-->

Notification

×

Iklan

Merenung dan Berpikir adalah Madrasah Bagi Orang-orang Genius (3)

Tuesday, August 16, 2011 | Tuesday, August 16, 2011 WIB | 0 Views Last Updated 2011-08-16T05:12:14Z
Diriwayatkan dalam ‘Ilal asy-Syara’a dengan sanad sampai kepada Imam Ali ar-Ridha as: “Sesungguhnya Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya adalah karena dia tidak pernah sekalipun menolak permintaan orang, dan tidak pernah meminta kepada seorang pun selain Allah ‘Azza wa Jalla.” Dan dari Ash-Shaduq rahimahullah (semoga Allah merahma¬tinya) berkata, “Aku mendengar dari salah se¬orang syaikh dari kalangan ulama mengatakan, ‘Sesungguhnya Ibrahim itu dina¬makan Ibrahim
karena jika dia berniat melaku¬kan sesuatu, dia memenuhinya.’ Ada pula yang mengatakan bahwasanya Ibrahim itu dinama¬kan Ibrahim karena sesungguhnya dia senan¬tiasa memikirkan akhirat, hingga dia terhindar dari dunia.’ Beberapa riwayat lain tentang Ibrahim seperti: Abu Abdillah (Imam Ja’far ash-Shadiq) as pernah ditanya, mengapa Allah mengambil Ibrahim menjadi khalil-Nya (teman-Nya)” dia menjawab, “Karena banyaknya dia bersujud di atas tanah”.; Dari Muhammad bin al-Askari as, diaktakan “Karena banyaknya dia bersalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad shalawatullahi ‘alaihim”;
Diriwayatkan dari Rasulullah saw bahwa beliau bersabda, “Allah mengambil Ibrahim menjadi khalil-Nya karena dia biasa memberi makan (orang miskin) dan shalat yang dikerjakannya pada malam hari (tahajud), sementara orang-orang sedang tidur.”; Dari Abu Ja’far (Imam Muhammad al-Baqir) as: Ketika Allah mengambil Ibrahim menjadi khalil-Nya, malaikat maut mendatanginya dengan membawa kabar gembira tentang hal itu. Ketika itu, malaikat maut datang dalam rupa seorang pemuda yang berkulit putih.
Kemudian Ibrahim datang dan masuk ke rumah, maka tiba-tiba saja di disambut oleh orang dalam rumahnya sendiri, sementara Ibrahim as adalah seorang yang sangat pencemburu, dan setiap kali dia keluar rumah untuk suatu keperlua, dia selalu mengunci pintu rumahnya dan mebawa kuncinya. Maka Ibrahim as bertanya, “Hai hamba Allah, siapakah yang telah memasukkanmu ke dalam rumahku?”.
Orang itu menjawab, “Tuhan yang telah memasukkan aku ke rumah ini.”. Ibrahim as berkata, “Tuhannya lebih berhak atasnya daripada diriku, lalu siapakah kamu?” Orang itu menjawab, “Aku adalah maikat maut.” Ibrahim as terkejut dan bertanya, “apakah kamu datang hendak mencabut rohku?”. Malaikat maut menjawab, Tidak, Akan tetapi, Allah ‘Azza wa Jalla telah mengambil seorang menjadi khali-Nya, maka aku datang kepadamu untuk menyampaikan berita gembira ini.” Ibrahim as berkata, ‘Kalau begitu, siapakah orang itu agar aku dapat menjadi pelayannya seumur hidupku?” Malaikat maut menjawab; “Kamulah orang itu.” Maka Ibrahim masuk menemui Sarah (istrinya) seraya mengatakan kepadanya, “Sesungguhnya Allah telah mengambil diriku menjadi Khalil-Nya,”.
Diriwayatkan dari Abu Abdillah as: Ketika para utusan (yakin para malaikat) mendatangi Ibrahim as, Ibrahim menyuguhkan mereka (masakan) daging anak lembu seraya berkata kepada mereka, “Makanlah!” Para utusan itu berkata, “Kami tidak akan makan sebelum kamu memberitahukan kepada kami berapa bayarannya?” Ibrahim as berkata, “(Bayaranya adalah) jika kalian hendak makan, maka ucapkan ‘Bismillah” (dengan menyebut nama Allah), dan jika kalian selesai makan, maka ucapkanlah, “Alhamdulillah” (Segala Puji Bagi Allah). “Maka Jibril as menoleh kepada kawan-kawannya yang berjumlah empat malaikat seraya berkata, “Layaklah bagi Allah mengambil orang ini (yakni Ibrahim as) menjadi khalil-Nya. Dan bahwasannya Ibrahim as adalah Orang pertama yang mengubah pasir menjadi Tepung. Oleh karena itu, Ibrahim as diberi kedudukan al-khullah (khalil), maka dia bersyukur kepada Allah dan memuji-Nya, lalu dia makan makanan itu. Jadi itulah sebab-sebab Ibrahim as menjadi Khalilullah, dan gelar tersebut (khalil) tidak akan terjadi kecuali terhimpunya sifat-sifat tersebut seluruhnya.
