-->

Notification

×

Iklan

GURU SEBAGAI PENGHIBUR (ENTERTAINER)

Friday, April 10, 2015 | Friday, April 10, 2015 WIB | 0 Views Last Updated 2015-04-10T02:04:37Z
Oleh : Fris Wahyuddin, S.Pd.M.Si
Guru Sang Penghibur
Saat ini televisi telah menjangkau lebih dari 90 persen penduduk di negara berkembang, termasuk Indonesia. Televisi yang dulu mungkin hanya menjadi konsumsi kalangan dan umur tertentu saat ini bisa dinikmati dan sangat mudah dijangkau oleh semua kalangan tanpa batasan usia. Siaran-siaran televisi akan memanjakan semua orang pada saat-saat luang seperti saat liburan, sehabis bekerja bahkan dalam suasana bekerja pun orang-orang masih menyempatkan diri menonton televisi.
Suguhan acara yang variatif dan menarik membuat orang tersanjung untuk meluangkan waktunya duduk di depan televisi, bahkan ada yang bisa bertahan seharian. Sebut saja acara-acara yang menarik seperti: sinetron, talk show, berita, musik, sulap/magic, lawak/humor, olahraga dan sebagainya. 
Saat ini tayangan televisi Indonesia bisa dibilang hampir 70 persen hanya berupa sinetron. Faktanya, acara sinetron cukup menarik perhatian banyak orang untuk menontonya.
Gambaran realitas sebagaimana dipaparkan di atas mengingatkan kita kepada sosok seorang guru. Kalau kita analogikan guru adalah televisi dan penonton adalah siswa, maka dapat kita simpulkan bahwa daya tarik dan motivasi siswa dalam belajar itu tergantung sungguh pada bagaimana penyampaian oleh seorang guru di kelas, bukan pada masalah sulit tidaknya materi. Materi yang dianggap sulit akan dianggap mudah oleh siswa jika guru dapat menyampaikannya dengan baik.
Sebaliknya, kendatipun materi yang dianggap mudah oleh gurunya, belum tentu juga akan mudah dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat mengelola kelas dengan baik, sebagaimana televisi menyuguhkan acara-acara yang sangat disukai oleh penontonnya. 
Kaitannya dengan di atas, pertanyaan yang muncul adalah hal apa saja sih yang dapat dilakukan oleh guru di kelas agar siswa tertarik dan senang belajar?  Sebagai guru yang profesional, semestinya banyak hal yang bisa dilakukan oleh guru di kelas, disamping tugasnya menjelaskan dan menyampaikan sebuah materi kepada siswa, antara lain sebagai entertainer atau penghibur. Sebagaimana yang dilakukan oleh pengisi-pengisi acara hiburan di televisi.  Seandainya semua guru yang ada di Indonesia ini dapat melakukan seperti apa yang dilakukan oleh para pengisi acara dalam televisi sebagaimana yang disebutkan di atas, maka bisa dijamin tidak ada guru-guru yang mengeluh ataupun stress karena ulah siswa-siswa di kelas, seperti siswa ribut dan ngantuk pada saat mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas. Karena, kegagalan dalam proses pembelajaran itu disebabkan tidak efektifnya kegiatan belajar mengajar.
Tidak efektifnya kegiatan belajar dikarenakan materi yang disampaikan oleh guru tidak dapat dicerna/dipahami oleh siswa. Kesemuanya disebabkan oleh suasana belajar yang membosankan dan tidak menyenangkan, sehingga anak-anak tidak merasa tertarik dengan pelajaran yang disampaikan oleh gurunya.
Berikut adalah hal-hal umum yang perlu diperhatikan oleh guru  pada saat berada di dalam kelas sebelum memulai pelajaran:
Ø    Kenalilah Ruangan Kelas Tempat Anda Mengajar
Sebelum memulai pelajaran, hal yang penting diperhatikan adalah mengenal kondisi ruangan kelas, termasuk komponen-komponen yang ada didalam kelas. Mulai dari letak dan suasana kelasnya, tata kursi dan meja murid, serta jumlah anak didiknya.
