-->

Notification

×

Iklan

Berpuasa di Green Island, Marine Research Station di Taiwan

Friday, May 17, 2019 | Friday, May 17, 2019 WIB | 0 Views Last Updated 2019-05-17T06:26:14Z
Oleh: Dr. Syafyudin Yusuf


Kicauan burung dari atas bukit dan suara kodok di halaman belakang gedung Marine Research Station Pulau Hijau (Green Island),  pertanda hari mulai pagi. Ada beda waktu 7 menit lebih lambat di Taiwan dari waktu di Makassar. Sehiingga tidak terasa sulit tuk bangun sahur tepat pada waktunya jam 04.00.

Jumat, 17 Mei 2019  adalah hari ketiga saya di Taiwan. Dua hari yang lalu saya habiskan waktu tuk perjalanan dari Makassar jam 08.25 WITA, tiba di Cengkareng 09.25 WIB.  Jam 13.50 WIB, saya dan penumpang lain naik pesawat China Airlines dan mendarat di Bandara Taoyuan pada jam 20.20 waktu Taipe.

Turun pesawat bersama Tenaga Kerja Indonesia yang baru, seorang wanita Taiwan sedikit fasih berbahasa Indonesia mengatur para TKI melewati pintu imigrasi. Saya harus naik taksi menuju penginapan City Inn Hotel di jantung Kota Taipe. Sampai disini saya nggak ada masalah. Masalah muncul ketika saya berpikir keras bagaimana caranya sahur. Nah, petugas hotel menunjukkan minimart 7 Eleven.

Tiada pilihan lain, nasi sesuap origini yang  dibungkus lembar tipis berbahan rumput laut (algae) dan pack mie bercampur sayur, tinggal disiram dengan air panas. Origini terbuat dari beras jepang yang memiliki kada kanji yang tinggi (Oryzia sativa spp.japonica), didalamnya terisi berbagai lauk ayam atau gading.

Bermodalkan waker HP, bangun sahur tepat jam 04.00 WITA atau 03.53 waktu Taipe, Alhamdulillah walau hanya nasi origini dan mie sayur yang disiram air hangat. Menjelang jam 6 pagi, saya bergegas ke Bandara naik Taxi sekitar 15 menit dengan bayaran 100 NTD (Taiwan Dollar) setara Rp 46.600, tidak mahal. Tapi dari Bandara Touyoan ke Hotel  selama 1 jam kecepatan 120 km/jam dibayar 1250 NTD  setara Rp583.000.

Masalah berikutnya muncul ketika HP tidak bisa kontak ke kolega Dr. Yoko Nozawa (coordinator peneliti) di Bandara domestik Taipe.  Sudah satu jam bingung menunggu dan mencari Dr. Nozawa hingga  melalui microphone informasi, tak kunjung ketemu.

Meminjam HP Cleaning Service untuk calling, juga tidak diangkat. Kalut, jangan sampai saya ditinggal pesawat, tiket gak punya. Tiba-tiba beliau dan 2 mahasiswa S3 internasional muncul dari pintu masuk. Alhamdulillah, tidak jadi kehilangan jejak di keramaian. Setelah cek in, saya menemani mereka untuk breakfast.

Dr. Nozawa kaget ketika saya jelaskan tentang puasa, dalam bahasa inggris disebut Fasting.  MBahwa puasa itu tidak makan dan minum seharian kecuali malam.  Nozawa kembali bertanya, kapan saya harus makan.  Dalam bahasa Inggris pas-pasan, saya jelaskan, muslim berpuasa hanya boleh makan di malam hari mulai dari subuh atau jam 04.30 hingga matahari sunset sekitar jam 06.15 WITA.  Jika di Makassar Indonesia sekitar 13 jam lebih, maka di Taiwan kami harus puasa lebih dari 14 jam. Sebab diperkirakan imsyak/subuh jam 04.00 dan matahri tenggelam atau magrib 6.30 waktu Taiwan.

Jadi muslim bertahan untuk makan siang dan sarapan pagi ? jawabku yes, tapi kami akan berkerja dengan normal seperti di Indonesia. Mereka mulai paham. Segera kami naik ke pesawat setelah panggilan terakhir dari Mandarin Airlines.  Banyak penumpang wisatawan dari Taipe atau Cina daratan, berlibur ke Pulau Orchid dan atau Green Island.  Sitar 20 menit, kami sudah sampai di penyeberangan Taitung.