Pekerjaan paling utama dari seorang hamba adalah beribadah kepada yang Maha Esa. Tidak ada kemuliaan dan Tidak ada jalan keluar dari permasalahan yang rumit kecuali dia benar-benar menjadi hamba Allah. Oleh karena itu, Allah memuliakan Rasul-Nya, Muhammad saw, dan menempatkannya pada posisi orang yang paling mulia dalam beribadah. Allah swt berfirman: “Maha Suci Allah yang telah menu¬runkan al-Furqan (al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (al-Furqan (25): 1).
Allah swt, berfirman, mengenai kepribadian Rasulullah saw, :”Tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya. (al-Jin (72): 19). Dan Firman Allah swt, “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi pula daerah sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (al-Isra (17): 1).
Rasulullah saw bersabda; sesungguhnya pada suatu masa salah seorang nabi diutus Allah ‘Azza wa Jalla kepada kaumnnya. Dia tinggal di tengah-tengah mereka selama empat pulu tahun, tetapi mereka tetap tidak beriman kepadanya. Kaum itu memiliki hari raya di sebuah tempat peribadatan. Kemudian nabi itu mengikuti mereka, lalu dia berkata kepada mereka, ‘Berimanlah kalian kepada Allah!’.
Mereka menjawab, ‘Jika kamu benar-benar seorang nabi maka berdoalah kamu kepada Allah agar Dia mendatangkan kepada kami makanan yang warnanya sama dengan warna pakaian kami.’ Tatkala itu, pakaian mereka berwarna kuning. Kemudian nabi itu datang membawa sebuah kayu kering, lalu berdo’a kepada Allah ‘Azza wa Jalla pada kayu kering itu, maka kayu kering itu langsung menjadi hijau dan matang, dan ia mengeluarkan buah aprikit, lalu mereka pun memakannya. Setiap orang yang memakan buah itu dan berniat untuk memeluk Islam di tangan nabi tersebut, maka biji buah itu akan mengeluarkan rasa manis di mulutnya; dan barang siapa yang berniat untuk tidak memeluk Islam, biji buah itu akan mengeluarkan rasa pahit di mulutnya.
Berikut ini di kutip beberapa riwayat dalam ‘Uyun al-Akhbar dengan sanad sampai kepada al-Harawi, dia berkata:
Aku mendengan Ali bin Musa ar-Ridha as berkata, “Allah ‘Azza wa Jalla mewahyukan seorang nabi di antara nabi-nabi-Nya. “Jika kamu masuk di waktu pagi hari, hendaknya apa saja yang pertama kali menjumpaimu, makanlah ia; sedang yang kedua, Raha¬siakanlah ia; yang ketiga, terimalah ia; yang keempat, janganlah kamu menjadikannya berputus asa (kecewa); dan yang kelima, larilah kamu darinya”.
“Kemudian tatkala nabi tersebut memasuki waktu pagi hari, dia berjalan, tiba-tiba dia berjumpa dengan sebuah gunung besar hitam, maka dia berhenti dan berkata, Tuhanku telah memerintahkan kepadaku untuk memakan ini, maka jadilah dia kebingungan. Kemudian dia kembali kepada dirinya seraya berkata, ‘Sesungguhnya Tuhanku jalla Jalaluh (Yang Maha Agung keagungan-Nya) tidaklah akan smemerintahkanku kecuali dengan apa yang sanggup aku lakukannya, ‘kemudian dia berjalan untuk memakannya. Setiap kali dia mendekati gunung besar berwarna hitam itu, gunung itu terus bertambah kecil. Sehingga, ketika dia telah sampai pada gunung itu, maka dia mendapatinya telah menjadi sesuap makanan, lalu dia pun memakannya, dan ternyata dia mendapatinya sebagai makanan yang paling lezat yang pernah dimakannya. Dia meneruskan perjalananya dan menemukan sebuah baskom yang penuh dengan emas. Dia berkata, Tuhanku telah memerintahkan kepadaku agar aku merahasiakan ini, ‘maka dia menggali tanah, lalu dia memasukkan emas itu ke dalam galian tersebut, lalu dia menimbunya dengan tanah. Kemudian dia meneruskan perjalannya, dia menoleh, dan mendapati bahwa baskom (yang berisi emas) itu telah muncul (keluar dari tanah). Dia berkata, ‘Sesungguhnya aku telah mengerjakan apa yang telah diperintahkan Tuhanku kepadaku.’
