-->

Notification

×

Iklan

Tingginya Angka TKI dan Angka Kemiskinan di NTB, Ini Visi-Misi Mori Hanafi Balon Wagub NTB

Sunday, July 30, 2017 | Sunday, July 30, 2017 WIB | 0 Views Last Updated 2017-08-09T00:31:27Z
Foto:Balon Wagub NTB, Mori Hanafi, SE., M.Comm. 

Mataram, Garda Asakota.-
            Tingginya angka Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Luar Negeri menjadi salah satu perhatian utama panelis yang mendalami Visi dan Misi Bakal Calon (Balon) Gubernur dan Balon Wakil Gubernur NTB Periode 2018-2023 pada Partai PKB di Hotel Grand Legi Kota Mataram beberapa waktu lalu. Begitu pun halnya dengan aspek tingginya angka kemiskinan di daerah juga menjadi sorotan khusus para panelis ini dalam mengekslporasi kemampuan dan pengetahuan para Balon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang akan bertarung dalam ajang bergengsi setiap lima kali dalam setahun itu.
Seperti halnya ketika Balon Wagub NTB, Mori Hanafi, SE., M.Comm., menyampaikan Visi dan Misinya, salah seorang panelis mempertanyakan tentang kebijakan yang akan diambil oleh Balon Kepala Daerah nantinya ketika terpilih menjadi Kepala Daerah saat menyikapi tingginya angka TKI ini. Berikut pemaparan singkatnya yang dapat disadur wartawan media ini.
            “Peningkatan kapasitas dan kualitas para TKI yang akan bekerja di Luar Negeri menjadi salah satu kunci yang harus dilakukan oleh Pemerintah,” kata Mori Hanafi, salah seorang Balon Wagub NTB yang berasal dari Partai Gerindra NTB ini saat menjawab pertanyaan panelis visi dan misi PKB NTB.
            Apalagi menurutnya, saat ini alokasi anggaran untuk sektor pendidikan sudah mencapai angka 20 persen. Hanya saja menurutnya penggunaan anggaran pendidikan ini masih dominan diperuntukan untuk gaji. “Kedepan perlu ada terobosan-terobosan yang harus dilakukan di sektor Pendidikan ini untuk meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) kita. Apalagi kewenangan untuk pengelolaan SMK dan SMA ini sudah ada pada Pemerintah Provinsi. Peningkatan kapasitas skill SDM kita yang akan bekerja ini harus mulai dilakukan dengan memperbanyak SMK yang mengarah kepada peningkatan skill SDM yang siap bekerja,” ujar pria yang juga Wakil Ketua DPRD NTB.
            Dalam aspek tingginya angka kemiskinan sebagaimana yang ditanyakan oleh Panelis. Mori Hanafi mengatakan meski angka kemiskinan itu berkurang, namun dalam aspek kualitasnya, kemiskinan itu belum mampu dikurangi secara kualitatif. “Solusinya memang harus ada focus pemerintah untuk membangun suatu industry olahan yang akan bisa memunculkan multiplier effect terhadap sektor-sektor lain termasuk pada aspek tenaga kerja. Fokus kebijakan itu harus dimulai dari aspek skill, pembinaan, penguatan, produksi serta pada aspek distribusinya,” papar Mori Hanafi.
            Dikatakannya, perekonomian NTB pada tahun-tahun terakhir ini justru sangat ditopang oleh aspek pariwisata. “Hanya saja saat ini, Pemerintah tidak lagi focus menggarap sektor ini. Padahal pada sektor pariwisata ini sudah melingkupi industry-industri lain seperti perhotelan, restoran, serta sektor-sektor ekonomi lainnya masuk dalam sektor Pariwisata ini. Termasuk Pemerintah bisa melakukan intervensi terhadap sektor ini untuk menerima aspek produksi masyarakat seperti produksi daging, ayam, dan produksi para petani kita dengan harga yang signifikan,” timpalnya.
            Dalam sektor Pariwisata ini, lanjutnya, ada sekitar 22 usaha masyarakat yang bisa dilibatkan. “Hal ini tentu akan memberikan dampak social yang positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat dan peningkatan serapan tenaga kerja,” jelasnya.
            Tahun 2012, jumlah orang yang masuk ke NTB itu adalah sekitar 1 juta lebih. Dan pada tahun 2016, data dari Angkasa Pura, mengatakan angka itu meningkat menjadi 3 juta orang lebih. “Di tahun 2017 ini saja, total orang yang masuk ke NTB itu sudah mencapai angka 1,7 juta orang. Dan tidak menutup kemungkinan target 3,5 juta orang yang masuk ke NTB tahun ini bisa tercapai. Dan secara ekonomi, jika para wisatawan ini mengeluarkan biaya hidupnya selama berada di NTB, maka uang yang beredar di NTB itu bisa mencapai Rp15 Trilyun lebih.  Dan jika jumlah wisatawan itu mencapai angka 6 juta orang lebih maka total uang yang beredar di NTB itu bisa mencapai angka Rp26 Trilyun. Untuk diketahui secara bersama, uang sebesar Rp26 Trilyun ini beredar langsung ke masyarakat. Ini yang harus kita lebih fokuskan kedepannya sebab sektor Pariwisata ini bisa menjadi salah satu penopang utama perekonomian di NTB,” jelas Mori Hanafi.
            Oleh karenanya, lanjutnya, solusi untuk meningkatkan kualitas pengurangan angka kemiskinan itu harus ada suatu focus kebijakan pemerintah dalam sektor peningkatan kualitas industry olahan yang ditopang oleh sektor pariwisata ini. “Kedepan, Insya Alloh saya akan bekerjasama dengan Gubernur terpilih dan menyarankan agar kita bisa lebih focus dengan aspek kekuatan potensi yang kita miliki dan kita focus untuk menggarapnya,” tandas Mori Hanafi. 
(GA. Imam/Adv*).
           

×
Berita Terbaru Update