-->

Notification

×

Iklan

Jadilah Sang Pemimpin dengan Kata-Kata dan Tindakan

Tuesday, June 14, 2011 | Tuesday, June 14, 2011 WIB | 0 Views Last Updated 2011-06-14T03:59:34Z

Oleh. Dr. Mariani

Manjemen sebagai suatu sarana pe­nambahan infor­masi para manajer/pimpinan dalam keberhasilan suatu organisasi/peru­sahaan di dunia kerja dan dunia usaha yang memiliki peluang untuk melihat dan memanfaatkan untuk bisa berhasil dalam kerja/program kerja atau bisnis yang penuh dengan persaingan yang ketat. Para pemimpin akan terus ber­pacu dalam menyerap informasi dan memperluas cakrawala serta wawa­sannya. Seorang pemimpin harus bisa memainkan sejumlah bola agar tetap berada di udara,
dan pada saat yang sama mengarahkan energi serta per­hatiannya terhadap berbagai aktifitas yang dapat meningkatkan hasil orga­nisasi dan perusahaannya.
Seorang pemimpin harus bisa mencapai suatu tahap di mana dirinya bisa memberi dampak paling besar. Harus disadari bahwa para pimpinan/manajer sangat terkait dengan pengalokasian sumber daya manusia (SDM), dana dan modal. Tapi yang paling penting adalah kita alokasikan dari saat ke saat ialah waktu kita. Kita mengatur waktu menurut hemat/kepentingan kita, adalah aspek yang paling penting dalam menjalankan peran sebagai seorang teladan  dan pemimpin. Manajer/pemimpin, dan kita harus berbicara dengan berbagai orang di dalam dan diluar organisasi, kita menghabiskan dengan mencari infor­masi, dan membaca laporan-laporan untuk memperoleh evaluasi mengenai penampilan diri sebagai “pemasok” internal dalam organisasi. Informasi yang di cari berasal dari percakapan, dan yang umum dilakukan lewat telepon/hp. Sehingga manajer  adalah orang yang lebih cepat mengakses informasi dan tulisan untuk membantu validitas ke­luaran laporan sebagai sarana pendi­siplinan diri. Kita perlu ingat bahwa ativitas lain, meneruskan informasi, mengambil keputusan dan menjadikan diri sebagai teladan bagi staf/karyawan juga ditentukan oleh basis informasi yang Anda/kita miliki. Intinya, pengum­pulan informasi adalah dasar dari semua pekerjaan manajerial, dan itulah sebab mengapa saya/anda memilih menghabiskan sebagian besar dari hari kerja saya untuk mendapatkan infor­masi, mengkaji dan menganalisanya untuk dijadiakan sebuah pendapat untuk dipergunakan dan dimanfaatkan dalam setiap kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Satu contoh, saat ini negeri kita sedang dilanda kekacauan  berpikir dalam mengambil dan memu­tuskan perkara, oleh penyedik dan penegak hukum, dalam tulisan ini saya mengulang beberapa kasus besar, seperti kasus miranda, Sri mulyani, bank centyri, ketua KPK Atasari, Kasus gayus, dan sedang-sedang hangatnya kasus Bendahara Umum Partai Demokrat, dan dimunculkan kembali kasus Ketua KPK Antasari yang diduga dihukum dengan Peradilan hukum sesat, yang terakhir informasi penang­kapan Hakim syarifudin yang ditangap menerima suap. Dengan cepat masyarakat mengetahui berita-berita kecurangan/pencurian, penyim­pangan, ini semua berkah informasi elektronik yang sudah mengglobal di masyarakat. Akhirnya muncul staitmen SBY mendapat SMS yang menfitnah. Sepintas terlihat SMS itu bukan fitnah, tetapi kritikan tajam dari masyarakat atas kasus dalam tubuh partai Demok­rat yang mana keputusan DK terhadap Nazarudin Bendahara umum partai Demokrat tidak mencerminkan suatu keputusan yang tapat, sehingga masya­rakat mengkaitkan dengan ketidak seriusan Ketua Umum Partai tersebut.
