-->

Notification

×

Iklan

Minim Potensi PAD, Dae Reso: Bima Butuh Pemimpin yang Dekat dengan Pusat Kekuasaan

Wednesday, August 12, 2020 | Wednesday, August 12, 2020 WIB | 0 Views Last Updated 2020-08-24T05:48:00Z
Gubernur NTB periode 1998-2003, Drs H Harun Al-Rasyid. Sumber Foto ist*)

Mataram, Garda Asakota.-

Mantan Gubernur NTB, Drs H Harun Al-Rasyid, mendukung siapa saja kader daerah terbaik yang tampil dalam kancah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Bima Desember 2020.

"Secara umum siapa saja yang maju dalam kompetisi tersebut, silahkan saja. Sebagai mantan Gubernur, saya tentu sudah terbiasa dengan alam berdemokrasi. Tinggal sekarang kembali kepada mereka sendiri untuk berjuang secara sungguh-sungguh untuk membuktikan diri sebagai orang yang terbaik yang disukai dan diminati oleh rakyat," ujar Dae Reso sapaan akrab sesepuh masyarakat Bima ini kepada wartawan media ini, Rabu 12 Agustus 2020, melalui telpon selulernya.

Dalam perspektif Dae Reso, Kabupaten Bima adalah sebuah daerah yang sangat minim akan potensi daerah yang dapat memberikan kontribusi besar dalam peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). 

"Tidak seperti Sumbawa Barat yang ada potensi tambang emasnya. Bima tidak memiliki potensi sumber daya alam yang bisa dikembangkan. Pendapatan dari sektor pajak daerah tidaklah seberapa. Sehingga pembangunan daerah itu sekitar 80 persennya sangat tergantung pada Pemerintah Pusat. Maka tentu yang dibutuhkan oleh daerah itu adalah sosok pemimpin yang memiliki kemampuan akses dan komunikasi dengan Pemerintah Pusat untuk membantu pembangunan yang ada didaerah," ujar Dae Reso.

Pihaknya mencontohkan dengan dirinya yang pernah memimpin NTB sebagai Gubernur NTB pada sekitar tahun 1998-2003. Saat itu menurutnya dengan PAD NTB yang hanya sebesar Rp11 Milyar saja, dapat mengalami peningkatan yang cukup signifikan hingga mencapai angka Rp400 Milyar.

"Itu semua disebabkan oleh karena adanya kedekatan kita sebagai seorang pemimpin dengan pusat kekuasaan. Nah kebetulan juga sebelumnya saya pernah menjadi Wagub DKI Jakarta pada era Bapak Sutiyoso, sehingga saat menjadi Gubernur NTB banyak memiliki sahabat-sahabat yang duduk menjadi Menteri yang kemudian memudahkan untuk mendapatkan bantuan anggaran dalam membangun NTB," terangnya.

Memiliki akses langsung dengan pusat kekuasaan itu lebih memudahkan daerah dalam mendapatkan bantuan anggaran dalam pembangunan daerah. "Sangat berbeda ketika seorang pemimpin itu tidak memiliki akses dan komunikasi dengan pusat kekuasaan. Maka tentu akan sangat kesulitan juga dalam meraih bantuan anggaran Pusat," ujarnya.

Menurutnya, ada tiga (3) hal yang apabila seorang pemimpin dapat memiliki akses dengan pusat kekuasaan. 

"Pertama, dia adalah betul-betul sebagai seorang pemimpin atau Leader. Kedua, orang yang memiliki keberanian. Dan yang ketiga, orang yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kalau sudah ada akses dengan pusat kekuasaan, maka hindari bersikap malu-malu atau minder untuk membangun komunikasi. Itu sikap yang harus dihindari bagi seorang pemimpin," saran Dae Reso.

Poin yang paling penting bagi seorang pemimpin menurut Dae Reso adalah menyangkut aspek ketaatan, ketakwaan atau keimanannya dalam menjalankan apa yang menjadi tuntunan atau ajaran dalam agama yang dianutnya.

"Ini poin yang paling pokok. Seorang pemimpin itu harus rajin beribadah dan rajin membangun komunikasi dengan Tuhannya. Minimal yang lima waktu, syukur-syukur jika ditambah dengan ibadah tambahan lainnya," pungkasnya. (GA. Im*)
×
Berita Terbaru Update