-->

Notification

×

Iklan

Doktor Zul: Kemerdekaan RI, Momentum Bangkitnya Industri di NTB

Monday, August 17, 2020 | Monday, August 17, 2020 WIB | 0 Views Last Updated 2020-08-17T01:53:44Z
Gubernur NTB, Dr H Zulkieflimansyah

Mataram, Garda Asakota.-

Bagi Gubernur NTB, Dr H Zulkieflimansyah, momentum perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI, bukanlah sesuatu hal yang harus dijalani secara formalitas belaka. Kemerdekaan tidak hanya sebaris proklamasi yang diikrarkan, lalu tuntas.

“Sebab, di luar sana, negara-negara lainnya yang sama-sama merdeka, berlari dengan kecepatan tinggi. Mereka menorehkan kemajuan demi kemajuan yang membuat kita tercecer di belakang,” ujar pria yang akrab disapa dengan Doktor Zul ini saat menyampaikan pidato perayaan HUT Kemerdekaan RI di Lapangan Kantor Pemprov NTB, Senin 17 Agustus 2020.

Dikatakan Doktor Zul, saat sekarang ini kita terkesima oleh kedigdayaan Amerika Serikat. Terhipnotis oleh ekspansi budaya Korea dan India. Kita terbengong-bengong melihat keajaiban ekonomi China. Kita terbuai oleh keindahan sepak bola Amerika 
Latin dan industri sepak bola Eropa. Kita merdeka, tapi masih menjadi anak bawang yang hanya bisa menonton apa-apa dari pinggiran.

“Mentalitas anak bawang inilah yang membuat kemerdekaan seperti kepingan sejarah belaka. Dalam situasi mental seperti itu, makna kemerdekaan seperti menyusut. Berubah menjadi sekumpulan huruf yang beku. Kita perlu memecahkan kebekuan itu. Membebaskan diri dari belenggu rasa takut yang menindih dada dan pikiran kita selama ini.  Belenggu yang selama ini membuat kita tidak percaya pada kemampuan dan potensi kita sendiri,” kata Doktor Zul.

Dan sungguh, Tuhan Maha Besar. Menurutnya, beberapa waktu belakangan, beberapa warga NTB telah membuat percikan-percikan api untuk mencairkan kebekuan itu.
Ada Profesor Mulyanto yang melalui Laboratorium Hepatika dan bersama dengan para pakar lainnya, mampu membuat alat rapid test Corona berbiaya murah, dengan kualitas yang sangat baik.

Di HUT RI ini, kata Doktor Zul, akan diproduksi alat bernama RI-GHA sebanyak 100 ribu unit, dengan kapasitas produksi dalam 1 tahun 600 ribu lebih unit. Ternyata, para pengajar dan murid SMK kita di NTB juga bisa memproduksi motor listrik. Misalnya, SMKN 1 Lingsar dengan motor listrik “Lingsar”. Ada pula yang kini mengkreasikan sepeda motor listrik “Le-Bui” dan telah memasarkannya hingga ke luar negeri. Di Sumbawa sana, para cendekiawan di UTS juga mengembangkan motor listrik “NgebUTS”.

“Di Bima, para anak mudanya ikut meramaikan produk teknologi buatan NTB, sepeda listrik yang bernama 'Matric-B' (Mbojo Electric Bicycle). Para teknisi kita di berbagai daerah di NTB, kini juga telah mampu memproduksi berbagai mesin untuk aneka keperluan,” paparnya.

Di HUT Kemerdekaan RI kali ini, lanjutnya, ada 500 unit mesin dan non mesin produk IKM NTB, di bawah binaan STIPark NTB dan saat ini IKM sedang melanjutkan pabrikasi mesin sejumlah 2.130 unit yang akan ditampilkan pada HUT NTB 17 Desember mendatang.

“Semua capaian itu menjadi bukti. Bahwa dari Sape di ujung timur sampai Ampenan di ujung barat NTB, begitu banyak potensi anak-anak NTB yang terserak. Selama ini, potensi itu terpendam dan tidak pernah dimanfaatkan untuk membangun industri kita.

Maka sekarang, di tengah momentum kemerdekaan RI ini, kita mulai menyaksikan awal bangkitnya industri di NTB. Dulu, para pejuang di bumi pertiwi telah memiliki slogan yang sangat tersohor, yaitu pekikan MERDEKA ATAU MATI! Hari ini, tanpa bermaksud melebih-lebihkan, tidak ada salahnya kita menyemangati diri dengan slogan, INDUSTRI ATAU MATI!,” tegasnya.

Tentu saja, menurutnya, slogan Industri atau Mati itu bukanlah slogan yang kita maknai secara harfiah. Kita tidak perlu berkorban nyawa demi membangun industri di NTB. Kita hanya memerlukan tekad untuk mencoba. Keberanian untuk gagal dan bangkit kembali.

