Mataram, Garda Asakota.-
Gubernur NTB, DR TGH M Zainul Majdi, menyampaikan Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun 2017 dan LKPJ Akhir Masa Jabatan
Tahun 2013-2018 dihadapan Rapat Paripurna DPRD NTB yang dipimpin langsung oleh
Ketua DPRD NTB, Hj Baiq Isvie Rupaedah, didampingi Wakil Ketua DPRD NTB lainnya
TGH Mahali Fikri dan H Abdul Hadi, dan dihadiri oleh seluruh pimpinan SKPD
Lingkup Provinsi NTB, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD), puluhan siswa
dan siswi SMA Kusuma Kota Mataram serta sejumlah mahasiswa dari Perguruan
Tinggi, pada Senin 23 April 2018.
Dalam penyampaiannya, pria yang akrab disapa Tuan Guru
Bajang (TGB) ini, memaparkan tingkat kemajuan pembangunan NTB di segala bidang
selama hampir sepuluh tahun terakhir. “Perjalanan Panjang Pembangunan Ntb Dalam
Hampir Sepuluh Tahun Terakhir, Alhamdulillah Kita
Saksikan Mengalami Kemajuan Di Segala Bidang Yang Sungguh Luar Biasa. Hal Ini
Dapat Dilihat Terutama Pada Kondisi Ekonomi Makro Nusa Tenggara Barat Yang
Terus Mengalami Perubahan Yang Signifikan, Antara Lain Pertumbuhan Ekonomi
Tanpa Tambang Terus Mengalami Peningkatan Dari Tahun Ke Tahun Bahkan Mencapai
Angka 7,10 Persen Pada Tahun 2017. Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi Dalam 5
Tahun Terakhir Dengan Memperhitungkan Sektor Tambang Sebesar 7,60 Persen,
Sedangkan Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Tambang Rata-Rata 6,25 Persen. Angka
Pertumbuhan Ini Diatas Rata-Rata Nasional 5,11 Persen. Pengangguran Di Ntb Juga
Mengalami Penurunan Yang Cukup Signifikan, Dari Kondisi Awal Pada Tahun 2013
Sebesar 5,38 Persen Turun Menjadi 3,32 Persen Di Tahun 2017,” papar TGB.
Selain Pertumbuhan Ekonomi Yang Terus Membaik, menurut TGB,
Diiringi Juga Dengan Menurunnya Tingkat Kesenjangan Pendapatan Antar Penduduk
Dan Pembangunan Antar Wilayah. “Tahun 2017 Tingkat Kesenjangan
Pendapatan Yang Diukur Dengan Gini Ratio Sebesar 0,378 Menurun Dari Kondisi
Tahun 2013 Sebesar 0,396. Begitu Juga Kesenjangan Antar Wilayah Yang
Diukur Dengan Indeks Williamson Menunjukkan Angka Sebesar 0,281 (Katagori
Rendah) Pada Tahun 2017. Secara Umum, Tingkat Kesenjangan Pendapatan
Antar Penduduk Dan Pembangunan Antar Wilayah Di Ntb Lebih Rendah Dibandingkan
Dengan Nasional,” timpalnya.
Salah Satu Indikator Dan Ukuran Keberhasilan Pembangunan
Manusia, lanjut TGB, Adalah Pada Capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Yang
Mencerminkan Kondisi Kemampuan Dasar Penduduk Yang Mencakup Dimensi Pendidikan,
Kesehatan Dan Ekonomi. “Alhamdulillah Perkembangan
Dan Kemajuan Berbagai Dimensi Ipm Di Provinsi Ntb Patut Kita Syukuri,” ujar TGB.
IPM Provinsi NTB, menurut TGB, Dari
Tahun 2013-2017 Terus Mengalami Peningkatan, Tahun 2013 IPM Provinsi Ntb 63,79,
Tahun 2016 Meningkat Jadi 65,81 Dan Tahun 2017 Meningkat Lagi Jadi 66,58 Atau
Tumbuh 1,17 Persen. Dilihat Dari
Rata-Rata Pertumbuhan IPM Periode 2010-2017, Ntb Termasuk Provinsi Yang Paling
Progresif Dalam Peningkatan IPM Dengan Rata-Rata Pertumbuhan 1,22 Persen Per
Tahun Atau Yang Tercepat Secara Nasional. “Sehingga Ntb Menjadi Salah Satu
Provinsi Yang Berstatus Top Movers Atau
Percepatan IPM Yang Sangat Baik. Selain Sebagai Provinsi Paling Cepat
Pertumbuhan IPM, Alhamdulillah Posisi Ntb Juga Beranjak Dari Urutan 33 Menjadi
29 Secara Nasional Di Tahun 2017. Sementara Itu, IPM Kabupaten/Kota Di Ntb Juga
Terus Mengalami Peningkatan, Pada Tahun 2017 Terdapat Tiga Daerah Yang Sudah
Masuk Kategori Tinggi Yaitu Kota Mataram, Kota Bima, Dan Terakhir Kabupaten
Sumbawa Barat,” kata TGB.
