Sangat memprihatinkan melihat aktivitas sejumlah warga Kota Bima yang hidup dan tinggal di sekitaran bantaran sungai Kampung Na’e Kota Bima yang terkena dampak banjir bandang 21 dan 23 Desember lalu masih harus menggunakan air keruh yang berasal dari bantaran sungai untuk membersihkan perabotan rumah tangga serta pakaian yang mereka kenakan. Hal itu mereka terpaksa lakukan dikarenakan ketiadaan sumber daya atau fasilitas air bersih yang bisa mereka pergunakan untuk membersihkan seluruh perabotan rumah tangga dan pakaian mereka.
“Kami dan warga lain diseputaran bantaran sungai Kampung Na’e ini sampai hari ini masih harus menggunakan keruhnya air sungai ini untuk membersihkan sisa perabotan rumah tangga dan pakaian yang kami pakai dikarenakan keterbatasan fasilitas yang kami miliki Pak.
Kami warga di bantaran sungai ini tidak memiliki fasilitas pompa air (Mesin Sanyo) atau mesin air lainnya untuk menarik air,” keluh Fatimah, Warga bantaran sungai Kampung Na’e kepada wartawan media ini, Minggu (01/01). Drop air yang didistribusikan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bima itu pun, menurutnya, hanya terbatas membantu warga yang tinggal di depan jalan raya atau jalan utama saja.
“Dan tidak bisa sampai kepada kami yang tinggal disekitaran bantaran sungai ini karena kecilnya lorong-lorong di kampung kami sehingga akses mobil yang mendrop air jadi terhalang,” keluhnya lagi.
Fatimah dan warga yang tinggal di seputaran bantaran sungai Kampung Na’e sangat berharap agar Pemkot Bima dapat memberikan bantuan untuk mendrop air ke tempat tinggal mereka.
“Mungkin Pemerintah punya cara bagaimana agar air bersih itu dapat kami gunakan,” harapnya. Mereka pun tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu mereka.
“Kepada seluruh pihak yang telah membantu dan meringankan beban yang kami rasakan saat ini. Kami ucapkan terima kasih, semoga segala amal ibadahnya mendapatkan balasan yang setimpal dari Yang Maha Kuasa,” tambahnya. (GA. 555*)
