-->

Notification

×

Iklan

SDN-26 Kota Bima Terus Berupaya Menjaga dan Melestarikan Budaya Bima

Friday, February 21, 2014 | Friday, February 21, 2014 WIB | 0 Views Last Updated 2014-02-21T04:18:45Z


Kota Bima Garda Asakota.-
Budaya Bima merupakan Budaya yang cukul dikenal di berbagai daerah, bahkan juga dikenal di berbagai Negara, pasalnya Bima memiliki peninggalan sejarah yang cukup berarti di mata Bangsa dan Negara. Kesenian Bima seperti Tari Lengge, Tari Buja Kadanda, gantaong, hadrah, dan lain sebagainya, merupakan peninggalan leluhur yang harus dilestarikan agar tidak tergerus kemajuan zaman. Dasar itulah, yang melatar-belakangi keluarga besar Sekolah Dasar Negeri (SDN) 26 Kota Bima (dulu SDN Raba-9, red), berkomitmen untuk melakukan upaya pelestarian dan pengem­bangan budaya Bima, khususnya kepada anak-anak sejak dini.

“Meski Budaya Bima dianggap hilang dari tataran Bumi Pertiwi khususnya di wilayah Kota dan Kabupaten Bima, namun kami akan terus mengingatnya dan tetap mencintainya,” ungkap Kepala Sekolah (Kepsek) SDN-26 Kota Bima, M. Naza­muddin, kepada Garda Asakota.
Didampingi salah seorang guru, M. Yunus, S. Pd, Kepsek SDN-26 Kota Bima mengungkapkan bahwa Budaya Bima sudah sangat lama tak diekspresikan di wilayah Bima, baik dalam kegiatan hari-hari Nasional maupun acara-acara yang mengarah pada Budaya. Namun dengan ada niat baik dari sejumlah guru berkeinginan besar untuk membuka kembali budaya ter­sebut supaya anak-anak itu bisa mengenali arti Budaya Bima yang saat itu memiliki talenta di berbagai daerah-daerah Besar di Indonesia. Selain keinginan besar dari sejumlah guru, sekolah juga memiliki sejum­lah alat yang mendukung diberikan oleh Mendiknas Pusat seperti Gendang Gong, Biola, Gambus, Rebana serta pakian-pakaian Tradisional yang bernuansa adat Bima. Selain itu ada juga alat lain yang mendukung saat acara itu berlangsung, yakni Samero, Katongga dan berbagai peralatan lainnya dalam mewujudkan dan mengembangkan seni Budaya Lokal Bima.
Menurutnya, adanya berbagai alat yang mendukung tersebut, sekolah ini akan bekerja sama dengan Sanggar Seni Sausan yang ada di Kelurahan Rabadompu Barat Kota Bima dibawah pimpinan, Ihwan, SP. “Mereka menghelat latihan di sekolah ini tiga kali dalam seminggu.
Sasaran pesertanya yakni dari siswa SDN-26 mulai dari kelas I sampai kelas V,” akunya. Pada pelatihan awal, kata dia, sejumlah siswa dikenali dan diperioritaskan mengenai pengenalan alat-alat serta pem­binaan Tarian Budaya Bima yang dikoor­dinir oleh Sanggar Sausan. “Kegiatan itu sudah berjalan sejak awal Januari kemarin, dengan waktu yang dijadwalkan tiga kali dalam seminggu, siswa begitu eksis untuk mengenalinya budaya Bima. Kita lakukan latihan rutin ini untuk persiapan pada kegiatan-kegiatan Kota Bima seperti di hari Ulang Tahun Kota juga pada acara-acara yang sifatnya berbau Budaya Bima,” terang M. Nazamuddin, sembari memperlihatkan sejumlah alat tradisional adat Bima.
Diakuinya, dari sejumlah siswa yang ikut serta dalam latihan itu akan diberikan porsinya sesuai dengan kemampuannya masing-masing, misalnya Tari Lengge, tari Buja Kadanda dan sebagainya itu akan dibagi beberapa bagian supaya sejumlah siswa tersebut tidak mempelajari semua alat yang berbau Budaya Bima.
“Kasian pada anak-anak jika harus diberikan latihan secara umum dari sejumlah alat itu,” cetusnya. Sementara itu, M. Yunus, S. Pd,  menambahkan bahwa, selain untuk mengenali adat Bima, tujuan kegiatan ini untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, juga memantapkan kepriba­dian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan supaya terhindar dari usaha dan pemikiriran negative yang bertentangan dengan tujuan pendidikan. Budaya Bima saat ini, katanya, semakin hari semakin terkikis oleh waktu, pasalnya anak-anak bangsa khsususnya Bima secara umum 90 persen tak mengenal adat Bima atau Budaya Bima.
“Apa salahnya jika hari ini kita semua sebagai anak bangsa yang mencintai Budaya Bima membuka kembali dan mengenali Budaya Bima kepada anak-anak kita yang saat ini belum paham dengan arti Budaya Bima tersebut. Padahal Budaya Bima itu begitu memiliki arti di mata dunia,” tukasnya.
Di tempat yang sama, Ihwan, SP, pemilik Sanggar Sausan sekaligus Pembina, disela-sela memberikan pelatihan di SDN 26 Kota Bima, menuturkan bahwa Budaya Bima sudah sangat lama tak diperlihatkan di mata masyarakat Bima pada umumnya. “Melalui latihan tiga kali seminggu bersama anak-anak bangsa ini, Budaya Bima harus dibuka kembali.
Pasalnya hampir semua siswa di Sekolah dasar belum memahami arti Budaya Bima,” imbuhnya. Anak-anak di usia dini, sangat membutuhkan uluran tangan para ahli-ahli Sejarahwan Bima untuk memberikan yang terbaik. Tujuannya, kata dia, supaya anak-anak tersebut tidak merasa kebingungan jika dihadapkan pada acara atau acara yang bernuansa Adat Bima. “Kasian anak-anak kita bila tidak disuguhkan dan dikenali arti Bima yang sebenarnya.
Jangankan anak-anak seusia ini kita saja belum tahu benar sejarah dan adat bima yang sebenarnya,” akunya. Sampai hari ini yang diketahui oleh masyarakat Bima pada umumnya, bahwa tarian tersebut hanya dipersembahkan oleh kaum perempuan, sementara biasanya juga kaum lakipun juga ikut terlibat dalam tarian budaya tersebut, Yakni Tarian Siwe dan Tarian Mone.
”Saya rasa budaya-budaya seperti ini harus dikembangkan dan perlu diperkenal­kan di masyarakat secara umum, agar masyarakat Bima bisa membuka kembali fail-fail yang selama ini kian hilang. Hara­pan saya dengan adanya kegiatan ini siswa dan siswi bisa mengenal Budaya Bima dan menghargai Budaya yang dimiliki oleh Dou Mbojo,” tandas Ikhwan. (GA. 355*)
×
Berita Terbaru Update