-->

Notification

×

Iklan

Tangani Flu Burung, Jajaran Pemkab Bima Gelar Rakor

Thursday, March 15, 2012 | Thursday, March 15, 2012 WIB | 0 Views Last Updated 2012-03-15T05:38:03Z
Hingga 12 Maret, Unggas Mati Capai 18.402 ekor
Bima, Garda Asakota.-
Setelah melakukan pembinaan PNS dan Dharma Wanita Persatuan (DWP) lingkup Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga, Kamis Sore (8/3) di paruga NaE kecamatan Woha, Bupati Bima H. Ferry Zulkarnain, ST memimpin rapat Koordinasi yang diikuti para Camat, kepala Desa, Kepala UPT Dinas Peternakan dan UPT Puskesmas se Kabupaten Bima.
Momen khusus ini dimanfaatkan dengan baik oleh Bupati Ferry untuk mengkoordina¬sikan penanganan dan penanggulangan kasus flu burung yang telah mewabah ke 10 kecamatan di Kabupaten Bima. ”Sosia¬lisasi kebijakan penanganan flu burung kepada para camat, Kapala UPTD Peter¬nakan, UPT Dinas Kesehatan hingga kepala desa se kabupaten Bima ini penting meng¬ingat flu burung sudah menjadi kejadian Luar Biasa (KLB) yang mengakibatkan kerugian unggas yang cukup banyak dan mengancam keselamatan jiwa manusia bila tidak ditangani secara seksama. Untuk ini pemerintah daerah telah mengalokasikan anggaran melalui APBD dan dana tak terduga.Agar wabah ini dapat ditangani dengan cepat, Bupati menginstruksikan, Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan tanggap dan langsung turun lapangan melakukan langkah antisipasi.
Dinas Peternakan telah dianggarkan dana untuk pembelian obat-obatan disinfek¬tan. Kepada masyarakat, Bupati menghim¬bau, tidak menyentuh unggas dengan tangan telanjang, dan bila terlanjur memegangnya segera cuci tangan dengan sabun antiseptic di air mengalir, cuci piring dan peralatan dapur dengan sabun. Masyarakat juga dihimbaunya agar proaktif memantau perkembangan wabah ini. “Segera laporkan kepada kepala desa bila ada unggas yang mati mendadak, selanjutnya Kades harus melaporkan untuk diperiksa ke Puskesmas. Bila ditemukan gejala panas dan sesak napas (asma) segera laporkan ke Puskesmas terdekat,” pintanya.
Menurutnya, flu burung (virus H5N1) hanya mengandung RNA sehingga bila masuk ke tubuh manusia tidak bisa dibaca oleh sistem kekebalan tubuh. Oleh sebab itu penyakit ini bisa menjadi ganas. virus ini tidak bisa berkembang sendiri, harus ada yang ditunggangi seperti unggas. virus bisa mati pada suhu 80 derajat celcius selama 1 menit dimasak dan juga virus bisa mati dengan panas sinar matahari yang cukup.
Sesuai laporan Dinas peternakan, setelah dilakukan Tes dept dan hasilnya menunjuk¬kan A1 (positif), kemudian dirindak lanjuti dengan pengiriman sample organ ayam ke laboratorium BBVet denpasar yang ahsilnya juga positif. Pada awal bulan februari hingga tanggal 8 Maret 2012, telah menye¬bab¬kan kematian unggas secara mendadak yang jumlahnya diperkirakan capai 11.157 ekor unggas milik masyarakat yang menyebar pada 48 desa di 11 kecamatan.
Kadis Peternakan melalui Sekretaris, Masykur, S.Sos,. MM, menyatakan langkah antisipasi telah dilakukan tindakan karantina/isolasi lokasi kecamatan yang tertular dan pengawasan lalulintas distribusi unggas atau bahan asal hewan
lain yang dapat menyebarkan penyakit dari lokasi tertular. Langkah lainnya adalah melakukan desinfeksi atau penyemprotan lokasi kematian unggas, melakukan koordi¬nasi dengan Dinas Kesehatan atau Puskes¬mas setempat pada kejadian kematian unggas. Di tingkat masyarakat, “pemerintah berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi baik melalui media maupun penyebaran brosur/leaflet, menindak lanjuti laporan dari tingkat keca¬matan dengan melakukan identifiksi lokasi dan pengambilan sample untuk pemerik¬saan laboratorium serta meningkatkan kewaspadaan dini pada wilayah kecamatan yang belum tertular,” katanya.
Dengan ditemukannya sejumlah unggas mati secara berturut-turut tangggal 7 Maret 2012 di desa Soro Kecamatan Lambu, disu¬sul tanggal 09 Maret 2012 kecamatan Mon¬ta di Desa Simpasai, Monta, Tangga, Sie, Tolouwi, Sakuru, Pela dan desa Bara¬lau, serta ditemukannya 45 ekor ayam mati di desa Kawuwu Sabtu (10/3) dan sesuai lapo¬ran kepala UPT Puskesmas Langgudu kepa¬da Bupati Bima saat melakukan kunjungan kerja di Kecamatan langudu, maka sudah dipastikan flu burung telah berjangkit di Kecamatan Langgudu. Maka sampai tang¬gal 12 Maret 2012 unggas yang mati menca¬pai 18.402 ekor yang menyebar pada 60 Desa di 13 kecamatan se-Kabupaten Bima.
Mengantisipasi meluasnya wabah flu burung atau yang juga dikenal dengan H5N1, pemerintah kabupaten Bima melalui instansi teknis Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan Kabupaten Bima terus melaku¬kan penanganan kasus ini untuk mengurangi dampak yang ditimbulkannya. Sebelumnya, Kadis Peternakan telah melakukan langkah antisipasi dengan karantina/isolasi lokasi kecamatan yang tertular dan pengawasan lalulintas distribusi unggas yang berpotensi menyebarkan penyakit dari lokasi tertular. Secara teknis SKPD terkait telah melaku¬kan desinfeksi atau penyemprotan lokasi kematian unggas, pada kejadian kematian unggas. Kepada masyarakat, pemerintah berupaya meningkatkan kesadaran masya¬rakat melalui sosialisasi dan menindak lanjuti laporan masyarakat serta mening¬katkan kewaspadaan dini pada wilayah kecamatan yang belum tertular.
Agar penularan wabah dapat ditekan seminimal mungkin, Dinas Peternakan mela¬kukan pemusnahan secara terbatas pada ayam yang satu kandang atau berde¬katan dengan ayam yang mati sebelumnya.
Pemusnahan juga dilakukan pada unggas dengan radius 2-3 rumah dari lokasi ayam yang mati. Disamping Meningkatkan keke¬balan unggas dengan melakukan tindakan vaksinasi. Saat ini, Pihak Direktorat Jende¬ral Peternakan Depatremen Pertanian RI melalui drh Makmun tengah berada di Kabupaten Bima untuk melakukan identi¬fikasi identifikasi penyebaran flu burung ini.
Di samping itu, untuk menjamin pengetatan distribusi unggas, pihak Dinas peternakan melakukannkoordinasi dengan aparat kepolisinnuntuk memantau dan mengawasi lalu lintas ternak.
Menurut Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Bima Ir. Baharuddin, “saat ini, langkah lanjutan tanggap wabah flu burung (H5N1) di Kabupaten Bima yaitu menghi¬lang¬kan sumber penularan virus dengan melakukan pemusnahan terbatas (depo¬pulasi) unggas yang sakit dan unggas sehat yang berpotensi untuk tertular di daerah tertular. (GA. 212*)
×
Berita Terbaru Update