-->

Notification

×

Iklan

Bima Kehilangan DNA Bernama Karakter

Wednesday, November 21, 2012 | Wednesday, November 21, 2012 WIB | 0 Views Last Updated 2012-11-21T04:39:18Z
Kota Bima, Garda Asakota.-
Bima dalam catatan sejarah dulu dikenal sebagai daerah pusat kebudayaan dan peradaban khususnya untuk wilayah Indonesia bagian timur. Hal itu terbukti dengan berbagai peninggalan budayanya yang hingga kini masih melekat sebagai identitas berdirinya dou Mbojo. Tapi, seiring dengan perkembangan zaman identitas itu perlahan mulai terkikis dan menghilang. Ibarat se¬buah struktur tubuh yang didalamnya terkandung jutaan
sel yang tersusun rapi tetapi kini sel itu telah rusak. Bahkan DNA yang terkandung didalam sel itu sudah tidak utuh lagi. Seperti itulah gambaran kondisi daerah Bima saat ini yang mengemuka dalam Dialog Budaya berte¬makan Kembalikan Bima sebagai Pusat Kebudayaan dan Peradaban Mbojo, Jumat (16/11). Kegiatan yang bertempat di Museum ASI Mbojo itu diselenggarakan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Provinsi NTB, juga turut menggandeng Disbudpar Kota Bima, menghadirkan tiga pembicara yakni Dr. Hamidi Syukrie ZM,M.Hum, Akademisi UNRAM, Abdul Wahid, M.Ag, Akademisi IAIN Mataram dan Budayawan Bima Husain La Odet,ST. Dalam pemaparannya, pembicara Abdul Wahid, M.Ag., menyebut DNA yang hilang itu bernama karakter. Jatidiri dou Mbojo dalam pandangannya, dahulu sangat dikenal oleh siapapun karena memiliki karakter yang kuat memegang prinsip, teguh dan memiliki cita-cita yang tinggi untuk menggapai kesuksesan. Tapi kini tuturnya, karakter itu telah luntur ditelan zaman dan yang tersisa hanyalah dou Mbojo yang bangga terhadap budaya orang lain. Bahkan, untuk bercita-cita tinggi pun dou Mbojo seakan tidak berani lagi. “DNA yang hilang inilah mesti kita formulasikan kembali saat ini sebagai identitas kita,” ujar Wahid. Menurut pembicara lainnya, Dr. Hamidi Syukrie ZM,M.Hum, daerah Bima memiliki konsep pranata sosial yang terkandung dalam filosofi Maja Labo Daho sebagai perangkat acuan dan kontrol sosial. Filososi itu sejatinya dijunjung tinggi oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dalam fungsinya menurut dia dalam konteks kekinian menghadapi tantangan dan gelombang masuknya nilai-nilai baru yang sebagiannya merusak tatanan masyarakat selama ini belum mampu maksimal diaplikasikan. Untuk itu, diharapkannya nilai-nilai luhur budaya yang mulai terkikis tersebut bisa ditanam kembali dalam jiwa dou Mbojo untuk mengembalikan jiwa dan karakter orang Bima”tandasnya. (GA. 334*)
×
Berita Terbaru Update