-->

Notification

×

Iklan

Zainul Ingatkan Bupati Bima

Tuesday, January 17, 2012 | Tuesday, January 17, 2012 WIB | 0 Views Last Updated 2012-01-17T01:07:26Z
‘Jangan Coba-coba Singgung Orang Lain Karena Kesalahan Sendiri’
Drs. H. Zainul Arifin, angkat bicara. Kepada Garda Asakota, pria yang akrab disapa Abuya ini mengingatkan Ferry agar jangan coba-coba menyingung-nyinggung orang lain karena kesalahan maupun ulah-nya sendiri. “Saya ingatkan Ferry, jangan coba-coba menyinggung orang lain karena ulahnya sendiri. Jangan kaitkan masalah pertambangan dengan kompetisi Pilkada, karena kompetisi sudah selesai, meskipun persoalan hukum masih tersisa,” ujarnya mengingatkan Bupati Bima.
Bima, Garda Asakota.-
Bupati Bima, H. Ferry Zulkarnain, menduga adanya bebe¬rapa oknum yang sangat menginginkannya melanggar UU Pertambangan sehingga diproses dan dieksekusi dari tahta kepemimpinannya saat ini. Hal ini dilontarkannya di hadapan
rombongan Gubernur NTB, H. Zainul Majdi, MA, yang menggelar kegiatan silaturrahmi di Paruga Parenta Kota Bima, Jumat lalu (6/1). Seperti dilansir salah satu Koran lokal Senin 9 Januari lalu, kepada oknum yang tidak disebutkan nama-nya itu, Bupati meminta agar bersama-sama membangun Bima, bukan malah ingin mengadu-domba dirinya dengan masyarakat. Jika oknum yang mencoba ‘bermain di belakang’ itu ingin berkompetisi, dirinya akan menunggu tahun 2015. “Kalau mau berkompetisi, saya akan menunggu tahun 2015 mendatang. Jangan sekarang,” tantangnya. Mengetahui adanya pernyataan Bupati Bima yang terkesan mengkambing-hitamkan oknum tertentu tersebut, mantan Bupati Bima, Drs. H. Zainul Arifin, angkat bicara. Kepada Garda Asakota, pria yang akrab disapa Abuya ini mengingatkan Ferry agar jangan coba-coba menyingung-nyinggung orang lain karena kesalahan maupun ulah-nya sendiri. “Saya ingatkan Ferry, jangan coba-coba menyinggung orang lain karena ulahnya sendiri. Jangan kaitkan masalah pertambangan dengan kompetisi Pilkada, karena kompetisi sudah selesai, meskipun persoalan hukum masih tersisa,” ujarnya mengingatkan Bupati Bima.
Bahkan Zainul lebih tegas meminta Ferry agar tidak berbicara semaunya saja hanya karena dia seorang kepala daerah. Kalau memang Ferry tidak mampu mengurus daerah dan masyarakat¬nya, diingatkannya lebih baik mundur.
“Mundur saja bila tidak mampu, mundur secara teratur karena memang sudah pantas mundur kok, kasus terlalu banyak. Alasan¬nya takut langgar UU, penerimaan tenaga honorer yang sudah lebih 10 ribu itu apa bu¬kan pelanggaran konstitusi?, padahal PP 48 tahun 2005 tegas melarangnya. Tapi jus¬tru sekarang SK-SK baru bermunculan,” ujarnya pada Garda Asakota, Jumat (13/1).
Zainul menegaskan bahwa dirinya terpaksa harus angkat bicara menyikapi pernyataan Ferry yang dinilainya arogan itu. “Saya sengaja membuat pernyataan, agar jangan sampai dianggap diam,” tegasnya.
Sebagai seorang kepala daerah, kata dia, mestinya Bupati dapat berbicara langsung dengan masyarakatnya di Lambu dan tidak perlu khawatir dengan masyarakatnya sen¬diri kalau memang punya niat untuk mem¬perbaiki daerah. “Kenapa takut kalau tidak salah. Sebab tidak ada dalam sejarah peme¬rintahan, masyarakat membunuh Bupatinya.
Waktu jaman saya, ada saya keluarkan Kuasa Pertembangan (KP), tapi tidak ada demo kayak gini. Ini ada apa-apanya, pantas saja orang curiga sudah terima duit, karena kelihatannya Bupati lebih korbankan rakyatnya sendiri daripada pengusaha.
Makanya dia takut, padahal Peme¬rintah Pusat melalui Mendagri sudah ingatkan Bupati jangan ngawur, Menteri Perekono¬mian sudah minta cabut karena Bupatilah yang keluarkan SK itu, begi-tupun dengan rekomendasi Komnas HAM se¬cara tegas me¬ minta SK pertam bangan itu dicabut. Saya selaku mantan Bupati yang pro tam¬bang, juga pernah dua kali turun lang¬sung ke masyarakat untuk menjelaskan sisi positif dan negative-nya pertambangan. Tapi ter¬nyata masyarakat tetap menyatakan penola¬kan karena khawatir akan hilangnya sumber mata air.
Masyarakat juga sudah menduga ada apa-apanya sehingga Bupati begitu getol membela PT. SMN,” tambahnya.
Menurut informasi yang diperoleh Garda Asakota, meskipun per¬nyataan Bupati Bima saat itu tidak mendapat tanggapan dari Guber¬nur NTB. Namun orang nomor satu di NTB, TGB, mengingat kan bah¬wa saat ini bu¬kan lah waktu yang tepat saling meng¬hujat, saling menjatuhkan, dan saling menya¬¬lah¬kan.
Idealnya, kata dia, Bupati maupun seluruh jajarannya bisa bekerjasama menyelesaikan segala persoalan yang sedang dihadapi. Gubernur saat itu menekankan pentingnya meningkatkan silaturrahmi, bukan malah mencari kesalahan orang lain. (GA. 212*)
×
Berita Terbaru Update