-->

Notification

×

Iklan

Guru (Sebuah renungan)

Wednesday, May 3, 2017 | Wednesday, May 03, 2017 WIB | 0 Views Last Updated 2017-05-04T00:38:28Z
Foto: Ibrahim, S.Pd







 






     Menjadi guru merupakan tantangan dan salah satu beban moral, karena bukan hanya bertujuan mewujudkan salah satu cita-cita negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun juga untuk membentuk perilaku manusia menjadi pribadi yang bermoral. Di sinilah peran seorang guru agar mendidik dengan hati, bukan dengan emosi. Seorang pendidik harus berusaha membuat murid merasa nyaman sehingga ilmu yang kita sampaikan akan sampai di hati mereka, apatah lagi ketika ilmu itu akan berpengaruh dengan pola pikir dan kepribadian mereka. Maka dari itulah kita dituntut untuk menjadi sosok guru yang dicintai, yang selalu dinantikan kehadirannya oleh anak didiknya, yang dirindukan karena keindahan tutur katanya dan teladan yang
dicontohkannya.

          Seorang guru dituntut untuk terus belajar memahami setiap diri masing-masing anak didik, akan sulit memang karena saat berinteraksi dengan mereka kita tidak bisa memperhatikan satu persatu anak dalam waktu yang sama. Seorang guru harus belajar untuk bersikap adil, memberikan perhatian sesuai dengan yang dibutuhkan, membangun komunikasi yang baik sehingga mereka nyaman dengan kehadiran guru di kelas. Dan yang tak kalah penting adalah memperbaiki kualitas diri dari sisi hablumminallah dan hablumminannas, perilaku kita sehari-hari, dan kualitas ibadah kita, menjadi contoh bagi anak-anak yang kita didik. Bagaimana caranya ketika kita memberikan nasihat kebaikan kepada anak-anak, kita pun harus sudah berbuat demikian agar tidak dicap an taquuluu maa laa taf’aluun karena telah mengatakan apa yang tidak diperbuat. Jadi perbaiki kualitas diri sebelum memperbaiki kualitas orang lain.

          Ketika seorang guru mampu menunjukkan bahwa dirinya memiliki keteladanan,  wawasan yang luas, komitmen yang kuat, tanggung jawab, dan kompetensi maka dengan sendirinya akan mampu mempengaruhi anak didik khususnya dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dengan sendirinya akan tumbuh ketaatan dan semakin dicintai oleh siswanya. Ketaatan ini tentu saja akan tumbuh melalui kesadaran yang akhirnya berdampak pada semakin efektifnya proses pembelajaran yang bukan hanya transfer of knowledges, melainkan juga transfer of ethics and values

          Menjadi guru yang dicintai oleh siswa tidaklah seperti membalikkan telapak tangan. Guru adalah sebuah profesi yang membutuhkan komitmen dan profesionalisme kerja. Guru yang baik harus memiliki beberapa prinsip atau tujuan dalam pencapaian belajarnya, jika diibaratkan seorang anak kecil yang sedang berlatih berjalan, maka orang tuanya senantiasa senyum ketika melihat anaknya terjatuh. Setelah itu ia menyuruh anaknya mencoba lagi dan seterusnya sampai pada akhirnya anak tersebut bisa berjalan. Betapa bangganya hati seorang ibu melihat anaknya sudah bisa berjalan, nampak senyuman manis dan semangat yang ia pancarkan kepada anaknya. Semuanya butuh kesabaran dan proses yang panjang. Seorang guru harus memiliki prinsip bahwa setiap anak adalah cerdas, tidak ada siswa yang bodoh, semuanya memiliki potensi maka tugas guru adalah menemukan dan mengembangkan potensi-potensi tersebut, sehingga mampu membawa mereka untuk meraih kesuksesan di masa depannya. Kesuksesan anak didiknya dalam mencapai cita-citanya adalah kebahagiaan yang tak terhingga bagi seorang guru yang tak bisa dihargai berapa pun.

          Sebagai guru terkadang kita jenuh melihat siswa yang nakal dan itu hal yang wajar. Yang tidak wajar adalah ketika guru meluapkan kemarahan di depan siswanya, namun jarang berpikir apa kesalahan kita dalam memberikan pelajaran di depan kelas. Jika demikian terjadi berarti sang guru menunjukkan kebodohannya di depan siswa. Salah satu keteladan seorang guru adalah ketika guru berani mengakui kesalahan. Sikap ini tentunya sulit dilakukan. Jangankan di dalam kelas, dalam kehidupan sehari-hari pun kita cenderung tidak mau mengakui kesalahan. Mekanisme pertahanan diri dalam melindungi dari rasa malu, merasa bodoh dan takut jatuh wibawa sering muncul begitu saja. Apalagi di depan siswa yang sering kita anggap makhluk kecil yang lemah.  Padahal sebenarnya mau mengakui kesalahan bukan tanda kelemahan. Berani mengakui kesalahan justru merupakan sikap kesatria, tanda kekuatan dan keadilan. Dengan kata maaf yang kita ucapkan terkait kesalahan yang kita lakukan justru akan menjadi model bersikap siswa dalam menghadapi situasi yang sama.

