-->

Notification

×

Iklan

Lebih Saya Sesalkan Aksi Balik Orang-tua Murid…!

Monday, October 3, 2011 | Monday, October 03, 2011 WIB | 0 Views Last Updated 2011-10-03T02:23:15Z

Kota Bima, Garda Asakota.-
Wakil Walikota Bima, H. A. Rahman H. Abidin, SE, menye­salkan terjadinya tin­dakan kekerasan yang terjadi di MTsN-1 Kota Bima, baik yang diduga dilakukan oleh oknum guru, lebih-lebih aksi pembalasan yang dilakukan oleh murid dan orang-tua murid. Ditegaskannya bahwa, apapun bentuk kekerasan tidak seharusnya dibalas dengan kekerasan pula. “Kejadian itu sangat mem­prihatinkan. Saya menyesalkan terjadinya pemukulan dan tidak setuju dengan cara kekerasan yang dilakukan oleh guru tersebut. Karena ada etika dan santunitas dalam menyelesaikan persoalan yang muncul. Begitupun sebaliknya, saya juga sangat prihatin dan lebih menyesalkanterhadap aksi balik yang dilakukan orang-tua murid bersama anaknya,” ucap H. A. Rahman, kepada sejumlah wartawan, menyikapi insiden yang menghebohkan di MTsN-1 Kota Bima, 24 September lalu.

H. Man (sapaan akrab Wakil Walikota Bima, red),  mengakui insiden yang terjadi di MTsN-1 Kobi itu sangat mencoreng dunia pendidikan. Seharusnya, kata dia, tidak ter­jadi aksi pemukulan siswa maupun aksi bala­ san terhadap guru. “Harusnya ada kesan­tunan, karena guru adalah pendidik. Jika ada siswa yang nakal yah, diproses sesuai dengan aturan sekolah. Orang-tua murid juga harus bisa lebih menahan diri,” pintanya. Pihaknya berharap kedepannya insiden seperti ini tidak terjadi lagi baik dilakukan oleh guru maupun oleh murid dan pihak orang tua.
“Karena orang tua sudah menitipkan anak di sekolah, maka sudah menjadi tanggung jawab sekolah untuk mendidik. Lagi pula kan ada guru Bimbingan Konseling (BK) yang menangani setiap ada masalah di sekolah, kenapa tidak difungsi­kan?. Untuk itu, kami mengharapkan masalah ini cepat terselesaikan dan tidak terulang lagi di masa mendatang,” harapnya.
Hal senada juga dilontarkan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakemenag) Kota Bima, Drs. H. Syahril, M. Si. Menurut pengakuannya, munculnya persoalan yang terjadi di MTsN-1 Kota Bima tersebut telah mencoreng dunia pendidikan.
Apapun bentuk kekerasan, kata dia, baik itu terjadi di tempat umum apalagi dalam lingkup pendidikan sangat dilarang karena menyangkut keamanan serta kredibilitas sekolah. “Tentu saja saya menyesalkan pemukulan yang dilakukan oleh  guru (Safrudin, red) terhadap siswanya (M. Andi Khaeril Awalian, red). Namun lebih saya sesalkan dan membuat hati miris, yaitu siswa memukul gurunya di ruangan kelas disaksikan oleh seluruh siswa lainnya. Ini adalah kejadian yang memalukan di dunia pendidikan,” sesalnya seraya menegaskan komitmen pihaknya yang menolak segala bentuk kekerasan terjadi.
Seharusnya, kata dia, masalah ini bisa diselesaikan dengan cara yang lebih baik, dimana sebelum adanya insiden pemukulan siswa terhadap guru tersebut, pihak sekolah melakukan mediasi dan diskusi dengan wali murid, murid, dan guru didampingi oleh pihak sekolah yang berkompoten menangani permasalahan ini. Bahkan menurutnya, sekolah harus membentuk tim yang bertugas serta mengantisipasi adanya tindakan balasan dari orang tua murid.
“Jangan setelah kejadian pemukulan tersebut baru di tangani. Apalagi kejadian yang sebelumnya diketahui ketika guru diduga memukul murid tersebut terjadi pada hari Jumat (23/9), seharusnya sekolah langsung melakukan diskusi dan rapat, agar masalah ini bisa segera diselesaikan dengan cara kekeluargaan dan tidak membias sebesar ini,” cetusnya. Seperti halnya hara­pan Wawali Kota Bima, Kepala Kemenag Kota Bima, juga menghimbau agar perma­salahan ini harus diselesaikan secepatnya dan saling menjaga etika pendidikan. “Sayapun berharap kejadian memalukan ini tidak terulang lagi,” katanya.
Sementara itu, seorang akademisi dari STKIP Bima, Drs. Zainudin Mukhsin, juga angkat bicara terkait dengan insiden yang terjadi di MTsN-1 Kota Bima. Ia mengata­kan, aksi pemukulan guru terhadap siswa tidak dibenarkan, namun yang lebih disesalkannya adalah adanya aksi balik yang dilakukan oleh siswa terhadap guru di seko­lah tersebut. “Seharusnya sekolah merupa­kan tempat menimba ilmu dan berinteraksi sosial antara murid dengan murid lainnya serta jajaran guru. Bukannya sekolah dijadikan tempat adu fisik,” akunya.
Dijelaskannya, sekolah merupakan tem­pat proses belajar mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran, sehingga pencapaian pendidikan terlaksana dengan baik. Jadi yang harus menjadi perhatian pula bahwa anak yang telah dititipkan oleh orang tua kepada sekolah, sudah menjadi tang­gung jawab sekolah untuk mendidik dan memberikan ilmu pendidikan yang akan diterimanya. “Sehingga orang tua harus mengerti bahwa sekolah merupakan orang tua kedua bagi murid tersebut. Kami ber­harap agar masalah ini cepat terselesaikan,  baik dengan cara mediasi maupun proses dan aturan yang berlaku,” harap mantan anggota DPRD Bima ini. (GA. 334*)
×
Berita Terbaru Update