Dikatakannya, Membaiknya Tingkat Kesejahteraan Masyarakat
Juga Bisa Dilihat Dari Angka Kemiskinan. Dalam 5 Tahun Terakhir
Angka Kemiskinan Di Ntb Terus Mengalami Penurunan, Dari 17,25 Persen
Pada Tahun 2013 Menjadi 15,05 Persen Pada Tahun 2017 Atau Rata-Rata 0,55 Persen
Per Tahun, Sedangkan Secara Nasional 0,34 Persen Per Tahun. Pada Tahun 2017,
Ntb Menempati Capaian Tertinggi Kedua Dalam Menurunkan Angka Kemiskinan (1,02%)
Setelah Papua Barat (1,98%). “Keberhasilan Ini Mengukuhkan Posisi
Ntb Sebagai Provinsi Paling Progresif Kedua Dalam Mengurangi Angka Kemiskinan
Secara Nasional. Keberhasilan Menurunkan Kemiskinan Dilakukan
Langsung Dari Akarnya, Yaitu Desa, Karena Kemiskinan Terpusat Di Desa. Dengan
Memanfaatkan Basis Data Terpadu, Intervensi Program Kemiskinan Menjadi Lebih
Tepat Sasaran. Dengan Semangat Melawan Kemiskinan Dari
Desa, Kita Dapat Mengoptimalkan Potensi Masyarakat Desa Dan Mengefektifkan
Pemanfataan Anggaran Yang Tidak Hanya Bersumber Dari Apbd Provinsi Ntb, Tetapi
Juga Mengintegrasikan Dengan Apbd Kabupaten/Kota, Apbdes Serta Pendanaan Dari Stakeholders Lainnya,”
ujarnya.
Terkait Dengan Beberapa Sasaran Pokok Nasional Dalam Bidang
Pertanian Serta Kelautan Dan Perikanan Yang Juga Menjadi Prioritas Pembangunan
Di Daerah. Dilihat Dari Perkembangannya, kata TGB, Ntb Telah Memberikan
Kontribusi Yang Cukup Besar, Terutama Produksi Jagung Sebesar 2,02 Juta Ton
Pada Tahun 2017 Meningkat 3 Kali Lipat Dibandingkan Produksi Tahun 2013 Sebesar
632 Ribu Ton Dan Rumput Laut Pada Tahun 2013 Sebesar 756 Ribu Ton Meningkat
Menjadi 1,04 Juta Ton Pada Tahun 2017. Kedua Komoditas Ini Masing-Masing
Berkontribusi 9,02 Persen Dan 8,08 Persen Terhadap Produksi Nasional Di Tahun
2017. Sebagai Lumbung Beras Nasional, Produksi Padi Ntb Meningkat 6,88 Persen
Dari 2,19 Juta Ton Tahun 2013 Menjadi 2,34 Juta Ton Tahun 2017. “Sementara Itu,
Pertumbuhan Populasi Ternak Sapi Juga Mengalami Peningkatan Dengan Rata-Rata Pertumbuhan Populasi
Sebesar 4 Persen Dalam Kurun Waktu 2013 – 2017, Sehingga Total Populasi Sapi
Tahun 2017 Mencapai 1,15 Juta Ekor,” ujarnya.
Selain Sektor Pertanian, Pembangunan NTB Juga Bertumpu Pada
Sektor Pariwisata, Dimana kata TGB, Ntb Merupakan Salah Satu Destinasi Wisata
Unggulan Di Indonesia. Kawasan Mandalika Yang Ada Di Ntb Menjadi Prioritas
Pembangunan Pariwisata Nasional, Saat Ini Pembangunan Resort Dan Hotel Bertaraf
Internasional Sedang Dilakukan Oleh Pihak ITDC Sebagai Pengelola Kawasan
Mandalika. Tak Hanya Itu, Untuk Mendukung Aktivitas Pariwisata, Di Kawasan Ini
Juga Telah Dibangun Infrastruktur Yang Memudahkan Wisatawan.
Ntb Memiliki Destinasi Dan Keragaman Potensi Wisata Kelas
Dunia Selain Kek Mandalika, Mulai Dari Kawasan Teluk Saleh, Pulau Moyo Dan
Tambora (Samota), Kawasan Lambu-Sape- Komodo-Sangiang (Lasakosa), Geopark
Gunung Rinjani, Pantai Senggigi, Pesona Gili-Gili Dan Juga Kekayaan Tradisi,
Seni Budaya, Sejarah, Dan Industri Kerajinan Rakyat Yang Unik Dan Potensial.
Dengan Beragam Destinasi Dan Potensi Wisata Unggulan Yang Dimiliki Ntb Telah
Menarik Wisatawan Baik Mancanegara Maupun Nusantara, Hal Ini Terlihat Dari
Meningkatnya Kunjungan Wisatawan Ke Ntb Mencapai 7 Kali Lipat Dalam 10 Tahun
Terakhir Dari 544 Ribu Orang Pada Tahun 2008 Menjadi 3,5 Juta Orang Lebih Pada
Tahun 2017.
Realisasi Investasi Di Sektor Pariwisata Secara Konsisten
Berkontribusi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Ntb, Pada Tahun 2017 Realisasi Investasinya
Menduduki Peringkat Kedua Setelah Sektor Pertambangan, Dengan Nilai 2,10 Triliun
Rupiah Lebih Atau 21,31 Persen Dari Jumlah Investasi Yang Masuk.
Sehingga Sektor Pariwisata Ini Sungguh Layak Dan Sangat Potensial Menjadi Salah
Satu Poros Dan Penopang Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Barat Sekarang Dan
Dimasa Yang Akan Datang. Meningkatnya Investasi Ini Didukung Oleh Kondusivitas
Daerah, Infrastruktur Yang Makin Mantap Dan Kemudahan Perijinan. “Pada Tahun
2013 Total Investasi Di Ntb Tercatat Rp.4,91 Triliun Meningkat Hampir 3 Kali
Lipat Menjadi Rp.11,28 Triliun Pada Tahun 2017,” pungkasnya. (GA.
211/215*)