-->

Notification

×

Iklan

26-27 Februari, Akan Digelar Pentas Tunggal Perang Ngali 1908 di Kampus STIE Bima

Saturday, February 20, 2021 | Saturday, February 20, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2021-03-08T03:36:28Z



Kota Bima, Garda Asakota.- 

UKM Biru 09 STIE Bima pekan ini akan menggelar Pertunjukan Lakon Perang Ngali 1908. Rencananya, kegiatan dimaksud akan dihelat selama 2 hari, mulai tanggal 26 Februari-27 Februari 2021 di Aula Kampus yang digawangi oleh Firdaus, ST, MM, STIE Bima.

Mengawali rencana kegiatan tersebut, penyelenggara menggelar konferensi pers di Aula kampus setempat, untuk menjelaskan tujuan dan maksud pementasan hingga out put yang ingin dicapai dari kegiatan dimaksud.

Ketua Umum UKM Biru 09 STIE Bima Yogi Arianto menjelaskan, selama beberapa bulan terakhir memang telah mempersiapkan diri untuk pementasan ini. Sebelumnya juga, sejak tahun 2016 pementasan Perang Ngali telah diwacanakan dan dimulai dilakukan penelitian oleh para mahasiswa senior di STIE Bima.

“Di akhir tahun 2020 kami finalkan semua kebutuhan kegiatan dan mempersiapkan diri dan berlatih hingga saat ini,” ujarnya.


Di tempat yang sama, Penulis Naskah Pertunjukan Lakon Perang Ngali 1908 Fajrin Hardinandar mengatakan, pertunjukan ini merupakan mimpi besar dari dulu sejak tahun 2016, dan hingga 2020 belum dapat terwujud. Karena ini menjadi cita – cita besar yang harus diwujudkan, maka dimulailah segala persiapannya.

Ia menjelaskan, jika dilihat dari sejarah, Perang Ngali merupakan struktur kebudayaan yang hidup pada masyarakat Bima umumnya dan Ngali pada khususnya, sebagai masyarakat yang memiliki kepribadian sangat keras dan tidak mudah menyerah dalam menjalankan hidup. “Perang Ngali menjadi manifestasi perlawanan rakyat Bima,” katanya.

Diakui Fajrin, Perang Ngali sebenarnya bukan mulai berkecamuk tahun 1908, tetap awal pada tahun 1905. Dimulai dari ekspansi kolonial yang memiliki siasat ingin memperlebar kekuatan finansial, sehingga ditandatanganilah kontrak oleh Sultan Bima waktu itu.

Tapi secara filosofis, kemarahan yang memantik perang itu bersifat lokalistik. Seperti ada warga yang tidak ingin membayar pajak. Kemudian aspek lain yakni penjajah yang ingin menggeser aqidah. Bahkan para ulama Ngali dan Bima yang ingin pergi Haji di Mekkah saja, didata sehingga mereka pulang nanti akan menjadi target untuk digeser aqidahnya.

Lalu konflik yang kedua, kondisi dilematis Kesultanan Bima. Sultan yang awalnya menolak kontrak dengan kolonial, kemudian berubah haluan dengan menandatangani kontrak kerjasama dengan kolonial.

“Tapi bukan berarti sultan juga waktu itu tidak mendukung perlawanan rakyat, tapi pun bagaimana memikirkan upaya untuk menyelamatkan rakyat secar keseluruhan,” terangnya.

Di tempat yang sama, Sutradara Pertunjukan Lakon Perang Ngali 1908 Bangkit mengakui, dirinya setelah menerima naskah lalu mencoba membaca dan mencerna. Naskah tersebut pun menjadi sangat bagus diangkat dalam pementasan.

Menurut Bangkit, peristiwa sejarah Perang Ngali rumit dan kompleks, tidak bisa diangkat utuh rangkaian peristiwa Perang Ngali di atas pertunjukan tersebut. Namun hanya ditampilkan peristiwa yang memiliki bagian penting.

“Pada pertunjukan ini kita mengambil latar di depan Kantor Balai Desa Ngali. Kemudian didukung para pemain pemain fiktif yang menjadi bumbu peran. Pun ada peran yang sesuai fakta sejarah Perang Ngali,” paparnya.

Untuk ending pertunjukan nanti terang Bangkit, didesain menggantung. Dengan tujuan agar ada ruang bagi UKM 09 STIE Bima untuk melanjutkan pada kesempatan yang lain.

“Jadi nanti bisa digarap lebih lanjut tentang Perang Ngali dengan setting wilayah yang berbeda,” pungkasnya.

Untuk lakon pertunjukan sambungnya, dipakai konsep realis konvensional. Yang ditunjukan nanti bagian kehidupan yang digambarkan semirip mungkin dengan kondisi aslinya. Mulai dari properti dan model dialog.

Sementara bangunan konfliknya, penonton tidak hanya disajikan nilai edukasi, tapi juga ada hiburan serta pertunjukan yang menghadirkan emosi penonton.

Dari kegiatan ini tambahnya, terbesit harapan Perang Ngali ini tidak hanya berhenti pada pertunjukan, tapi tindak lanjut pada bentuk film. Selain itu, dari pertunjukan ini paling tidak generasi saat ini tahu jika ada peristiwa besar yang terjadi di Bima saat zaman kerajaan, yang lebih besar dari sejarah selama ini dipelajari, seperti kerajaan di Jawa.

Sementara itu, Puket III STIE Bima Muhajirin mengapresiasi semangat mahasiswa STIE Bima menggelar pertunjukan tersebut. Ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat juga disampaikannya.

“Kami sangat mendukung kegiatan ini, ini juga menjadi industri kreatif yang harus disuport dan didukung penuh, sebagai bentuk kreativitas mahasiswa. Terutama menumbuhkan kembangkan minat dan bakat mahasiswa terhadap seni dan budaya di daerah,” tambahnya. (GA. 212*)

×
Berita Terbaru Update