggulan di NTB bisa meningkat dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. 



Pernyataan ini disampaikannya saat menjadi salah satu narasumber dalam acara Dialog Interaktif yang bertajuk Paradigma Forum dengan mengangkat tema 'Peran Pemuda NTB untuk Pembangunan Daerah" di salah satu kafe di Jakarta Selatan, Minggu (22/1) siang.


Mirah Midadan, perempuan yang berusia 29 tahun dan tengah menyelesaikan studi doktoral di Universitas Indonesia (UI) ini mengawali paparannya dengan menjelaskan bahwa untuk berperan dalam pembangunan daerah, pemuda harus memulainya dari diri sendiri.  


"Kalau kita mau berperan bahkan melakukan perubahan kecil di tengah kita, kita harus mulai dari diri kita sendiri. Mulai dari tahu diri kita sendiri, kalau kita tahu peta ini, maka kita akan tahu bagaimana kita berkontribusi terhadap pembangunan daerah," ujar Mirah sembari menceritakan pengalamannya bergabung di organisasi volunter internasional.


Kemudian selanjutnya, Mirah selaku peneliti yang konsen di bidang ekonomi mengatakan bahwa pembangunan daerah, maka akan terkait sejumlah masalah, salah satunya terkait ketenegakerjaan.


"Ketenagakerjaan ini masalah pemuda, ada aspek-aspek sektoral ekonomi yang memang harus dikuatkan khususnya di NTB," jelasnya.


Alumnus University of Glasgow, The United of Kingdom ini menyebutkan pendidikan merupakan faktor yang penting untuk meningkatakan SDM masyarakat terutama pemuda. Meskpun, menurutnya belakangan ini ada tren ijazah bukan lagi menjadi kunci utama yang dilihat dunia kerja.


"Tapi jangan sampai berpikir bahwa IPK 2 aja cukup. IPK itu mentukan tingkat intelegensia kita, semakin tinggi IPK atau nilai kita maka akan semakin baik daya analisis kita. Kalau kita punya analisis yang baik, saya yakin akan dapat mengurangi prblematika di kehidupan selanjuttnya dengan jauh lebih baik dan bijak," tukasnya.


Selanjutnya, Mirah berbicara terkait pembangunan NTB dari sektor ekonomi. Menurutnya, ada tiga sektor utama ekonomi yang paling beperan besar di NTB berdasarkan data BPS, antara lain sektor akomodasi yakni makanan minuman, yang tentu saja terkait dengan pariwisata, kedua sektor transportasi, dan ketiga sektor pertambangan. Ada pula sektor pertanian dan peternakan.


Menurut Mirah, peran pemuda dan milenial dalam konteks tersebut adalah bagaimana para pemuda yang telah bersekolah tinggi di perguruan tinggi ini dapat melakukan inovasi dan mengkombinasikan dengan teknologi terkini. Sehingga ini dapat memberikan dampak yang sangat luar biasa terhadap masyarakat.


"Misalnya sektor pertanian, sektor pertanian ini merupakan salah sektor yang bisa menyerap banyak tenaga kerja di dalamnya. Kalau kita tidak kombinasikan dengan teknologi terkini pasti ouputnya biasa-biasa saja. Peran pemuda adalah masuk ke sektor itu, berikan inovasi dan semua yang masih berjalan tradisional, dampingi mereka untuk bisa kasih sentuhan-sentuhan yang bisa meningkatkan produksi, baik itu bisnisnya, business to govermentnya. Jadi ada akases yang kita buka, jadi semuanya tidak berjalan secara tradisional," sarannya.


Hal lain yang disoroti Mirah yakni terkait tingkat pengangguran di NTB. Menurut data BPS, pengangguran di NTB untuk wilayah perkotaan mengalami penurunan, sementara wilayah pedesaaan mengalami peningkatan. Padahal, sektor pertanian dan pertambangan adanya di desa. Dia menilai hal ini terjadi karena para pelajar yang sudah merantau ke Jabodetabek sebagaian ada yang malas balik ke NTB dan lebih memilih bekerja di kota.


"Kalau memang gak mau balik ke daerah, tapi tolong kalau sudah sukses dan sudah punya akses gunakan untuk membantu daerah kita," harapnya.


Disisi lain, Mirah menjelaskan bahwa terkait tenaga kerja, di NTB sektor non formal jauh lebih besar dari sektor formal, dengan demikian, dia pun menyarankan agar para pemuda bisa memanfaatkan peluang tersebut misalnya untuk membangun start up, buat usaha kecil non formal. Namun, tantangannya adalah untuk melakukan sesuatu tersebut harus sudah punya konsep sehingga bisa berjalan minimal 10 tahun kedepan.


"Jadi sudah ada backupnya baik untuk jangka pendek dan jangka panjang," ujarnya.


"Peran pemuda disini kita semua lebih melek teknologi dibanding orang-orang tua kita. Kita akses ke teknologi lebih luas, daripada orang tua. Coba berikan inovasi, inovasi tampa kretivitas agak susah, kalau cuma inovasi doang tidak ada seninya, kita harus tahu diri kita mau dibawa kemana. Balik lagi kita harus tahu diri kita, kita harus tahu tren kita, kita tahu tujuan kita baru kita bisa berbuat yang lebih besar," pungkasnya.



Sementara itu, Ketua Umum Badan Musyawarah Masyarakat Bima (BMMB) Jabodetabek Dr. Salahudin Gaffar dalam paparannya menekankan pentingnya pemuda mengenali diri sendiri, membangun kepantasan diri, baru membangun orang lain dan daerah.


"Ketika bicara peran berbuat untuk orang lain, apa yang dimaksud dengan intelektualitas, respon kita untuk berbuat terhadap fenomena yang sekarang kita hadapi di depan mata kita. Sebelum berperan untuk orang lain, menurut saya penting untuk mengenal diri kita dulu," katanya.



Disamping itu, parktisi hukum menyebutkan bahwa ada tiga kunci yang harus dipegang para pemuda dalam kehidupannya yakni atitute atau perilaku, motivasi, ketiga skill atau kompetensi.


"Kata kunci adalah panggilan kita mau berbuat, tidak boleh lagi orientasi pragmatisme, yang terlihat dengan jumlah yang orang kasih kita. Sehingga nurani kita tergadaikan," katanya.



Salahudin berpesan kepada para pemuda NTB yang telah berhijrah di Jakarta, agar mengubah pola pikir dan paradigma, sehingga orang lain tidak menilai jelek daerah asal karena melihat perilaku mereka. 


"Jangan habiskan waktu di didepan gadget, jangan habiskan waktu di tempat-tempat yang tidak membuat kita produktif, pola pikir dan pandangan sehingga kita kehilangan momentum untuk menyiapkan diri kita," pesannya.


Dalam kesempatan yang sama, Ketua Himpunan Masyarakat Lombok (HIMALO) Jakarta, Karman BM menguraikan tentang sejarah panjang perjalanan bangsa Indonesia tidak terlepas dari peran pemuda mulai dari penjajahan, Orde Lama, Orde Baru hingga kemerdekaan dan reformasi dimotori oleh pemuda.


Menurutnya, semua gerakan konkgrit di lapngan oleh pemuda tersebut, selalu dimulai dari clear ideas atau gagasa dan pemahaman terkait persoalan yang dihadapi.


"Pemuda hanya memiliki dua pilihan peran, peran pro atau peran kontra. Mau menjadi pendukung atau berkolaborasi pemimpin daerah atau memilih jalan yang kedua selalu mengkritik," jelasnya. (GA. 212*)

×
Berita Terbaru Update