Kemudian dia meneruskan perjalanannya, tiba-tiba dia melihat seekor burung dan di belakangnya terdapat burung rajawali yang mengikuti burung itu, burung rajawali terbang mengelilingi burung itu. Nabi itu berkata, ‘Tuhanku telah memerintahkan kepadaku agar aku menerima ini.’ Maka dia pun membuka lengan bajunya, lalu burung itu masuk ke dalam lengan bajunya. Burung Rajawali berkata kepadanya, ‘Aku telah mengikuti buruanku ini selama beberapa hari.’ Nabi itu berkata, Tuhanku telah memerintahkan kepadaku agar aku tidak menjadikan ini (burung rajawali) berputus asa (kecewa).’ Maka dia memotong paha burung (buruan) itu, lalu dia melempar-kannnya kepada burung rajawali.
Dia meneruskan perjalannya, tiba-tiba dia melihat daging bangkai yang berbau busuk dan berulat. Dia berkata, Tuhanku telah memerintah¬kan kepadaku agar aku lari dari ini.’ Maka dia lari darinya dan pulang. ‘Kemudian dia melihat dalam mimpinya seakan-akan dikatakan kepa¬da¬nya, ‘Sesunguhnya kamu telah mengerjakan apa yang telah Aku perintahkan kepadamu. Apakah kamu mengetahui tentang hal itu ?’ Nabi itu menjawab, ‘Tidak’ Allah berfirman kepada¬nya: Gunung itu adalah kemarahan. Sesung¬guhnya seorang hamba jika marah, dia tidak melihat dirinya dan kedudukannya karena besarnya kemarahannya itu. Akan tetapi, jika dia mengetahui dirinya dan mengetahui kedudu¬kannya, lalu menenangkan kemarahannya, maka hasilnya adalah seperti sesuap makanan yang lezat yang dimakannya. Adapun Baskom (yang berisi emas) adalah amal saleh. Jika seorang hamba merahasiakan amal salihnya dan menyembunyikannya, niscaya Allah ‘Azza wa Jalla tetap akan menampakkannya agar Dia menampakkan kebaikannya, di samping pahala akhirat yang disimpan Allah untuknya. ‘Burung, adalah seorang yang datang kepadamu dengan memberikan nasihat, maka terimalah dia dan terimalah pula nasihatnya. Adapun burung rajawali, maka ia adalah seorang yang datang kepadamu karena suatu kebutuhan, maka janganlah kamu mengecewakannya. Adapun daging bangkai berbau busuk dan berulat, maka ia adalah gunjingan (al-ghibah), maka larilah kamu darinya.”
Dalam Qashsash al-Anbiya’ karya ar-Rawandi, dari Abu Abdillah as, dia berkata: Sesungguhnya Allah Swt mewahyukan kepada seorang nabi di antara nabi-nabi Bani Israil. “Sesunguhnya Aku ingin agar kamu menjumpai-Ku besok (Hari Kiamat) di dalam surga, maka jadilah kamu di dunia ini orang yang asing, gelisah, sedih, dan terasing di antara manusia seperti seekor burung yang sendirian; jika malam tiba, tinggalah ia sendirian dan memisah¬kan diri dari burung-burung lainnya, lalu ia bersendirian dengan tuhannya.’
Diriwayatkan dalam Da’awat, karya ar-Rawandi, bahwasannya Allah Tabaraka wa Swt mewahyukan seorang nabi di antara nabi-nabinya di Zaman permulaan bahwasannya, seorang laki-laki di kalangan umatnya memiliki beberapa do’a yang dikabulkan. Lalu nabi mengabarkan hal itu kepada orang tersebut. Kemudian orang itu pulang kerumahnya dan mengabarkan kepada istrinya. Maka istrinya mendesaknya agar dia menjadikan satu do’a untuknya, lalu dia pun menjetujui hal itu. Istrinya berkata kepadanya, “Mohonlah kamu kepada Allah agar Dia menjadikan aku wanita yang paling cantik di zaman ini,” maka orang itu memohon kepada Allah hal itu, lalu istrinya menjadi wanita yang paling cantik di zamannya.
