-->

Notification

×

Iklan

Diduga Pukuli Murid, Oknum Guru MTsN Dihajar

Monday, October 3, 2011 | Monday, October 03, 2011 WIB | 0 Views Last Updated 2011-10-03T02:20:48Z

PGRI Kota Bima Berang…!
Kota Bima, Garda Asakota.-
Seminggu terakhir, publik di Kota Bima Provinsi NTB, dihebohkan oleh insiden kasus dugaan pemukulan guru MTsN-1 Kota Bima oleh muridnya sendiri atas suru­han orang-tua murid, pada  Sabtu lalu (24/9). Menurut data yang dihimpun Garda Asa­kota di lapangan, kasus ini rupanya tidak ber­diri sendiri. Pasalnya, sehari sebelum insiden yang menggemparkan dunia pendi­dikan itu, oknum guru yang diketahui bernama, Syafruddin, diduga telah memukul muridnya, 
M. Andi Khairil Awalian, siswa kelas II C. Diduga, oknum guru Bahasa Arab yang masih bestatus honorer ini mela­yangkan pukulan ke muridnya karena dipicu persoalan bola. Saat itu, Syaf meminta bola pada muridnya yang baru saja main bola, karena terlambat dikasih, diapun diduga menghabok Muh Alim hingga bagian jidat, bibir dan kepala muridnya itu memar.
”Awalnya saya tidak tahu soal pemuku­lan itu. Karena saya curiga, kok wajah anak saya memar meskipun anak saya sempat beralasan jatuh saat main bola. Malam hari­nya saya-pun memaksanya untuk menga­ku,’’ ungkap Syahbudin S. Ag, ayah dari murid tersebut, kepada sejumlah wartawan.
Fakta inilah, yang menyulut Syahbuddin, untuk mendatangi pihak sekolah guna meminta klarifikasi dan pertanggung-jawa­ban, terutama dari oknum guru terse­but. Ternyata jawaban oknum guru tersebut, memukul muridnya hanya sekali, selebihnya dia lempari dengan bola.
Karena oknum guru tersebut tidak jujur menceritakan kejadian sebenarnya, Syah­budin diduga sempat menghajar sang guru. Syafrudin yang merasa kesakitan karena dipukul dan dipermalukan lalu menangis. Tak puas, Syahbudin bahkan sempat mengangkat meja kelas untuk dibantingkan ke muka guru asal Desa Teke Kecamatan Belo Kabupaten Bima itu, namun buru-buru dicegah guru-guru lain. Emosi Syahbuddin kian meledak-ledak, hingga terjadilah insiden yang lebih menghebohkan lagi.
Dia­pun menyuruh anaknya untuk memperaga­kan cara guru itu memukul di sebuah ruangan kelas MTsN I Kota Bima. Plakk, sebuah pukulan keras dari tangan sang murid bersarang di bagian leher belakang oknum guru tersebut. Ironisnya, insiden yang cukup langka ini, turut disaksikan sejumlah oknum polisi yang berseragam lengkap, para siswa maupun guru-guru MTsN lainnya.
Pasca insiden yang cukup mengheboh­kan itu, berbagai sepekulasi dan analisis dari berbagai elemen masyarakat, bermun­culan. Meskipun tindakan oknum guru yang diduga memukul siswanya tidak dibenarkan, namun tindakan ‘pembalasan’ yang diambil oleh Syahbudin dan anaknya, juga banyak yang menyesalkannya dan bahkan menge­cam keras. Berbagai elemen, lembaga maupun individu mencerca sikap orang tua murid yang menyuruh anaknya membalas kekerasan dengan kekerasan. Sebagaimana hasil investigasi Komunitas Babuju, kejadian ini cepat menyebar dan berbuntut panjang. Media Elektronik menaikan video pemberitaan esok paginya (Minggu, 26/9) dan berita itupun tersebar luas melalui internet setelah diupload dan menyebar begitu saja di Facebook (FB) serta Twitter. Senin pagi,  berbagai pihak mencerca dan memaki perbuatan Syahbudin terhadap guru. Kehadiran pihak kepolisian saat itu memantik berbagai spekluasi negatif atas korps yang misinya menjadi Pelindung, Pengayom dan Pelayan Rakyat.
Beberapa menit pasca pemukulan guru oleh murid atas perintah orang tua murid tersebut, Wakil kepala sekolah, Suminto, S.Ag memberikan keterangan yang terekam oleh kamera salah satu TV Nasional, bahwa Safrudin sementara di non-aktifkan sebagai guru disekolah tersebut. Meskipun esok hari­nya, kepsek tersebut menampik per­nyataan itu. Namun apa dikata, pernyataan tersebut terekam jelas melalui kamera video dan ditayangkan secara Nasional.
Hari Selasa kemarin (27/9), Wakil Kepala Sekolah dan beberapa guru yang menyaksikan hal tersebut dipanggil oleh pihak Dikpora Kota Bima untuk mem­berikan keterangan terkait berita dugaan pemukulan guru oleh murid yang sudah menjadi pemberitaan Nasional tersebut.
Atas peristiwa itu, Citra dan Kewibawaan Guru tercoreng. Dunia pendidikan Indonesia terpukul. PGRI Kota Bima mengutuk dan mengecam keras atas insiden pemukulan tersebut. H. Sudirman, Ketua PGRI Kota Bima via seluler menyatakan berjanji akan melaporkan hal itu ke pihak yang berwajib dan menindak dengan tegas Wakil Kepala Sekolah yang menyatakan memecat Safruddin akibat persoalan itu. Pada hari itu pula, atas persetujuan Komite MTsN Padolo Kota Bima, mengeluarkan Alin dari sekolah dan membina Safrudin, guru pengajar bahasa Arab di MTsN tersebut.
Hal ini dilakukan untuk meredam citra negatif yang dilontarkan oleh masyarakat kepada MTsN Padolo Kota Bima yang kini telah menjadi Sekolah Berstandar Interna­sional (SBI) itu. Atas kejadian tersebut Safrudin melaporkan kasus dugaan penga­niayaan yang dilakukan oleh Syahbudin ke pihak berwajib, Senin (26/9) lalu.
”Syahbudin telah menganiaya saya dan hasil visum saya sertakan dalam laporan tersebut,” ujarnya. Awalnya, Safrudin mengaku tidak ingin melaporkan hal tersebut ke Kepolisian, karena menjaga institusi MTsN dan kuatir atas keselamatannya.
Namun, karena adanya dorongan dan dukungan dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Bima, akhirnya dia melaporkannya. Menurut informasi terakhir yang diperoleh Garda Asakota, rencananya hari Senin ini (3/10), jajaran PGRI Kota Bima akan menggelar aksi solidaritas guna memberikan dukungan moral dan dukungan hukum atas insiden yang dialami guru Syafrudin. (GA. 212*)
×
Berita Terbaru Update