Yang menarik untuk dipertanyakan dalam setiap kasus-kasus yang muncul dari media elektronik dan media cetak di negara Indonesia ini adalah; (1) menga­pa setiap kasus, harus dimun­cul­kan para Pakar, ahli, Profesor untuk angkat bicara?; (2) untuk apa mereka dimintai pendapat dan berdebat atas apa yang tidak mereka lakukan?; (3) Untuk apa pangamat politik berbicara tentang A, begitu juga pengamat Ekonomi, hukum, politik semua angkat bicara B, dan C?.  Yang semua itu sia-sia dan  sepertinya sengaja di muncul­kan untuk menunda-nunda dan mem­berikan kesan kesempatan pada pelaku korupsi/koruptor untuk berkelit atau untuk melarikan diri keluar negeri dengan berbagai alasan (sakit, periksa). Ini sering kali terjadi. Masyarakat berharap dan menghimbau, kepada para pakar, ahli, Profesor, dan pengamat lainnya, untuk tidak lagi berbicara kenapa, dan mengapa, bagaimana,  tetapi yang seharusnya bersuara untuk segera menyelesaikan kasus, dan menekan aparat penegak hukum (menahan pelaku begitu ditemukan bukti awal demi pengamanan pelaku dalam mempercepat pemeriksaan) dan  memfonis sesuai dengan bukti yang ada. Semua informasi tersebut akibat dari kehebatan teknologi yang sangat canggih semua dapat dilakukan dalam hitungan menit. Mari kita mengoreksi diri sendiri tampa terlibat dalam kasus orang lain. Dan kita ambil pelajaran dari musibah mereka untuk memperbaiki petinggi/pejabat/aparat penegak hukum dan sebaginya di negeri ini yang sudah tidak lagi memiliki rasa malu. Bukan pendapat/obrolan yang dibutuhkan tapi sikap tegas. Seperti sikap yang diambil oleh mantan Ketua MK dkk atas kasus ketua KPK, inilah yang di inginkan masyarakat, kalau memang dalam kasus tersebut masih memungkinkan untuk di bela.
Kita mengabil contoh lain, satu gerak “colekan”. Kita mencolek sese­orang dalam suatu pertemuan agar mengambil arah yang kita inginkan. Ini adalah suatu aktivitas manajerial yang sangat penting, yang hampir setiap saat meminta keterlibatan diri kita. Dan hal ini hendaklah dibedakan dari pengam­bilan keputusan yang memberi arah yang jelas dan hasil yang mantap. Dalam setiap pengambilan keputusan , kita mungkin dapat melakukan beberapa kali colekan terhadap banyak hal/materi/topik yang dibahas. 
Kita menyediakan diri sebagai teladan bagi staf/karyawan, rekan sejawat dan bahkan bagi penyelia kita. Sudah banyak hal yang ditulis orang mengenai perlunya manajer berperan sebagai pemimpin. Tapi kenyataan menunjukkan bahwa tidak ada satu pun aktifitas manajerial yang boleh dikata­kan memberikan teladan atau contoh kepemimpinan. Nilai-nilai dan norma-norma tingkah laku sama sekali tidak bisa dipancarkan hanya dengan berbi­cara dengan memo. Tapi semua itu baru bisa dipancarkan dengan efektif melakukan sesuatu, melakukannya dengan jelas agar dilihat orang. Jika saya/kita melihat jadwal kegiatan saya, maka saya tidak melihat suatu pola yang jelas dan teratur. Saya mungkin juga anda terlibat dalam berbagai ke­giatan dengan pola acak, dan hari kerja saya selalu berakhir manakala saya/kita telah merasa lelah. Ingat pekerjaan seorang manajer tidak pernah selesai, selalu saja masih ada yang perlu di­kerjakan, yang seharusnya dikerjakan, dan yang masih bisa dikerjakan. Itu sebabnya mengapa memilih dan melakukan aktivitas yang memberi dampak paling besar merupakan kunci bagi aktifitas manajerial.
Untuk bisa memberikan hasil maka saya/kita membutuhkan waktu sampai beberapa generasi. Artinya kita tidak bisa harapkan untuk berhasil kalau keberadaannya dilakukan dengan dekrit. Kemudian, lingkup dari apa yang bisa dicapainya terbatas, meskipun untuk rentang waktu mungkin apa yang dicapainya itu kelihatan mengagumkan.
Dalam lingkup ini kita/saya bisa menggunakan gugus kendali mutu dalam suatu devisli yang sama dalam sebuah oraganisasi/perusahaan, yang secara sukarela mau bertemu sekali atau dua kali sebulan, selama satu atau beberapa jam. Waktu digunakan habis jam kantor (dan mendapat uang lem­bur). Pertemuan ini untuk mendiskusi­kan berbagai cara untuk meningkatkan kualitas pekerjaan/produk kerja mereka untuk sasaran jangka panjang, dari pertemuan ini ialah membangun suatu perasaan ikut bertanggung jawab atas peningkatan mutu. Tatapi sasaran lang­sungnya adalah suatu tukar menu­kar gagasan di suatu tempat yang penuh dengan kesenjangan umur atau kepangkatan. Pimpinan organisasi/perusahaan harus rela mempercaya­kan berbagai data dan informasi yang berharga dan penting kepada staf/para pekerja, dan memberikan mereka wewenang untuk mengimplementasi­kan gagasannya. Satu contoh, perusa­haan jepang seperti Hitachi, Nippon Kokan yang telah berhasil dalam partisipasi peningkatan produktivitas. Karena itu bukanlah suatu hal kebetulan kalau perusahaan-perusahaan/orga­nisasi  jepang yang terkenal berhasil dengan gugus kendali mutu.
