-->

Notification

×

Iklan

Wereng-Wereng Pendidikan….!

Wednesday, October 19, 2011 | Wednesday, October 19, 2011 WIB | 0 Views Last Updated 2011-10-18T23:51:44Z

Rafika, S. Pd

Wereng  pendidikan menye­rang pelaku-pelaku pendidikan yang berkolaborasi di lingkup pendidikan.  untuk mem­berantas hama pendidi­kan  kuncinya adalah kita harus selalu satu, karena dengan satu kesatuan yang utuh dengan sendirinya semuanya bisa terselesaikan,  begitu amanatnya Umar H.M. Saleh,S.Pd (Kasek SMA Negeri I Bolo, ketika rapat dinas 3 Oktober 2011)  Hama –hama pendidikan akan muncul kapan saja, dimana saja, dan pada moment apa saja. Karena pendidikan berkelanjutan dan bertujuan . Jadi semua pelaku pendidikan harus selalu   “siaga” untuk  menghadapi wereng yang muncul, baik itu wereng “kelas teri” maupun wereng “kelas kakap”,
sekaligus maestronya wereng !!! Pendidikan itu memiliki aturan, dan aturan itu mengatur  dan mengayom semua pelaku pendidikan, Ir Indra Djati Sidi, Ph.D .
Seperti hal yang sangat  sederhana  pun punya aturan. kita perhatikan  di sekolah-seko­lah. Mulai dari kostum, sepatu, Sabuk, assesoris rambut, semuanya harus seragam dari bahan  dan warna yang sama pula. Itu semua untuk memupuk, membimbing, kebersamaan yang utuh hingga tercapai pendidikan yang bernilai. Dan bagi yang melanggar akan dikenakan sanksi.  Semua itu  merupakan rambu-rambu pendidikan yang harus ditaati oleh semua pelaku pendidikan.
Lalu bagaimana dengan behavioris yang melenceng dari  tatanan? Mulai dari Kelas “Nol” kita telah dididik oleh subjek pendidikan. Dari sekian tahun di bangku sekolah, pasti akan ada hasil dan perubahan yang didapat oleh objek pendidikan. Tetapi ketika hasil pendidikan itu hanya “Nol Besar” dan tidak berbekas, siapa yang  ingin disudutkan dan dituding ?
Disinilah kita semua harus realis dan evaluasi, berapa “nilai” yang kita dapat dan hasilkan dari pendidikan yang kita dapat. Jangan  mau “cuci tangan” dan menghindar dari fenomena yang melilit urat nadi kita.
Semuanya harus  jeli menyikapi dinamika yang setiap saat merorong dunia pendidikan kita. Di setiap sekolah  apakah kendaraan yang dipakai oleh siswa ditetapkan ? Apakah semua  siswa  diwajibkan memiliki kendaraan ? Haruskah siswa  memakai merek kendaraan  yang sama? Mungkinkan semua siswa memiliki fasilitas yang sama ? Memiliki kendaraan yang sama? Sedangkan siswa punya dan memiliki latar belakang sosial yang berbeda. Apakah siswanya tidak diwajibkan membawa kendaraan ? Hal ini perlu kita renungkan bersama dan mencari solusi yang terbaik. Hal yang paling kecil kita atur dan memberikan ketetapan, tetapi jangan sampai  kita “lalai” dengan masalah yang lebih besar ! Setiap masalah pasti ada solusinya, begitu pesannya Sigmund Freud. Akan ada pengaruh psikologis  bagi siswa ter­hadap masalah tersebut. Kita harus mengga­galkan budaya konsumerisme terhadap pelajar . Karena lewat keserhanaan dan kebersamaan semuanya akan menjadi lebih baik dan bermakna, Umar H.M. Saleh, S.Pd (ketika rapat dinas ,3 Oktober 2011)
Anda sudah siaga ? kalau sudah siaga mari kita lebih meningkatkan kesiagaan itu. Yah,  Sama persis  dengan siaganya kita,  ketika Hama wereng yang setiap saat menyerang tanaman kita.   pada periode-periode tertentu ter­gantung siklus , cuaca dan proses pengola­han lahan. Pada musim hujan  biasanya wereng sering melakukan aksinya. Mereka sangat anarkis tanpa pandang bulu. Tanaman siapa bisa jadi “sasaran dan murkanya”  Hama wereng sering menyerang padi, sedang hama pendi­dikan menyerang pelaku-pelaku pendidikan. Hama Wereng menyerang tumbuh-tumbuhan yang mengalami pertumbuhan dan perkem­bangan. Jenis  Wereng yang sering menyerang tanaman adalah  Nephottotix virescens dan Sogatella furcifera; Ensiklopedi Dunia. Wereng yang kita kenal dengan latinnya  Nila Parvata Lugens harus diberantas dengan semprotan insektisida. Sedang werengnya pendidikan ? .
Hama pendidikan harus disemprot  dengan pengawasan melekat dan diberikan pupuk seminar,Diklat, MGMP dan Workshop. Karena Proses  pendidikan identik dengan Gir Sepeda motor, kalau copot salah satu rantainya, sepeda motornya tidak bisa dioperasikan. Apalagi kalau sampai  copot dua sampai tiga rantainya, maka tamatlah riwayat sepeda motor tersebut.
