-->

Notification

×

Iklan

Presiden Jokowi Mengaku Berada Ditengah Ulama NU, Dingin Dan Sejuk

Thursday, November 23, 2017 | Thursday, November 23, 2017 WIB | 0 Views Last Updated 2017-11-23T12:25:30Z


Mataram, Garda Asakota.-
            Presiden RI, Joko Widodo, mengaku setiap kali berada di tengah-tengah para kaum Nahdiyyin selalu merasakan suasana yang dingin dan sejuk. “Begitu saya masuk tadi, suasana yang saya rasakan itu adalah suasana yang dingin dan sejuk. Apalagi berada ditengah-tengah para alim ulama NU. Begitu juga pas masuk ke pesantren-pesantren NU juga suasananya sama yaitu dingin dan sejuk,” ungkap Joko Widodo saat menyampaikan sambutannya diacara Munas Alim Ulama dan Koferensi Besar Nahdlatul Ulama Tahun 2017 yang digelar di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center Kota Mataram Provinsi NTB, Kamis 23 November 2017.
            Kenapa seperti itu?, Joko Widodo mengaku hal ini juga dirasakan bukan hanya oleh dirinya saja akan tetapi juga dirasakan oleh masyarakat lainnya bahkan dari Negara-negara lain turut merasakan hal yang sama seperti pengalaman yang diceritakannya kepada Presiden Afghanistan Ashraf Ghani bahwa Negara Indonesia memiliki 17 ribu pulau, 714 suku, 1.100 lebih bahasa local, dan agama yang bermacam-macam.
       “Tetapi supaya Presiden Ghani tahu, bahwa Indonesia adalah Negara yang penduduk Muslimnya terbesar di dunia dengan 87 persen penduduknya adalah Muslim. Dan itu banyak dari Negara-negara lain yang belum tahu, makanya terus saya ulang-ulang dan saya sebut begitu. Dan tindak lanjut dari pertemuan itu, dua hari yang lalu hadir ke Indonesia, dengan kekagumannya terhadap kebersatuan kita, ukhuwah wathaniah yang kita bangun, beliau mengirimkan tim besar ke Indonesia bersama 35 ulama Islam dan tokoh-tokoh besar di Afghanistan untuk melihat sendiri keadaan ukhuwah Islamiah dan ukhuwan wathoniah di Indonesia secara langsung dengan mengunjungi langsung NU dan berkunjung ke pesantren-pesantren,” ujarnya.
       Menurutnya, Tim Besar dari Negara Afghanistan itu mengaku sangat kagum dengan kebersatuan masyarakat Indonesia meski terdiri dari beribu pulau, suku, bahasa serta agama yang berbeda akan tetapi masyarakat Indonesia tetap bersatu. “Sementara di Afghanistan itu hanya ada 7 suku dan ketika terjadi konflik antara suku, masing-masing suku yang satu membawa kawannya dari luar dan perang itu telah berlangsung sejak tahun 1973 atau sudah terjadi selama 40 tahun. Oleh karenanya Presiden Afghanistan meminta kepada Indonesia agar mau menjadi mediator untuk memediasi pertikaian yang terjadi di Afghanistan. Dan saya sampaikan, Bismillah, saya sanggupi,” cetusnya.

            Negara Indonesia, menurutnya, dilihat oleh Negara Luar itu sebagai Negara yang netral atau Negara yang tidak memiliki kepentingan terhadap Negara lain. “Negara yang dingin dan sejuk dan itu juga disebabkan oleh Organisasi terbesar di Indonesia adalah Nahdatul Ulama. Oleh karena itu, kami sangat berharap agar dalam Munas ini bisa dibahas dan disampaikan kepada kami rekomendasi-rekomendasi terutama yang berkaitan dengan Pemerintah agar kami bisa menindaklanjuti terutama yang berkaitan dengan radikalisme, ekonomi ummat, redistribusi asset,” pungkasnya. (GA. Imam*).
×
Berita Terbaru Update