-->

Notification

×

Iklan

Demi Tanah Kelahiran, Lutfi Rela Tinggalkan DPR RI

Monday, December 25, 2017 | Monday, December 25, 2017 WIB | 0 Views Last Updated 2017-12-25T01:43:35Z
HM. Lutfi saat diajak selfie oleh warga masyarakat usai Senam Sehat dan Bahagia Lutfi Feri. 


Kota Bima, Garda Asakota.-

       Bagi sebagian orang-orang daerah yang sukses di Ibukota Jakarta, tidaklah mudah untuk meninggalkan begitu saja kemewahan dan kenyamanan Ibukota Jakarta. Namun berbeda dengan sosok HM. Lutfi, SE. Pria yang sudah dua periode menjadi anggota DPR RI justru rela meninggalkan jabatannya tersebut dan lebih memilih kembali ke tanah kelahirannya Kota Bima untuk mencalonkan diri sebagai Walikota Bima 2018-2023.

       ‎Padahal jika dihitung-hitung, segala fasilitas dan gaji yang diterimanya sebagai Pejabat Negara jauh lebih besar bila dibandingkan dengan pendapatan seorang kepala daerah. Bayangkan saja, gaji Walikota Bima bila dibandingkan dengan gaji anggota DPR RI selisihnya cukup jauh. Gaji Walikota hanya Rp6 juta sebulan, sedangkan gaji DPR RI sebesar Rp68 juta per bulan atau 10 kali lipat dari gaji Walikota. Tapi ini pilihan hidup, keberanian langkah dan sikap dari pria asli Kelurahan Rontu ini untuk meninggalkan jabatan yang masih tersisa dua tahun lagi justru menuai apresiasi dan dukungan luas dari elemen masyarakat Kota Bima. "Sisa dua tahun masa jabatan saya di DPR RI, sama halnya meninggalkan uang Rp8 milyar, tapi ini tidak ada artinya demi tanah kelahiran.  InsyaAllah saya bersama Bapak Feri Sofiyan,  Ketua DPRD Kota Bima saat ini, akan mewakafkan hidup dan pengabdian untuk tanah kelahiran yang kami cintai ini," ucap HM. Lutfi, dihadapan ratusan ibu-ibu dan masyarakat lingkungan Sapaga Kelurahan Jatibaru Asakota Kota Bima yang menghadiri Senam Sehat dan Bahagia Lutfi-Feri, Minggu sore (24/12). 


    Berbekal pengalamannya yang cukup panjang di DPR RI, termasuk  pengalaman di Badan Anggaran, Lutfi merasa yakin dan mengerti betul bagaimana caranya untuk mendorong kemajuan suatu daerah. "Banyak daerah yang tertinggal karena tidak mampu menjemput anggaran di kementerian-kementerian yang ada.  Untuk itu, kita harus kerja keras karena membangun ini tidak semudah membalikan telapak tangan.  Saya ingat betul bagaimana kegigihan almarhum Nur Latief (mantan Walikota Bima dua periode, red). Almarhum tidak mengenal lelah, jika menjemput anggaran tidak akan pulang sebelum didapat.  InsyaAllah, kegigihan almarhum Nur Latief sejalan dengan mentalitas yang saya miliki saat ini," ucap pria yang juga ponaan dari Almarhum Nur Latief ini,  disambut hangat warga masyarakat.

       Pada kesempatan itu, Lutfi didampingi isteri Hj. Elly Alwaini dan Ibu Jumriah Feri Sofiyan, menegaskan  bahwa kehadiran seorang Gubernur,  Walikota dan Bupati sebagai ujung tombaknya Negara adalah untuk  kesejahteraan rakyat. "Percuma saja bila  Pemerintah Pusat mengucurkan anggaran yang banyak tetapi jika kepala daerahnya tidak mengambil pola anggaran yang tepat, maka jelas masyarakatnya akan tertinggal jauh. InsyaAllah, jika kami diberikan kepercayaan dan amanah oleh masyarakat kota Bima maka salah satu kebijakan yang kami utamakan adalah mengedepankan pola penggunaan anggaran yang baik dan tepat demi untuk kesejahteraan masyarakat," pungkasnya. (GA. 212*) 

×
Berita Terbaru Update