Lalu, Apakah mengajar kurang dari 24 jam pelajaran adalah kategori werengnya pendi­dikan? Memanipulasi jam mengajar apakah juga termasuk kategori werengnya pendidikan? Apakah korupsi waktu termasuk wereng pendi­dikan ? Siswa yang tidak bermoral apakah termasuk wereng pendidikan ? Mudah-muda­han  kita bukan dan tidak akan masuk dalam ekosistem tersebut. Ketika awalnya kita melaku­kan “kecurangan” hasilnya  pun adalah hasil dari proses yang bernuasa “curang” dan “manipulasi”. Tapi jangan sampai kita membentuk paguyuban “Curang Bareng”. Karena jangankan menciptakan dilema, tanpa dilema  pun akan ada dilema ; Emha Ainun Najib.  Dan  jangan banyak menuntut, kalau tidak ingin dituntut; Jhon F. Kennedy. Jangan  “mengusik” bila tidak ingin diusik.  kalau berani menyentil, haruslah ksatria menerima sentilan !
Wereng sangat meresahkan dan mengang­gu petani-petani,  sedangkan hama pendidikan sangat menganggu dan mencemaskan aktifitas seluruh pelaku pendidikan. Mengapa  sampai ada wereng di dunia pendidikan kita? Karena tidak sistematisnya  program, tidak maksimalnya kinerja pelaku pendidikan. Karena  kedua hal tersebut sangat berperan dalam pendidikan dan pengajaran  seutuhnya. Bisa kita lihat di lapangan, seperti  seringnya ada perubahan sistem yang di jabarkan. Hendaknya sistem dan metode yang diprogramkan  sudah terukur dan sesuai dengan kondisi di lapangan.  Sehingga perubahannya tidak menganggu ketika diterapkan. Mengharapkan output yang oke sementara sistemnya tidak oke, sama halnya bermimpi di siang bolong. Atau mengharap durian pecah tetapi sialnya durian tersebut busuk dan berulat. Akibatnya hal-hal yang tidak mesti terjadi kadang terjadi dan tidak memberikan  value yang maksimal  di lapangan. Pendidikan dan pembelajaran dua-duanya harus sama-sama berjalan beriringan, kekom­pakan kinerja keduanya menghasilkan SDM yang berkualitas di dunia pendidikan.
Pendidikan kita memang  sudah banyak berbenah.  Tapi jangan sekali-kali kita menang dan unggul dalam kuantitas  tapi kalah saing dalam kualitas. Dalam artian banyak lembaga pendidikan  tetapi tidak memperhatikan mutunya. Sama halnya dengan  banyak penduduk (over population boom) tetapi tidak  punya daya saing. Hal ini jelas akan membebani kita semua. Karena merupakan masalah hajat hidup orang banyak.  Dan pendidikan yang unggul adalah potret kemajuan  peradaban bangsa. Jangan sampai kita  mencetak siswa yang tidak memiliki  daya saing,  siswa  karbitan, siswa-siswaan,  dan siswa yang  tidak memiliki motivasi dan tujuan pendidikan.
Werengnya pendidikan juga muncul  ketika siswa mulai keluar dari koridor pendidikan. Seperti tindakan  barbarnisme pelajar, siswa-siswaan (siswa Palsu), tidak terkontrol, dan bukan lagi statusnya sebagai siswa. Memiliki kartu pelajar/siswa tetapi tidak mencerminkan siswa, memiliki moral tetapi tidak mewakili moral siswa,memiliki pengaulan tetapi tidak mencerminkan  pergaulan pelajar. Siswa  itu harus memiliki prestasi, dan yang jelas bukan prestasi yang membinasakan dan mengge­gerkan dunia pendidikan !
Pemerintah tak henti-hentinya mensosiali­sasi­kan dan mengapresiasi agar Pelaku-pelaku pendidikan harus memiliki  pedagogi (ilmu dan seni mengajar).  Karena pedagogi menekankan  pendidikan dan pengajaran secara tersusun, menyangkut  tujuan,  asas, serta metode pengajaran. Pendidikan dan Pengajaran harus menarik, bersahabat dan memiliki nilai, sehingga tercipta suasana yang kondusif dan bermoral. Karena pada akhirnya siswa akan kembali  ke masyarakat yang sarat dengan dinamika. Oleh karena itu  siswa juga harus memiliki pedagogi sosial.  Yah, tak ubahnya Poikilotermik, kemampuan menyesuaikan diri di mana pun  berada pada tumbuhan dan mahluk hidup. Karena melalui pendidikan kita telah ditempa untuk mampu  beradaptasi dengan cuaca,lahan  dan  status  sosial  di masyarakat.
Pendidikan dan pengajaran  yang bermoral tidak boleh setengah-setengah karena,  wereng­nya pendidikan  selalu mengintai, menerkam, dan akan  membabat  habis kita semua. Dimana-mana wereng pendidikan sudah siap dengan hamanya yang mematikan, sedikit saja kita lengah, akan musnahlah semua yang telah kita programkan. Yah, seganas  hama wereng, DBD, dan  flu burung. Mudah-mudahan kita dijauhkan dari hama wereng dan hama pendidikan yang kian mengganas dan tidak tolerir, dan kita harus  selalu bersatu membasmi wereng-wereng tersebut sampai ke akar-akarnya,  amin.

Pemerhati  Pendidikan  dan Budaya
Staf  pengajar di SMA Negeri I Bolo
×
Berita Terbaru Update