Dan tatkala istrinya melihat raja-raja dan pemuda-pemuda yang hidup mewah mulai menyukainya, maka dia pun menjauhkan diri dari suaminya yang ia adalah seorang tua yang miskin. Istrinya mulai bersikap kasar terhadap¬nya, dan dia (suaminya) hampir-hampir tidak sanggup menghadapinya.
Maka dia berdoa kepada Allah agar istrinya diubah menjadi anjing betina, maka istrinya berubah menjadi anjing betina. Kemudian anak-anaknya berkumpul kepadanya, mereka berkata, “Wahai ayah kami, sesungguhnya orang-orang mulai mencemohkan kami bahwa ibu kami adalah seekor anjing betina yang menggonggong” Kemudian anak-anaknya mulai menangis dan memohon kepada ayahnya agar berdo’a kepada Allah supaya Allah menjadikan ibunya seperti semula (keadaannya yang pertama). Maka ayahnya berdo’a kepada Allah Swt agar mengubah istrinya sebagaimana awalnya. Dengan begitu, hilanglah ketiga doa yang dikabulkan itu darinya (ayah/suaminya) secara sia-sia”. (ini sumber kisah tentang tiga batu yang selalu di ceritakan dengan konteks yang kadang-kadang jorak/dibuat yang tidak enak di dengar apa lagi untuk di sebarluaskan dari mulut-kemulut. Bahkan anak SD pun mencerikan dalam bentuk jorok, semoga cerita bohong itu dihentikan/ajarkan konteks yang benar dan bermanfaat).
Ketahuilah, sebagian perawi meriwayatkan dari Nabi Saw bahwasanya beliau bersabda, ‘Ibrahim as, tidak pernah berdusta kecuali tiga kaili dusta”.
Aku katakan, yang lebih uatama adalah tidak menerima riwayat yang seperti itu. Maka sekonyong-konyong dia berkata dengan nada mencela, “Jika kamu tidak menerima riwayat ini, maka itu berarti kita harus mendustakan para perawi ? Aku jawab, “Wahai miskin, jika kita menerima riwayat ini, maka itu mengharuskan kita untuk mendustakan Ibrahim as; dan jika kita menolak riwayat itu, maka itu mengharuskan kita untuk mendustakan para perawi. Tidak diragukan lagi, bahwasannya penjagaan Ibrahim as dari kedustaan adalah lebih utama daripada penjagaan sekelompok orang-orang bodoh dari kedustaan.”.
Allah SWT, telah mensucikan jiwa para nabi dari akhlak yang tercela, bahkan kami telah katakan bahwasannya Allah SWT mensucikan jiwa orang-orang yang berhubungan dengan mereka dari sifat yang tercela itu. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlulbait dan mensucikan kamu sesuci-sucinya (QS. Al-Ahzab: 33). Aku katakan, “seorang imam itu mengetahui segala perintah dan larangan tuhan. Sebab jika tidak demikian, maka setan itu lebih alim daripada dirinya. Hal ini disebutkan dalam diskusi yang terjadi antara saya dengan salah seorang ulama ahlusunah. Aku ketakan kepadanya, “Setan menyuruh pada setiap kemungkaran dan mencegah dari segala yang makruf”.
Di antaranya, khalifah yang pertama (Abu Bakar) pernah mengatakan, “Sesungguhnya pada diriku ini terdapat setan yang senantiasa menyertaiku. Oleh karena itu, jika aku condong pada kesesatan, maka luruskanlah aku; dan jika aku menyimpang, maka tunjukkanlah aku pada jalan yang benar.” Dan, khalifah yang kedua (Umar bin Khaththab) pernah mengatakan, “ Semua orang lebih mengetahui tentang fiqih daripada aku, termasuk kaum perempuan yang dipingit di dalam rumah mereka”.
Diharapkan apa yang tersirat dan tersurat dalam tulisan ini menjadi dasar untuk diriku sendiri dan anda agar terus mendekatkan diri kepada Allah SWT, menggali, menemukan, merenungkan dan mengamalkan apa yang telah diajarkan dalam Al-Qur’an dan mengikuti sunnah Rasulullah Saw.

Penulis: Dr. Mariani
Senin, 4 Juli 2011
×
Berita Terbaru Update