-->

Notification

×

Iklan

Refleksi Pilkada Kota Bima dan Rencana Bersatunya Sembilan Parpol Mengusung Lutfi-Feri Dalam Pilkada Kota Bima 2018

Thursday, September 7, 2017 | Thursday, September 07, 2017 WIB | 0 Views Last Updated 2017-09-07T10:51:56Z

Oleh : Darussalam, SHI. (Mantan Aktivis HMI Jogjakarta)

Sembari menikmati kopi dan gorengan serta menghisap rokok bagi yang merokok, tidak ada salahnya untuk coba kita rileks sejenak untuk menguak kembali sejarah bagaimana sebenarnya parpol-parpol yang berkoalisi mendukung pasangan calon (paslonnya) dalam pilkada Kota Bima dengan satu tujuan yakni untuk merefleksikan sejarah pilkada Kota Bima 2013 sebagai suatu bahan komparasi dalam menghadapi Pilkada Kota Bima Tahun 2018.

Saat Pilkada Kota Bima Tahun 2013 silam, ada Partai Golkar dan Gerindra yang berkoalisi mendukung pasangan Ferra-Nasir (FERSI) dan ternyata perolehan suara FERSI mencapai angka 18.889. Perolehan suara tersebut lebih besar atau melampaui suara dasar koalisi parpol pengusung yang sebesar 12.246. Kedua partai ini ternyata berhasil mempertahankan konsistensi suara partainya sekaligus berhasil medorong paslonnya meraih suara lebih dari suara parpol pengusung.

Ada lagi PKS, Hanura dan PPP yang berkoalisi mengusung pasangan Sucipto-Junaidin (SUJUD). Lagi-lagi ketiga parpol koalisi ini mampu menunjukan soliditas partai dan pendukungnya hingga membuat pasangan SUJUD meraih suara sebesar 12.626. Perolehan suara ini melampaui atau lebih besar dari pada suara partai pengusung saat itu yang hanya sebesar 9.448. Ketiga partai ini berhasil membuktikan konsistensi suara partainya sekaligus berhasil mendongkrak suara paslon yang diusungnya.

Lalu ada lagi PAN yang mengusung Ferry-Anang bersama PBR. Perolehan suara Ferry Anang pada pilkada saat itu sebesar 6.343 suara. Ini lebih kecil dari suara dasar parpol pengusung sebesar 7.593. Meski terjadi penurunan dari suara dasar parpol pengusung tetapi perolehan suara ini selaras dengan perolehan suara PAN 6.216. Parpol PAN mampu membuktikan konsistensi mengamankan basis suara partainya. Begitu juga dengan PKPI dan PKB yang mengusung paslon Subhan-Riza (SURI). Keduanya tergabung dalam kolisi parpol non kursi dan mampu menghantar paslon SURI meraih suara 15.076. Sama dengan partai yang lain kedua partai ini juga berhasil menjaga soliditas pendukungnya. Yang berbeda hanya terjadi pada PBB beserta koalisinya yaitu PKPB dan PNI yang mengusung paslon JAMIN. Suara dasar koalisi ketiga partai ini sebesar 7.137. Terjadi penurunan yang signifikan karena pasangan JAMIN hanya memperoleh suara sebesar 2.010 dimana suara ini lebih rendah dari perolehan suara partai PBB sebesar 2.926. Meski demikian PBB mampu menunjukan kembali tajinya dengan perolehan suara yang meningkat tajam pada pemilu berikutnya sebesar 4.838 suara.

   Data dan fakta diatas jika disimpulkan paling tidak ada beberapa point penting. Pertama, parpol atau koalisi parpol secara umum selalu mampu menjaga soliditas suara parpolnya masing masing dalam berjuang memenangkan paslon yang diusungnya. Kedua, suara pribadi paslon selalu saling mengisi dan melengkapi dengan suara parpol pengusung dengan demikian perolehan suara paslon dalam pilkada secara umum selalu melampaui atau terjadi peningkatan yang signifikan dari suara dasar partai koalisi dengan suara paslon pada setiap pilkada. Ini menunjukan terjadi sinergis yang sangat baik antara suara parpol dengan personal value paslon. Ketiga, secara umum parpol koalisi menujukan kerja yang positif dan tidak hanya sekedar menjadi kendaraan politik tetapi mesin parpol pun bergerak linier saling mengisi dan melengkapi dengan suara simpatisan figur yang diusung. Kelima, dari data dan fakta tersebut menunjukan terjadi loyalitas pemilih dari masing masing partai, artinya ketika parpol atau kader parpol yang dipilihnya pada pileg mendukung salah satu figur maka pemilih atau konstituen parpol juga loyal menaati dan mengamini serta memilih figur yang diusung oleh parpol.
      
