-->

Notification

×

Iklan

Negara Sudah Merdeka! Jangan Biarkan Diri Kita Terjajah

Thursday, June 13, 2019 | Thursday, June 13, 2019 WIB | 0 Views Last Updated 2019-06-13T02:36:39Z
Oleh: Nurlatifah Kusuma Putri


Tidak bisa di pungkiri bahwa faktanya sekarang teknologi sudah merajalela, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri, berbagai macam perusahaan elektronik berlomba-lomba untuk terus mengupgrade alat elektroniknya agar menjadi trending di kalangan masyarakat. Zaman yang penuh dengan teknologi ini disebut dengan Zaman milenial. Menurut Zuhal (2000) dan Naisbitt (2002) Zaman milenial  bisa disebut dengan zaman dimana generasi tumbuh berdampingan dengan teknologi.

Seolah-olah berbagai alat high-technology telah menjadi bagian  yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Contoh Alat elektronik yang sedang marak saat ini adalah Gadget, saking pentingnya sebuah gadget menjadikan alat elektronik yang satu ini  bukan lagi merupakan kebutuhan sekunder melainkan sudah menjadi kebutuhan primer.  Hal ini juga di karenakan banyaknya aplikasi yang dapat membantu manusia mudah dalam pemenuhan kebutuhan sehingga dengan mempunyai gadget semua urusan menjadi lebih mudah. Gadget adalah salah satu contoh bagaimana teknologi dapat berkembang begitu pesat. Bukan lagi fenomena yang baru, hal ini sudah hadir semenjak Teknologi muncul pertama kali. Dengan Teknologi yang sangat melimpah ini, seharusnya bisa menjadi peluang bagi negara Indonesia agar bisa lebih maju dari sebelumnya.  Namun, Jangan  sampai kita terlena dan membuat diri kita terjajah, kemudian tanpa sadar diperbudak oleh kemajuan teknologi yang begitu pesat dengan bergantung pada alat elektronik. Karena ketika seseorang sudah bergantung pada sesuatu maka ia akan susah untuk melepasnya.

Sebagai Generasi yang hidup di Zaman Milenial, Ada beberapa dampak positif yang dapat diperoleh karena hidup berdampingan dengan gadget. Beberapa diantaranya yaitu mudahnya jalur  komunikasi, cepat dalam mengupdate informasi, membuat pekerjaan menjadi lebih efektif  dan efisien. Tetapi dibalik banyaknya dampak positif yang diberikan oleh teknologi terdapat pula dampak negatif yang berbahaya bagi kesehatan mental dan interaksi sosial individu yaitu kecanduan smartphone. Efek negatif kecanduan smartphone yang dikenal sebagai Phubbing.

Menurut Hidayah dan Youarti (2018) Phubbing adalah sebuah kata singkatan dari Phone dan Snubbing.  Ciri-ciri seseorang yang berperilaku Phubbing yaitu saat berkomunikasi ia akan berpura-pura mendengarkan apa yang di bicarakan oleh lawan bicaranya, sering kali mengecek smartphone, melirik kearah smartphone saat sedang mengobrol, selalu memastikan bahwa smartphone ada di dekatnya, mengganggu pembicaraan face to face hanya untuk menjawab telpon. Contoh mudah  dari phubbing adalah saat kita sedang berkumpul dan mengobrol secara nyata dengan keluarga atau kerabat dekat, terkadang ada satu atau dua orang yang selalu saja asik memainkan gadget-nya entah bermain game atau mengscroll media sosial.

Karena pelaku Phub menunjukkan sifat acuh tak acuh menyebabkan munculnya beberapa dampak negatif bagi kehidupan sosial kita, seperti yang di katakan dalam Qualtrics dan Accel Millenials Study, (207) “Phubbing digunakan untuk menunjukan sikap menyakiti lawan bicara dengan menggunakan smartphone yang berlebihan, orang-orang ini biasanya suka mengecek handphone sebanyak 150 kali setiap waktu.” Selain kutipan diatas Perilaku tersebut menyebabkan lawan merasa tidak dihargai. orang yang bersama Phubber pasti akan mempunyai pikiran bahwa mereka (read; Phubber) tidak memperdulikan dan memperhatikan orang yang sedang bersamanya. Perilaku Phubbing juga dapat memberikan dampak yang sangat negatif pada  hubungan dan kesehatan mental bagi pelaku maupun penerima perilaku. Selain membuat orang lain merasa tidak dihargai dan pelaku juga akan dianggap  tidak sopan. Perilaku ini juga akan membuat keeratan hubungan kita dengan orang lain melonggar akibatnya saat bertemu akan menjadi canggung dan aneh. Perilaku ini dapat menjadi tanda bahwa terdapat masalah dalam penggunaan teknologi yang baik dan benar.

Dengan adanya artikel ini bisa menjadi bahan renungan bagi masyarakat dan diharapkannya muncul kesadaran dari dalam diri agar kita senantiasa menjadi insan yang dapat menghargai satu sama lain dan menjaga keeratan hubungan sehingga kebutuhan sebagai makhluk sosial terpenuhi dengan baik.*Penulis: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang


×
Berita Terbaru Update