-->

Notification

×

Iklan

Tradisi Nguwur Siq Kesangkur Upaya Mengenang Kembali Kerajaan Kecil di Sesela

Wednesday, February 6, 2019 | Wednesday, February 06, 2019 WIB | 0 Views Last Updated 2019-02-06T12:18:23Z
Parade Budaya Classic 2019 bertajuk ‘Nguwur Siq Kesangkur’  

Lobar, Garda Asakota.-

Tokoh agama panutan Lombok Barat (Lobar) TGH. Munajib Kholid  meminta para generasi muda di wilayah Desa Sesela, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, kembali bersemangat dalam mengajarkan dan mempelajari tradisi luhur yang diajarkan para nenek moyang warga Sesela. 

Oleh karena itu, sosok yang juga, Ketua Baznas Provinsi NTB itu mendukung pelaksanaan Parade Budaya Classic 2019 bertajuk ‘Nguwur Siq Kesangkur’  untuk dijadikan event budaya tahunan di wilayahnya. Sebab, hal itu akan mampu menumbuh kembangkan kekayaan budaya asli warga setempat untuk bisa ditonjolkan sebagai kekayaan potensi budaya lokal bagi provinsi NTB kedepannya. 

“Pokoknya, kearifan lokal yang ada di Sesela itu jangan sampai punah. Tugas kita semuanya, harus melestariskan budaya itu, karena ‘Nguwur Siq Kesangkur’ identik dengan pituah yang tidak boleh dilupakan oleh siapapun, termasuk generasi muda atau yang lazim dikenal dengan genarasi mileneal,” ujar TGH. Munajib Kholid dalam orasi budayanya usai membuka kegiatan budaya itu, Selasa (5/2) malam di lapangan pasar Desa Sesela, kemarin. 

Ia menyatakan, dalam keseharian warga Sesela terdahulu, tradisi pencak silat merupakan urat nadi keseharian warga setempat. Sebab, di desa Sesela saat itu ada kerajaan kecil yang dalam sejarahnya berafiliasi pada kerajaan Selaparang.

Namun pada perjalanannya, kata Munajib, oleh pengusa saat itu. Yakni, Kerajaan Karang Asem, kerajaan Sesela dimatikan serta dipecah belah, sehingga banyak warga Sesela kala itu, bekerja menjadi tukang batu. Padahal, jika merujuk babadnya, warga Sesela itu adalah para pemikir. 

“Bahkan, dalam babad Sesela, para pemain pencak silatnya banyak kaum perempuan. Tapi sekarang, kaum perempuan sudah tidak ada lagi melakukan budaya warganya. Tugas kita melalui event budaya ini mengingatkan tentang sejarah wanita Sesela yang pandai bermain pencak silat untuk bisa dihidupkan lagi,” kata Munajib.

Ia menjelaskan, dalam pituah Sesela terdapat delapan hal yang harus dipedomani oleh para generasi muda. Yakni, mereka harus bisa menjadi seperti langit, air, angin, tanah, matahari, bulan, api dan menjadi embun.  
Sebab, jika delapan hal itu bisa dilakukan, maka kehidupan kemasyarakatan, berbangsa, bernegara serta beragamaan akan bisa berjalan dengan baik. 

“Yang pasti, nenek moyang warga Sesela itu telah mengatur kehidupan generasi mudanya agar cinta tanah air dan menjadi penyejuk bagi alam dan tanah airnya. Kalau delapan pituah bijak ini kita pedomani, maka paham-paham yang tidak sesuai dengan budaya kita dan memecah belah bangsa jelas tidak akan memperoleh tempat,” tandas Munajib Kholid. 

Sementara itu, Ketua Panitia Parade Budaya Classic "Nguwur Sik Tesangkur", Sabri menambahkan, dihelatnya event budaya ini tidak lain adalah upaya generasi muda di Sesela untuk menghidupkan kembali budaya tanah leluhurnya agar tidak punah akibat pengaruh zaman saat ini.

“Kewajiban kita, selaku generasi muda untuk menghidupkan budaya yang lahir dari tradisi untuk bangkit kembali. Insya Allah, dari hasil kajian kami, seluruh budaya leluhur umumnya sangat baik karena berisi ajakan yang sangat mulia. Jadi, wajib tugas kami untuk terus melestarikannya,” kata Sabri. 

Pantauan wartawan dilapangan menyebutkan, kegiatan Parade Budaya Classic 2019 bertajuk ‘Nguwur Siq Kesangkur’ itu diawali dengan pawai obor keliling desa yang diikuti seluruh anak-anak muda di semua dusun di wilayah desa Sesela sebagai pembukaan kegiatan itu. Direncanakan, kegiatan yang berlangsung selama seminggu itu akan diisi dengan sejumlah kegiatan budaya asli masyarakat desa Sesela. (GA. 211*)

×
Berita Terbaru Update