-->
×

Iklan

Mesin Tanam Padi Karya Industri SMKN 01 Taliwang, Solusi Atasi Kesulitan Tenaga Kerja

Friday, September 30, 2022 | Friday, September 30, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-09-30T05:22:37Z

 

Mesin Penalat atau Mesin Tanam Padi hasil karya siswa dan guru teknik mesin SMKN 01Taliwang KSB.





Mataram, Garda Asakota.-


Salah satu yang menarik dari acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I Aliansi Pendidikan Vokasional Seluruh Indonesia (VOKASI) yang digelar di Hotel Merumatta Senggigi Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis 29 September 2022, adalah pameran hasil karya industri siswa-siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di NTB.


Salah satu hasil karya industri yang dipamerkan adalah Mesin Penanam Padi atau Mesin Penalat hasil karya inovasi dari Siswa dan guru SMK 01 Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat.


Kepala Sekolah (Kasek) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 01 Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Muhammad Natsir, mengungkapkan mesin penalat tersebut dibuat didaasarkan pada suatu problem dimana masyarakat petani saat sekarang, khususnya di Sumbawa Barat, kesulitan dalam mendapatkan tenaga kerja dalam melakukan proses penanaman padi.


“Saking kesulitannya, bahkan ketika musim tanam tiba, petani harus menunggu beberapa hari untuk mendapatkan tenaga kerja. Dengan adanya mesin penanam padi ini, Insha Alloh, dapat meringankan beban petani di Sumbawa Barat akibat kelangkaan tenaga kerja sehingga lebih efisien,” terang Natsir kepada wartawan media ini.


Pembuatan mesin penalat ini, menurutnya, dimotori oleh Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Vokasi melalui program Link and Match, untuk melakukan suatu inovasi mesin tanam padi atau penalat.


“Produk mesin penalat ini merupakan salah satu produk best learning yang dilakukan sekolahnya diluar jam pelajaran,” kata Natsir.


Didampingi guru pembimbing siswa dan siswa teknik mesin SMKN 01, Natsir mengatakan rancangan mesin penalat tersebut diambil dari salah satu skripsi yang kemudian karena masih banyak kekurangannya kemudian dirancang kembali dan dikembangkan lagi sehingga menjadi seperti sekarang ini.


“Dan ternyata ini bagus untuk diterapkan di masyarakat kita,” ujarnya.


Proyek pembuatan mesin penalat ini, menurutnya, memakan waktu satu bulan. Dimulai pada September lalu dan dikerjakan oleh Tim yang terdiri dari empat orang guru dan siswa-siswa teknik mesin.


Hanya saja menurutnya mesin penalat ini belum diujicoba secara intensif karena belum datangnya musim tanam.


“Namun secara teknis sudah dilakukan uji coba baik oleh perusahaan dan lainnya dan dinyatakan sudah berfungsi secara baik,” katanya bangga.


Mesin penalat tersebut, katanya, menggunakan pertalite sebagai bahan bakarnya. Dan mesin tersebut juga bjsa digandeng dengan mesin handtracktor.


“Artinya setelah petani selesai membajak sawahnya, bisa disusul dengan menggunakan mesin ini untuk menanam padinya. Atau jika tidak punya handtracktor bisa digunakan mesin ini secara tersendiri untuk menanam padi,” katanya.


Produk mesin penalat ini sendiri menurutnya sudah mencuri perhatian dari salah satu perusahaan yakni Yayasan Usaha Mandiri di KSB untuk membangun sebuah kerjasama usaha.


“Dengan adanya kerjasama ini diharapkan ada alih teknologi dan langkah penyempurnaan performa mesin ini sehingga bisa terlihat lebih baik lagi dan kedepan bisa dipasarkan,” jelasnya.


Peluang besar adanya peningkatan produksi mesin penalat ini menurutnya terbuka lebar dengan adanya kerjasama usaha tersebut.


Apalagi SMKN 01 Taliwang sudah membentuk Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) pada 26 Januari 2022 dan disahkan secara resmi oleh Gubernur NTB pada 29 Mei lalu dan dilaunching pada September.


“Mesin penalat ini adalah salah satu produk best learning dari SMKN 01 Taliwang selain produk-produk lainnya seperti mesin penetas telur otomatis, ada juga running text, mesin printing dan lainnya,” kata Natsir.


Proyeksi penghasilan BLUD ditargetkan bisa mencapai angka Rp400 juta lebih dari produk-produk yang dianggap potensial untuk menghasilkan pendapatan.


“Kita berharap produk-produk best learning ini dapat dipasarkan ke masyarakat,” timpalnya.


Sementara itu, Dede Saikhumisbah, dari Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Otomotif dan Elektronika Malang, merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi.


Program Link and Match SMK dengan dunia kerja merupakan program UPT Dirjen Pendidikan Vokasi yang bertugas untuk menghubungkan antara SMK dengan kebutuhan dunia usaha atau dunia industri.


“Salah satunya SMK diminta me-link and match-kan produk industrinya dengan dunia usaha atau dunia kerja sehingga produk tersebut bisa dihilirkan ke pasar,” terangnya.


UPT ini tidak hanya memberikan support dalam memberikan bantuan untuk produk pembuatannya. Akan tetapi ini menurutnya akan bisa memberikan nilai lebih dalam pembelajaran siswa sehingga siswa dapat meningkat skillnya melalui project best learning ini.


“Dari sisi ekonomi, produk SMK ini bisa dihilirkan ke pasar dengan membangun kerjasama dengan dunia industri,” pungkasnya. (GA. Im*)

×
Berita Terbaru Update