“Ya, mulai sekarang, kita akan memberikan ruang lebih besar bagi kreativitas anak-anak NTB, untuk membangun dan mengembangan industri apapun. Membuka ruang kreativitas ini tentu saja membutuhkan ongkos. Ada ongkos untuk beban produksi, ada ongkos untuk pembelajaran dan potensi kegagalan. Semua itu harus siap kita tanggung. Semua itu harus kita maknai sebagai sesuatu yang wajar dalam upaya untuk menjadikan NTB sebagai daerah industri yang berhasil,” ungkapnya.

Hal itu pula yang menurutnya ditemukan dalam eksperimen Pemprov NTB  pada program JPS Gemilang. Sebuah program penyaluran paket bantuan sosial yang menggunakan produk-produk UMKM dan industri kecil dan menengah lokal.

“Ada proses industrialisasi dalam produk UKM. Lebih dari itu, kebijakan JPS Gemilang 
Tahap I yang menyerap 200 UKM/IKM/Kelompok, Tahap II 535 UKM/IKM/Kelompok dan Tahap III mencapai 4.673 UKM/IKM/Kelompok ini, akan membuka dan memperjelas roadmap pemberdayaan IKM/UMKM pasca-pandemi,” ujarnya.

Dalam JPS Gemilang, pihaknya mengaku memberanikan diri untuk mencoba sesuatu yang lain. Jika selama ini bantuan JPS biasanya berupa komoditas hasil produksi industri-industri nasional yang sudah mapan, berharga murah dan berkualitas baik, maka kita mengambil jalur yang sedikit memutar.

“Kita memilih untuk memasukkan komoditas hasil produksi UMKM  dan IKM asli NTB. Produk-produk hasil kreasi UMKM dan IKM NTB ini tentu saja banyak kekurangannya. Kualitas dan harganya mungkin kalah bersaing dengan produk serupa yang dibuat oleh industri nasional yang telah mapan. Jalan memutar yang kita pilih ternyata tidak keliru. Berkat pilihan itu, ada banyak sekali pelaku UMKM dan IKM yang terbantu. Dan di masa pandemi Corona ini, beban di punggung mereka bisa sedikit kita ringankan berkat program JPS Gemilang. Kebijakan JPS Gemilang, bersama dengan sejumlah paket kebijakan lainnya, berhasil mengurangi kelesuan ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi Corona ini,” cetusnya.

Tapi, ada satu hal yang paling penting dari JPS Gemilang menurut Doktor Zul yaitu, tumbuhnya optimisme dan kepercayaan diri para pelaku UMKM dan IKM  kita. Optimisme ini, kepercayaan diri ini, sungguh tidak ternilai dengan uang. Sesuatu yang membuat masyarakat NTB sadar, bahwa UMKM dan IKM kita bisa berbuat lebih banyak jika diberikan kepercayaan dan kesempatan. Mereka kini percaya bahwa industri di NTB, boleh memasang mimpi setinggi bintang di langit.

“Dan tentu saja kita juga mendapatkan bonus. Dimana, baru-baru ini, Program JPS Gemilang telah menginspirasi banyak daerah dan bahkan mendapatkan apresiasi dari Presiden R.I, Joko Widodo,” ujarnya bangga.

Hari ini juga, lanjutnya, kita ada launching sepeda motor listrik dan mesin-mesin buatan NTB, program mahadesa, penyerahan alat rapid test produk unggulan lokal NTB, penandatanganan prasasti gedung layanan Covid-19 dan trauma center RSUD Provinsi NTB, penandatanganan Pergub UMKM, serta launching market place Provinsi NTB (aplikasi NTB mall).

Disisi lain, lanjutnya, HUT Kemerdekaan RI kali ini kita hadapi di tengah situasi sulit,
yang ditimbulkan oleh pandemi Corona. Semua orang telah berupaya mencari jalan keluar dari serangan wabah ini. Tapi, belum ada satu pihak pun yang mampu menemukannya.

“Hikmah yang kita petik dari pandemi ini adalah pentingnya kita memperkuat kolektivitas kita. Sebab, pandemi hanya bisa kita hadapi dengan kekuatan bersama. Pemerintah, dokter, perawat, pakar-pakar dan tenaga kesehatan tidak akan berdaya, tanpa dukungan masyarakat,” ungkap Doktor Zul.

Di Provinsi NTB, lanjutnya, kami bersama DPRD Provinsi NTB telah menetapkan Peraturan Daerah tentang Penanggulangan Penyakit Menular. Perda ini, sama sekali tidak dihajatkan untuk menyulitkan, apalagi membangkrutkan masyarakat lewat denda bagi warga yang tak memakai masker.

“Semangat Perda ini, bersama dengan anjuran-anjuran terkait protokol kesehatan adalah semata-mata demi melindungi warga NTB dari ancaman penyakit Corona. Kesulitan hidup yang timbul di masa pandemi ini, jangan sampai menumpulkan akal sehat kita,” pesannya. (GA. Im*)
×
Berita Terbaru Update