-->

Notification

×

Iklan

Takut Gagal Panen, Petani Bawang di Sape Pilih Tanam Padi

Wednesday, January 25, 2012 | Wednesday, January 25, 2012 WIB | 0 Views Last Updated 2012-01-25T01:03:27Z
Bima, Garda Asakota.-
Para petani di beberapa desa Kecamatan Sape dan Lambu yang biasa menanam ba¬wang merah pada musim hujan (MH) tahun ini tidak ingin mengambil resiko. Sebagaian besar dari mereka, justru lebih memilih mena¬ nam padi dibandingkan tana¬man bawang. Hal itu berdasarkan pantauan wartawan, di beberapa kawasan pertanian seperti Desa Boke, Jia dan sebagian di Desa Parangina. “Karena tidak menentu¬nya cuaca, kami lebih memilih menanam padi dibandingkan menanam bawang merah,” ungkap warga Desa Jia, Syafrudin, baru-baru ini.

Diakuinya saat ini, para petani setempat lebih memilih menanam padi karena selain bisa meminimalisir kegagalan, juga harga padi justru lebih stabil dibandingkan bawang merah yang tidak tentu harganya. Kondisi ini, kata dia, akan berbeda bila memasuki musim kering, warga Sape lebih memilih tanaman bawang dan jagung dibandingan dengan menanam padi.
“Sebab, bila mena¬nam padi membutuh¬kan air yang banyak,” imbuhnya. Saat ini, katanya, harga bibit bawang tetap mahal, meski resiko gagal panen lebih besar karena sebagaian besar tanaman bawang tidak tahan dengan curah hujan yang tinggi. Namun, tanaman padi membutuhkan pengairan yang cukup. “Dengan pertim¬bangan sederhana itu petani lebih memilih menanam padi. Saat ini harga beras melambung tinggi. Padahal, makanan pokok petani adalah beras,” katanya.
Alasan petani, kata guru SDN Lesu ini, menanam padi karena harga beras terus melambung sedangkan harga bawang merah akhir-akhir ini cenderung anjlok, meski mu¬sim hujan seperti ini biasanya harga cende¬rung meningkat. “Pertimbang resiko gagal juga menjadi alas an petani untuk tidak mengambil resiko menanam bawang merah, meski beberapa petani di Desa Parangina masih ada yang menanam bawang merah,” katanya. Hal senada dikemukakan siti Mariam. Warga Desa Parangina ini menga¬ku lahan yang tidak dijangkau pengairan digunakan untuk menanam bawang merah, sedangkan yang lancar pengairannya ditanami padi. “Sebenarnya kita ingin mena¬nam padi, tetapi pasokan air tidak lancar, sehingga sebagian tanah ditanami bawang merah,” katanya. Pihaknya berharap kedua jenis tanaman itu bisa dipetik dan harganya diharap terus melambung. Apalagi, pada musim hujan harga bawang biasanya naik hingga satu juta lebih/kwintal. (GA. 333*)
×
Berita Terbaru Update