         Guru bukan TUHAN, tidak semua hal diketahui oleh guru. Guru harus berani berkata tidak, jika memang tidak tahu. Mengakui tidak tahu akan hal-hal yang ditanyakan siswa juga merupakan hal yang SULIT dilakukan. Jangan menutupi ketidaktahuan dengan menunjukkan kemarahan dengan menganggap pertanyaan yang dilontarkan siswa sebagai upaya menjatuhkan harga diri guru. Sikap tidak bijaksana ini tentunya justru menurunkan kewibawaan guru. Di sini guru harus menunjukkan sifat-sifat kemanusiaannya bahwa tidak ada manusia yang tahu segala-galanya. Guru menghindari sikap sebagai orang yang tahu segala-galanya.

          Demikian pula dengan kata kata yang diucapkan oleh guru kepada siswa sangat menentukan masa depan mereka. Kata kata yang diucapkan oleh guru pada anak didik ibarat panah yang lepas dari busur. Kata yang keluar dari mulut guru akan menancap pada hati anak didik. Bila kata- kata tadi melukai hati mereka, maka goresannya akan membekas sampai tua. Terkadang kata-kata yang tidak simpatik dari seorang guru telah menghancurkan semangat hidup mereka. Sebaliknya kata kata yang mampu memberi dorongan semangat sangatlah berarti dalam menumbuh dan mengembangkan semangat hidup dan semangat belajar mereka. Maka untuk itu guru perlu menjalin hubungan dengan anak didik lewat kata- kata yang berkualitas. Setiap anak didik telah banyak mengenal guru dalam hidupnya, ada guru yang pintar dan ada guru yang baik. Sekali lagi bahwa guru yang berkesan bagi mereka adalah guru yang menghadirkan hati atau emosinya saat melaksanakan PBM. Guru yang cerdas atau pintar namun memiliki pribadi yang kaku, mungkin juga kasar, kurang bisa bersimpati, pasti tidak banyak memberi pengaruh kepada anak didik. Guru yang mampu memberi pengaruh untuk masa depan anak didik lewat kata- kata atau bahasanya adalah guru yang memiliki pribadi yang hangat dan juga cerdas. Untuk itu adalah sangat ideal bila setiap guru mampu meningkatkan kualitas pribadinya menjadi guru yang cerdas, yaitu cerdas intelektual, cerdas emosi dan juga cerdas spiritualnya. Maka guru- guru yang beginilah yang patut diberi hadiah dengan seperti dalam lagu Hymne Guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa
Betapa bahagianya menjadi seorang guru yang tampil penuh kharisma di hadapan siswanya. Sosok guru yang selalu dirindukan kedatangannya, diamnya disegani, tutur katanya ditaati, dan kepergianya ditangisi.

         Oleh karena itu diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, keikhlasan, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Guru yang menjiwai pekerjaannya pasti merasa gembira, bergairah dalam melaksanakan tugasnya dan menjadikan pekerjaan yang dilakukannya sebagai bentuk Ibadah kepada Allah SWT. Sehingga melahirkan sikap penuh semangat dalam mengajar, menyiapkan rencana pembelajaran yang kreatif, ramah dengan anak-anak. Implikasi dari sikap tersebut adalah guru akan disenangi oleh siswanya dan semua stake holder di sekolah. Kualitas sekolah sangat ditentukan oleh kualitas gurunya, Great School = Great Teacher. Betapa pentingya menjadi guru terbaik, guru yang memiliki keteladanan, karena dampaknya tidak hanya untuk dirinya tapi untuk semua stake holder yang ada disekolah, bahkan dapat memiliki andil besar untuk memajukan bangsa dan mewujudkan sebuah peradaban.
Diantara sekian banyak PR yang dihadapi bangsa saat ini adalah bagaimana menghidupkan kembali semangat dan tradisi keteladanan. Sebab salah satu karakter generasi terbaik adalah semangat menularkan kebaikan kepada sebanyak mungkin orang. Keteladanan tidak bisa ditularkan lewat lisan, tetapi dengan perbuatan.

         Makin tinggi otoritas yang dimiliki, makin luas pulalah wilayah pengaruh efek keteladanan. Teladan satu kata yang mudah untuk diucapkan namun sangat sulit untuk dilaksanakan apalagi keteladanan ini adalah suatu perbuatan yang berkesinambungan dalam berbagai aspek kehidupan
Guru merupakan pekerjaan yang paling kaya, karena setiap hari memberi. Bahkan Nabi menegaskan bahwa guru adalah orang yang dijamin mendapat passive income dunia akhirat. Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka putuslah amalannya, melainkan dari tiga hal salah satunya adalah  ilmu yang bermanfaat. Wallahu a’lam bisshowab. Selamat HARDIKNAS 2017
Penulis: GURU FISIKA DI SMPN-4 BOLO KABUPATEN BIMA
×
Berita Terbaru Update