Posisi letak dan suasana ruangan kelas bukan hal yang kecil untuk diperhatikan oleh guru ketika mengajar. Bahkan ada pengaruhnya terhadap kelancaran proses pembelajaran di dalam kelas. Apakah kelas itu letaknya strategis atau tidak adalah menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam menggunakan metode dan strategi mengajarnya.
Apabila ruangan kelasnya sangat dekat dengan lapangan olahraga atau ruang bermain, tentunya menjadi bahan renungan guru. Atau bila ruangan kelasnya kebetulan berseblahan dengan ruangan yang tidak ada gurunya, atau ruangan sebelahnya sedang diisi oleh mata pelajaran lain yang mengganggu, sepeti Kesenian. Tentunya tidak efektif apabila menggunakan metode ceramah. Untuk itu perlu strategi dan kiat dari guru menyiasatinya.
Perhatikan letak kursi dan bangku siswa. Pengaturan letak kursi dan bangku bukan atas dasar selera dari murid atau gurunya, dan tidak asal-asalan. Semuanya disesuaikan dengan metode dan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Misalnya, kalau menggunakan metode Diskusi, sebaiknya posisi duduk siswanya diatur melingkar atau berbentuk ’U.’ Sehingga siswa bisa saling berhadapan, memudahkan untuk berdiskusi.
Selanjutnya, ada baiknya sebelum mengajar guru memperhatikan jumlah siswa dalam satu kelas. Terkadang siswa dalam jumlah besar akan mengurangi keefektifan dalam belajar. Namun semuanya tergantung pada cara guru mengelolanya.
Untuk itu metode yang digunakannya pun harus sesuai dengan jumlah siswa. Misalnya jika jumlah siswanya banyak, sebaiknya menggunakan metode Cooperative Learning. Dimana siswanya dibagi dalam beberapa kelompok. Satu kelompok bisa terdiri dari 5-6 siswa. Dengan demikian satu persatu siswa akan lebih gampang  dikontrol aktivitasnya.
Ø    Kenalilah Karakteristik Anak didik Anda dan Pandanglah Sebagai Sahabat.
Seorang guru seperti halnya yang sering kita dengar adalah seseorang yang wajib digugu dan ditiru (dianut dan dicontoh), bukanlah seorang penguasa kelas yang otoriter yang mesti di sembah dan disegani bagaikan seorang raja. Seorang guru selayaknya adalah seorang patner yang menyenangkan bagi anak didiknya, dapat menjadi seorang yang menyenangkan di dalam kelas maupun di luar kelas. Tidak membuat garis batas komunikasi antara guru dan siswanya selama itu masih berada pada koridor yang sewajarnya. Namun hal itu tidaklah lantas membuat guru merasa rendah dan tidak berharga di mata anak didiknya. Karena seorang guru tetaplah harus memiliki wibawa yang kuat di mata anak didiknya, orangtua dan masyarakat.
Apabila guru terus bersikap otoriter kepada anak didiknya, sama halnya kita menjatuhkan harga diri kita. Kenapa demikian? Karena dengan guru bersikap otoriter dalam artian selalu merasa benar dan selalu menvonis kesalahan pada siswa, maka anak-anak itu justru akan tidak senang dan membenci, bahkan melawan gurunya.
Kalaupun anak-anak tersebut memang nakal dan bandel, itu semua spontan akibat reaksi psikologis dari dalam diri anak di tengah masa proses pertumbuhan mereka. Perlu diingat oleh kita, itu semua diluar kesadaran anak-anak. Kita jangan mimpi dalam sekejap kita bisa menyadarkan mereka. Semuanya butuh tahapan-tahapan untuk mencapai penyempurnaan kejiwaan anak.
Dalam hal ini, diperlukan seorang guru yang secara personality mampu menciptakan signal komunikasi yang baik antara siswa dan guru. Kompetensi personal mutlak harus dimiliki oleh seorang guru. Menanam dendam terhadap anak-anak bukan solusi terbaik, malah menambah masalah baru. Tidak sedikit guru yang sakit hati karena dendam pada anak didik, ujung-ujungnya tidak direkomendasikan untuk naik kelas atau nilainya dikurangi dan sebagainya. Potret figur guru yang tidak berkepribadian (impersonality).
