-->

Notification

×

Iklan

KPH Siap Bantu Petani Optimalkan Potensi Sancari, Kaleli, dan Parongge

Monday, April 27, 2015 | Monday, April 27, 2015 WIB | 0 Views Last Updated 2015-04-27T02:36:59Z
Kabupaten Dompu, Garda Asakota.-
Perencanaan program pembangunan daerah Kabupaten Dompu tidaklah berdiri   sendiri. Diperlukan program dan kegiatan lainnya yang dapat mendukung  maksimal dalam mencapai target atau sasaran yang sama yaitu dengan kata peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu berbagai usaha perlu segera dilakukan untuk melakukan konservasi terhadap lahan, hutan rawa, dan hutan alam. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Dompu, Dadang Kuswardana. S. Hut, kepada wartawan belum lama ini.
Menurutnya, KPH Dompu berdiri sejak tanggal 22 Agustus tahun 2014 lalu, dalam proses terbentuknya KPH pihaknya sudah memulai menghitung potensi-potensi yang mungkin dapat  dikembangkan yang nantinya bisa dirasakan masyarakat.
Dalam sementara waktu ini, pihaknya mengaku sudah menemukan kondisi potensi yang bisa dikembangkan seperti seperti Jabon Putih (Sancari), Kemiri (Kaleli) dan Kelor (Parongge). “Kenapa KPH memilih tiga komuditas utama untuk tanaman berkayu tersebut?, karena secara teknologi perawatan dan pemeliharaannya sangat mudah dan sangat dipahami oleh masyarakat Dompu,” ungkapnya.
Untuk jenis Jabon, kata dia, tidak dimakan ternak, dan dalam jangka lima tahun kedepan masyarakat bisa memanennya serta langsung bisa dipasarkan. “Jabon ini adalah tumbuhan asli Dompu, mengenai pemasarannya masyarakat tidak akan kesulitan karena ada lebih dari lima perusahaan industri yang membutuhkannya seperti playwood, meubelair, kertas, tusuk gigi,  dan untuk usaha pertukanganpun bisa.
Ketika pasarannya luas, maka peluang  harganya juga akan ikut membaik, saat ini harganya per kubik Rp1 juta,” katanya seraya menyebutan bahwa untuk rencana penanaman pohon ini pihaknya menargetkan 20 ribu kubik per bulan.
Kementerian Kehutanan melalui Kepmen Nomor 337 luas wilayah KPHL Topok Pajo unit 16  Dompu seluas luas 26.190 ha dan untuk wilayah pengelolaannya adalah di Kecamatan Dompu, Pajo dan Kecamatan Hu’u.  ”Sementara ini untuk tanaman jenis  Jabon kami baru membangun demplot sekitar 5 ha. Sedangkan yang masih ada di alam diprediksi masih cukup banyak dan menurut kasat matanya sementara masih didominasi oleh Jati, karena petani yang ada di Kecamatan Pajo masih ada sisa 100 sampai dengan 300 ha. Itulah aset untuk modal KPH bekerja dan untuk membangun hutan Jabon dengan luasannya sekitar 8000 ha,” terang Dadang.
Dari jumlah luas 26.190 hektar wilayah pengolahan KPH ada 2900 hektar yang digunakan oleh PT. STM (Tambang Emas) kemudian HKM, HTR, HKM 1 dan HKM 2 sebanyak 995 hektar dan juga ada wilayah penyerobotan atau penggunaa lahan tanpa ijin yang dilakukan oleh mayarakat seperti KSM Dore Kore sekitar 7 hektar, yang tentunya harus dikeluarkan dari lokasi tersebut.  “Yang bisa dikelola oleh KPH dari pengurangan luas wilayah tersisa sejumlah 15.000 hektar, itu sisa yang bisa dikelola secara penuh oleh KPH sendiri,” rincinya.
Sementara untuk jenis Kemiri  (Kaleli), pihaknya memperkirakan bisa memproduksi 2.100 ton per bulan, dengan catatan, jika punya sekitar 6000 hektar tanaman Kemiri. Karena untuk jenis Kemiri tersebut berbeda dengan jenis tanaman lain jelas, Kemiri  bisa dialokasikan di hutan produksi dan juga bisa di hutan lindung karena tidak ditebang.
“Dalam jangka 4,5 tahun pun Kemiri sudah bisa berbuah. Kalau saja masing-masing masyarakat dengan luas lahan 1 hektar bisa menanam 200 pohon saja dengan harga gelondongan Rp7 ribu maka untuk satu tahun saja masyarakat bisa mengantongi uang Rp70 juta,” katanya.
Begitupun dengan tanaman jenis Kelor (Parongge)  untuk tahun 2015 sekarang KPH secara informal sudah menargetkan kepada pihak masyarakat untuk bisa mengadakan tanaman Kelor di Dompu untuk di luar kawasan sekitar 1000 hektar.
Dengan rata-rata 100 pohon saja selanjutnya akan ada pengembangan sampai 1,5 juta pohon.  Dengan harga biji Kelor yang kering sekarang sebesar Rp30 ribu per kilonya. jika rata-rata per pohonnya menghasilkan biji Kelor sebanyak 2 kilo  x 200 pohon saja, maka masyarakat sudah bisa menghasilkan uang sebanyak Rp12 juta.
“Apalagi Kelor tersebut tidak memakan energy atau menghabiskan tenaga, itu paling mudah. Kalau ada 1,5 juta pohon maka omset yang akan terbangun nantinya adalah sekitar  Rp165 Milyar per tahun,” tuturnya.
Kepada wartawan, Dadang menyebutkan beberapa kondisi masyarakat Dompu yang belum mengetahui akan hal yang dapat menguntungkan mereka. Untuk itu, sebagai program utama KPH tentunya tidak berdiam diri, pihaknya sudah melakukan perjanjian secara tertulis dengan pihak-pihak yang nantinya akan membeli tanaman tersebut salah satunya adalah PT. Melagro.
“Selain pembelian KPH pun telah menetapkan harga, kami membangun kesepakatan secara formal, dalam artian kita tanda tangan tapi berapa kalian beli,” cetusnya dengan penuh semangat. Tidak hanya ke tiga jenis saja yang akan diakomodir PT. Melagro, seperti yang biasa dikenal oleh masyarakat Dompu tanaman jenis Lede pun pihaknya siap membelinya dan bahkan semua jenis komoditi.
Untuk mensinergikan antara program KPH dengan tanaman masyarakat sekarang, dengan jarak tanam 6 x 2 meter dan di jarak 6 meter masyarakat bisa menanam tanaman semusim di samping masyarakat menunggu hasil yang jangka menengah. Sosialisasi yang tengah dilakukannya pun diakui tidak ada batasan, ketika masyarakat di lokasi lahan kering miliknya yang dianggap belum masksimal diharapkannya bisa mengikuti desainnya dan KPH siap membantu memfasilitasi penjualannya/pemasarannya.
Pihaknya berharap, dari hasil penjualan nantinya, jatah KPH 10 persen, masyarakat 60 persen dan 30 persen untuk Negara. Jika omset yang ditargetkannya tercapai sekitar 1 Triliun lebih maka KPH akan memiliki Rp80 Milyar sampai Rp100 Milyar pertahunnya untuk membiayai operasional.  “Dan walaupun KPH baru berjalan sejak Januari 2015 lalu tidak membuat KPH Dom pu terhambat dengan kondisi pembiayaan dan sebagainya. Kita tetap berupaya seoptimal mungkin bagaimana keberadaan KPH ini bisa dinikmati segera oleh masyarakat,” tandasnya. (GA. Akbar*)

×
Berita Terbaru Update