     Menariknya, memasuki pra pelaksanaan Pilkada Kota Bima Tahun 2018 ini adalah ketika mencuatnya informasi Sembilan (9) parpol berkoalisi secara konsisten dan tetap melawan petahana sebagaimana pilkada sebelumnya, sebut saja PAN, Golkar, Gerindra, PKS, PPP, Hanura, PKB, PKPI dan PBB dikabarkan berfusi atau berkoalisi mengusung satu paslon sebut saja Lutfi-Feri. Total akumulasi suara dari 9 parpol tersebut sebesar 61.696 suara atau setara dengan 59% dari total populasi pemilih Kota Bima. Setara dengan 72% dari total suara sah pileg yang lalu.

Jika koalisi besar itu terjadi, maka pertanyaanya adalah apakah perolehan suara paslon yang diusung oleh 9 parpol tersebut akan berubah atau jauh lebih kecil dari suara dasar partai koalisi ini? Rasanya berdasarkan fakta dan data yang telah diuraikan sebelumnya bahwa konsistensi suara parpol yang bertali temali dengan personal value yang dimiliki seorang figur atau paslon yang diusung oleh parpol koalisi ini justru akan mengalami peningkatan dari suara dasar parpol. Instrumen pertarungan untuk memenangkan atau paling tidak mempertahankan perolehan suara dasar parpol tidak lepas dari beberapa instrument yang memang menjadi syarat dalam pertarungan pilkada seperti kefiguran calon, strategi, tim baik parpol maupun non parpol, program yang ditawarkan paslon, serta logistik pertempuran pasti dan sangat dimiliki oleh paslon Lutfi-Feri. Misal saja dalam soal strategi, Lutfi-Feri sudah mampu membuktikan keampuhan strategi dengan membangun koalisi besar untuk menciptakan pertarungan head to head dengan petahana dari sisi usungan parpol. Fakta lain adalah Lutfi-Feri mampu mengunci koalisi besar ini sebagai koalisi dari parpol parpol yang konsisten menjadi rival petahana mulai dari pilkada 2013.

 Artinya apa? 9 parpol ini tidak memiliki satu cara pandang yang sama dengan petahana dalam banyak aspek meski telah menjadi mitra petahana selama kurang lebih 5 tahun. Ini juga menjadi bukti bahwa mayoritas parpol menginginkan terjadinya perubahan kepemimpinan di Kota Bima. Bisa jadi bagi parpol parpol tersebut kenapa tidak mendukung petahana yang sudah menjadi mitranya dipemerintahan selama ini karena parpol menganggap bahwa petahana sudah tidak diharapkan melanjutkan kepemimpinan di Kota Bima karena berbagai macam faktor yang dalam kaca mata parpol dianggap urgent terjadinya pergantian kepemimpinan.

Besarnya keinginan agar terjadinya pergantian kepemimpinan di Kota Bima ini juga menjadi salah satu energi bagi setiap parpol untuk bekerja keras menjaga dan meyakinkan konstituennya untuk mengamini paslon yang diusung oleh parpol tersebut yaitu Lutfi Feri. Keinginan besar parpol ini kemudian bertali temali dengan para fans, loyalis, simpatisan serta keluarga dari paslon yang non parpol untuk kemudian berjuang memenangkan figur yang dianggap mampu memberikan kepastian dan jawaban atas perubahan yang mereka inginkan yakni dua poros besar yang bertemu dalam satu spirit dan cita cita bersama demi terjadinya pergantian kepemimpinan yang dianggap tidak mampu lagi memberikan kepastian dan jawaban atas apa yang mereka inginkan. Inilah yang menjadi kekuatan besar dan sangat dahsyat sekali yang dimiliki oleh LUTFI-FERI dalam pertarungan pilkada Kota Bima 2018. (*).

×
Berita Terbaru Update