Kaitan dengan itu, para guru perlu belajar konsep model komunikasi sebagaimana yang dikutip dari pendapat John Steward dan Carole Logan (1953) dalam bukunya “Together.” Bahwa guru, siswa dan orang tua perlu membina komunikasi ’Balancing Act.’  Namun ini hanya bisa dipenuhi dengan komunikasi interpersonal. Menurut mereka, ada dua model hubungan komunikasi, yaitu hubungan Komplementer dan hubungan Simetris. Hubungan Komplementer, artinya ada perbedaan posisi atau kepentingan dan pengalaman antara guru dan siswa, orangtua dan anak. Sehingga anak ataupun siswa hanya pasrah dan menerima apa saja yang dianggap terbaik oleh guru atapun orangtuanya.
Sementara hubungan Simetris adalah menempatkan siswa, orangtua dan guru  setara, walaupun berbeda dalam posisi. Komunikasi ini akan bisa terjalin manakala orangtua atau guru tidak menganggap anak didik masih ’anak-anak,’ yang masih disuapi, tetapi dipandang sebagai sahabat dengan kepentingan bersama.
Ø    Kuasai Materi Yang Akan Disampaikan.
Baca literatur-literatur yang diperlukan untuk menunjang pengetahuan terhadap materi yang anda sampaikan, karena semakin banyak yang anda ketahui, pasti semakin percaya diri anda. Tidak sedikit guru yang kepedean ketika tampil di depan murid-muridnya, padahal pengetahuannya sedikit. Tidak ada soal baginya, karena murid dianggapnya mahluk yang kecil, lemah dan gampang dibodohi. Pemikiran yang sangat keliru.
Mengikuti perkembangan zaman mutlak harus dilakukan oleh seorang guru, agar tidak ketinggalan dalam bidang teknologi dan pengajaran. Selain itu agar seorang guru tersebut bisa memberikan pengetahuan-pengetahuan yang baru kepada para peserta didiknya.
Jangan sampai para anak didiknya bisa mendikte dan bisa mematahkan argument guru-gurunya karena mereka lebih banyak mendapat pengetahuan baru dari media-media yang ada dibandingkan gurunya sendiri. Mungkin di kelas siswa tidak akan berani mengkritik langsung gurunya, tetapi bukan tidak mungkin anak-anak akan menceritakannya kepada orangtuanya, bahkan kepada guru yang lain. Apalagi kalau orangtuanya si anak itu kebetulan juga guru di sekolah yang sama. Dan konsekuensi dari ini semua adalah dengan sendirinya akan mengurangi kepercayaan oranglain kepada kita, kalau kita tidak segera memperbakinya.
Ø    Susun Pointer Untuk Membantu Mengingat Apa Yang Akan Anda Sampaikan.
Sebagai seorang pembawa acara/host mungkin bukan sebuah keharusan menyediakan semacam catatan kecil (pointer) sebagai pengingat ketika menyampaikan acara di depan publik. Tetapi jika pembawa acaranya lupa, apa itu lupa isi acaranya ataupun susunan acaranya, catatan ini menjadi keharusan dan sangat diperlukan.
Seorang guru pun demikian. Seorang guru perlu mempersiapkan serta membawa catatan sebagai petunjuk pelaksanaan pembelajaran di kelas, dan itu sangat anjurkan, menjadi kewajiban semua guru. Catatan yang dimaksud adalah apa yang kita sebut dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Bagi guru mempersiapkan rencana pembelajaran sebelum mengajar sudah menjadi syarat utama. Jika tidak, ibarat kapal tanpa nakhoda. Konsetrasi belajar di kelas bisa kemana-kemana tidak memiliki arah dan tujuan. Untuk itu, guru pun harus serba dalam keadaan siap berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, sebagaimana yang dilakukan oleh seorang entertainer atau pengisi acara-acara pada saat akan tampil di depan layar televisi sehingga penonton merasa terhibur.

*Penulis, Guru SMPN 13 KOTA BIMA

×
Berita Terbaru Update