Perusahaan-perusahan jepang yang terkenal berhasil dengan program kendali mutunya, para manajer tumbuh dari bawah; mereka benar-benar per­caya akan kemampuan tenaga kerja­nya. Dan hendaknya para pejabat/pim­pinan hendaknya bisa dan mau beker­jasama satu dengan yang lain. Bila kotak saran dan program insentif karya­wan lainnya menghargai setiap indivi­du/karyawan, maka program kendali mutu memberi penghargaan  pada kelompok. Karena itu team spirit mutlak perlu. Para pejabat dan staf harus mau mengekspresikan dirinya dan mencari penyelesaiaan dengan mufakat.
Weweng pengambilan keputusan dalam organisasi/perusahaan dari setiap program/produksi harus dide­sentralisasikan sampai ketingkat kelompok paling bawah, maka kelompok ini harus bisa bekerja sama dengan yang lainnya, kalau tidak maka tujuan masing-masing kelompok/pokja akan saling bertambakan/tumpang tindih pada akhirnya bisa menjadi kekacauan dalam organisasi. Kalau di antara sesama pekerja/pejabat-pejabat negara/aparat tidak ada semangat dan kejujuran dalam bekerja sama, kesa­da­ran di mana membicarakan suatu persoalan dengan rekan sejawat jauh lebih berharga daripada membicara­kan dengan atasan, maka lebih baik organisasi/perusahaan memakai program rangsangan pribadi terhadap masing-masing pokja/kelompok. Jika tidak, diibaratkan akan terjadi situasi di mana regu pagi mungkin akan mem­bongkar kembali pekerjaan yang telah dilakukan oleh regu malam. Yang paling penting dalam hal ini adalah adanya seperangkat sasaran yang diberikan pada mereka. Seorang pimimpin/mana­jer kuat yang bisa mengkoordinasikan perubahan-perubahan yang dihasilkan oleh gugus kendali itu dengan sasaran organisasi/perusahaan. Gugus kendali mutu baru berfungsi baik bila mereka menjadi bagian dari apa yang oleh Jepang disebut sebagai gugus kendali mutu, di mana semua pemiki­ran mengenai keseluruhan spektrum bisnis/produk/program itu dirangkum, sehingga bisa memberi hasil baik bila dibangun secara bersama-sama.
Seorang Jepang berkata, usaha peningkatan produktivitas itu seperti ’mengumpulkan debu untuk membuat gunung. Bagaimana pun harus ada seseorang yang bisa membayangkan rupa gunung itu nanti, dan yang tahu ke arah mana angin bertiup”.
Esensi manajemen yang baik adalah membiarkan orang mengetahui dengan secara jelas apa yang anda/kita inginkan dari mereka, mengawasi apa yang mereka lakukan itu, dan memberi dukungan terhadap berbagai hal yang telah mereka lakukan dengan baik. Kita tidak tahu sampai di mana sebenarnya keterbatasan manusia, yang kita tahu hanyalah bahwa orang yang paling setia dan tekun sekalipun jarang  bisa memakai kapasitas otaknya lebih dar 15% atau 20% dalam suatu hari kerja yang normal. Artinya, rata-rata orang dengan mudah bisa melipat-duakan atau melipat-tigakan out-putnya tampa harus memaksa diri. Hal ini bisa terjadi apabila para manajer/pimpinan mau berpikir dalam kerangka berbuat sesuatu demi karyawan/pekerja/staf; bukan untuk anak buah/staf/karyawan, maka dengan mudah dia/mereka akan bisa melihat bagaimana meningkatkan produktivitas.
Satu contoh di sebuah perusahaan kosmetik  Mary Kay, dia mengeluarkan anggaran untuk kegiatan seminar di Dalas dan penganugrahan penghar­gaan yang legendaris mencapai 2,5 juta dolar. Semua undangan datang ke sana atas biaya sendiri. Jika anda berhasil melakukan suatu target penjualan di Mary Kay, maka anda pasti berhak memperoleh hadiah itu. Tapi Mary Kay berusaha untuk memperli­hatkan kepada semua orang bahwa anda memang menerimanya. *)
×
Berita Terbaru Update