Penumpang kapal very cepat  hampir penuh sekitar 200 orang, jam 09.30 berangkat tiba di Green Island jam 10.20.  Terdengar dari keramaian penumpang, ada yang sempat berbahasa Indonesia logat Jawa, ternyata mereka penjaga tangga dan pintu very, monngo mas, sahut ku, monggo..monggo..jawabnya.

Di tengah perjalanan, wisatawan dihibur oleh kemunculan ikan lumba-lumba di sisi kiri kapal very.  Semua bersorak selama 1 menit, lalu hilang. Beberapa menit kapal sudah nayadar di dermaga Green Island.

Hari pertama di Green Island, banyak sepeda motor matic disewakan, tak banyak mobil di sini. Mungkin karena tempat wisata dan untuk menghindari polusi asap lokasi wisata. Cuaca makin panas sekitar jam 10.30-11.00, menggiring koper dan menjinjing kotak berisi makanan halal dari Indonesia, butuh tenaga ekstra. Sejauh 300 m bukan jarak dekat di saat puasa hingga dapat lokasi rent motorcycle. Saya dan Nozawa berboncengan sambil menaikkan koper, kotak dan tas tentengan di tengah lekukan motor matic.  Dengan menggendong tas laptop di bahu, perjalanan santai sekitar 15 menit sudah sampai di Marine Research Station milik Akademia Sinica Taiwan, sekelas LIPI Oseanografi kalau di Indonesia.

Alhamdulillah, capek dan lelah terbayar oleh pemandangan sekitar yang hijau di bukit dan kebersihan halaman, ruang dan fasilitas lain. Sayapun dipersilakan keliling, lalu ke kamar untuk istirahat, Alhamdulillah, terasa nyaman di saat puasa.

Marine Station ini cukup luas,  sekitar 1,126 Ha luas lahan dan bangunan 3146 m2.  Terletak di sudut timur laut Green Island, marine Station awalnya berfungsi sebagai pusat pelatihan bakat dan ketrampilan. Namun sudah ditinggalkan, akhirnya dialihkan menjadi pusat riset kelautan. Namanya Green Island, pengunungan yang hijau tanpa ada pembabatan.  Masyarakat yang ramah lingkungan sebagai syarat lokasi wisata.  Sepanjang jalan tak ada sampah berserakan.

Usaha wisata sangat berkembang disini, mulai dari pelabuhan ratusan sepeda motor matic direntalkan, restoran, penginapan/homestay bahkan penyewaan alat diving dan snorkeling.  Obyek wisata alam variatif, laut dan alam pengunungan yang sejuk. Obyek penyelaman dan snorkeling sepanjang pantai terumbu karang Green island, walau tak sebanyak spesies karang, ikan dan keindahannya dibanding terumbu karang di Indonesia.

Hari ini kami mulai melakukan penyelaman riset ke lokasi terumbu karang untuuk mencari karang yang sudah berisi telur dalam tubuhnya. Program riset internasional ini khusus bagi peneliti reproduksi seksual karang, seperti yang pernah saya lakukan di Australia untuk penelitian S3 dan di Indonesia untuk aplikasi sains reproduksi karang.  Penelitian ini penting untuk mengetahui kandungan dan  perkembangan telur karang yang akan dikawinkan (fertilisasi) di laboratorium Marine Station di Green Island.

Tepat dibulan purnama atau satu, dua hari setelah bulan purnama, diperkirakan karang akan melepaskan telurnya bersama sperma bibit jantan. Temuan ini akan dinadingkan dengan temuan di terumbu karang Makassar  dan di Grat Barrier Reef Australia.  Karang bertelur pada saat matahari tenggelam sebelum bulan purnama muncul diufuk timur.  Nikmat/Rahasia Allah yang mana yang kita dustakan ? (QS : Arrahman)
Masya Allah, dibalik semua itu, misi pengamatan reproduksi karang akan mengungkap rahasia Allah di bulan Purnama yang indah, ternyata ada banyak proses kelangsungan hidup di bumi yang dipengaruhi oleh kondisi bulan.

Kita patut berterimakasih kepada ulama sekaligus saintis masa lampau yang menemukan perhitungan bulan sebagai tahun hijriyah.  Proses alamiah mengikuti perputaran bulan dan matahari, ini ketetapan Allah.

Semoga  puasa tetap mendapat pahala disisi Allah, walau harus menyelam hari ini dan menyelam malam dua hari kedepan hingga tiga hari pasca bulan purnama. Penulis: Peneliti Terumbu Karang Asia Pasifik. Dosen Ilmu Kleuatan Unhas, Makassar.  

    
×
Berita Terbaru Update