-->

Notification

×

Iklan

LKP Dende Hadir Tuk Meretas Angka Pengangguran

Saturday, November 5, 2011 | Saturday, November 05, 2011 WIB | 0 Views Last Updated 2011-11-05T08:04:12Z
Mataram Garda Asakota.-
Tingginya angka pengangguran di Negeri ini menjadi salah satu problem terbesar yang harus segera dicarikan akar solusinya. Bisa dibayangkan jika problem ini tidak bisa diatasi, maka bisa jadi communal chaos akan selalu mewarnai kehidupan masyarakat kita. Salah satu akar solusi yang
dianggap bisa mengatasi problem ini adalah dengan mem¬bangun lembaga-lembaga kursus dan ketram¬pilan professional yang akan memberikan pengajaran dan pengetahuan professional bagi para tenaga kerja kita. Kehadiran Lembaga Kursus dan Ketrampilan (LKP) Dende yang beralamat di Jalan Panji Tilaar ini, misalnya, menjadi salah satu bagian kepedulian masya¬rakat kita untuk meretas salah satu problem ini. Dengan membentuk Tempat Uji Kompe¬tensi (TUK) sejak tiga (3) tahun silam, LKP Dende telah memberikan kontribusi besar bagi teratasinya social problem. “Saya membentuk TUK dibidang Spa Therapist ini sejak tiga (3) tahun silam. Bermodal kepemilikan fasi¬litas Spa tersendiri dan telah memenuhi stan¬dar sesuai ketentuan yang ada, LKP Dende telah berhasil meluluskan lebih kurang 300 orang tenaga professional dan yang paling banyak itu dibidang Spa Therapist,” celetuk Dra. Hj. Donik Hardiani, Pimpinan dan Pengelola LKP Dende kepada Garda Asakota belum lama ini di ruang kerjanya.
Gebrakan Hj. Donik dalam mengem¬bang¬kan Tempat Uji Kompetensi (TUK) di bidang Spa Therapist ini harus diacungi jempol. Bagaimana tidak, Negara kita ini tengah diperhadapkan dengan isu sosial akan langkanya peluang kerja di daerah.
Padahal stok pekerjaan itu sendiri sangat banyak. Salah satu contohnya adalah di bidang Spa Therapist. Saat sekarang ini, permintaan akan pekerjaan ini sangatlah tinggi. Tidak hanya di Kawasan Pulau Lombok saja, akan tetapi juga datang dari Pulau Bali. “Permintaan dunia kerja akan pekerjaan ini sangat banyak apalagi di hotel-hotel dan salon. Akan tetapi stok tenaga kerjanya yang tidak ada. Beda dengan tata rias pengantin itu sudah banyak lah.
Tapi untuk tenaga Spa therapist ini masih sangat kurang dan langka. Oleh karenanya, banyak pengelola salon dan hotel mengambil tenaga kerja dari luar seperti dari Bali. Lalu, mengapa kita tidak menggali dari daerah kita sendiri?. Padahal kita punya potensi besar, kalau diajarin sedikit saja, mereka sudah langsung jadi kok. Permintaan dunia kerja terhadap Spa Therapist ini sangat banyak. Bahkan dari Bali sendiri kadang minta ke NTB, karena di Bali sendiri sudah kehabisan stok spa therapist,” ungkapnya.
Untuk memperoleh kepercayaan dunia usaha, tidak salah kalau para tenaga kerja itu sendiri harus diberikan pelatihan kompetensi akan profesionalisme kerja yang akan diembannya. Lembaga TUK sebagai lembaga penyelenggara uji kompetensi juga harus benar-benar sebuah lembaga qualified yang memiliki kapasitas manajemen kerja yang baik, ketersediaan fasilitas uji yang memenuhi standar serta kompetensi para pengelolanya. “Dan LKP Dende memiliki itu semua. Bahkan uji kompetensi yang dilakukan oleh kami sifatnya tidak dipungut biaya alias gratis. Kalau mereka bayar sendiri Uji Kompetensi itu maka ini tentu memberatkan, sehingga kami punya ide untuk mengajukan beasiswa ke Pemerintah Pusat dan Alhamdulillah di Acc, sehingga kami bisa melaksanakan uji kompetensi ini secara gratis,” cetus Hj. Donik.
Beberapa waktu lalu, LKP Dende telah melaksanakan uji kompetensi terhadap 25 orang tenaga Spa Therapist. Uji kompetensi ini sendiri bertujuan untuk mengukur kompetensi para Spa Therapist. “Dan kami dari LKP Dende sudah ditunjuk oleh Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK) Pusat sebagai tempat pelaksanaan uji kompetensi yang sangat diperlukan di dunia kerja. Uji kompetensi ini juga bertujuan untuk melihat kemampuan si therapist itu dari sisi teori dan sisi praktiknya.
Tujuan lain yaitu sebagai wadah untuk menjaring para tenaga kerja siap pakai,” terangnya. Hanya saja, meski uji kompetensi itu dilakukan tanpa dipungut biaya. Masih saja terdapat kendala dalam praktiknya. “Banyak owner pengelola salon yang tidak bisa memberikan kesempatan kepada para Spa Therapistnya untuk mengikuti uji kompetensi padahal, si therapistnya itu sendiri kepengen dan biasanya meminta kepada kami untuk menyampaikan keinginannya itu kepada para ownernya.
Tapi owner-nya ini kadang-kadang tidak mengerti dan mengatakan tanpa diuji saja, pegawai kita sudah pintar. Itu kan tidak mem¬ beri jalan keluar, mereka kan harus punya pengetahuan dan pengetahuannya itu harus diuji. Hal itu kan sama saja dengan membe¬rikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan diri. Karena kalau mereka lulus TUK ini dan mendapatkan sertifikat, maka mereka bisa bekerja ke luar daerah atau bahkan ke luar negeri. Sebe¬nar¬nya ka¬lau mereka bisa melihatnya dari segi positif¬nya. Tapi pemahaman mereka tentang TUK ini masih dipandang sebelah mata, maka saya biasanya turun ke salon-salon untuk mengajak mereka sadar tentang hal ini,” terangnya panjang lebar. (GA. 211*)
×
Berita Terbaru Update