Kota Bima, Garda Asakota.-
Program PUGAR tahun angga¬ran 2011 yang akan dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Bima, kini masih dalam tahapan sosialisasi kepada 140 warga yang terbagi dalam 14 kelompok tani garam yang telah ditunjuk untuk DKP Kota Bima untuk mendapatkan pene¬rapan ilmu dan tata cara pelaksanaan pembuatan garam, Kamis(9/6).
Tenaga Ahli dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Pusat, Dr. Iwan Setiawan, menjelas¬kan bahwa potensi usaha garam di seluruh Indonesia sangat besar untuk dikembangkan seperti halnya juga di Kota Bima. Namun demikian diakui¬nya, usaha industri garam dianggap masih tertinggal karena masih bersifat individual dan konvensional atau masih menggunakan alat sederhana dalam melakukan pengelolaan ga¬ram. Melalui pemberian materi yang diberikan pihaknya berupa tata cara kelembagaan, tekhnologi, pasar, mo¬dal disertai dengan penempatan tenaga pendamping yang telah dilatih, diharapkan para petani tambak ga¬ram dapat mengimplementasikannya di lapangan. “Karena pada penger¬jaan nanti, kegiatan usaha ini akan ditunjang dengan sarana dan pra¬sarana yang komplit agar pengolahan garam nantinya dapat bernilai tinggi,” tandasnya.
Kepada wartawan, Dr. Iwan sem¬pat memaparkan alasan menga¬pa Indonesia masih mengimpor garam, karena kandungan garam
yang diolah di Indonesia kandungan NACL-nya masih dibawah 90 persen. “Padahal seharusnya kandungan NACL-nya di atas 90 persen. Oleh karenanya, dengan tata cara pengolahan yang dibantu dengan tekhnologi yang diterapkan nantinya dapat memberikan nilai lebih pada garam. Selama ini asumsi masyarakat, garam hanya digunakan pada garam rumah saja, padahal dengan pengelolaan yang teliti, garam juga dapat dipergunakan untuk pupuk maupun untuk farmasi sehingga dapat bernilai tinggi,” tegasnya didampingi Kepala DKP Kota Bima, Ir. H. Syarafudin, MM. (GA. 334*)
Program PUGAR tahun angga¬ran 2011 yang akan dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Bima, kini masih dalam tahapan sosialisasi kepada 140 warga yang terbagi dalam 14 kelompok tani garam yang telah ditunjuk untuk DKP Kota Bima untuk mendapatkan pene¬rapan ilmu dan tata cara pelaksanaan pembuatan garam, Kamis(9/6).
Tenaga Ahli dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Pusat, Dr. Iwan Setiawan, menjelas¬kan bahwa potensi usaha garam di seluruh Indonesia sangat besar untuk dikembangkan seperti halnya juga di Kota Bima. Namun demikian diakui¬nya, usaha industri garam dianggap masih tertinggal karena masih bersifat individual dan konvensional atau masih menggunakan alat sederhana dalam melakukan pengelolaan ga¬ram. Melalui pemberian materi yang diberikan pihaknya berupa tata cara kelembagaan, tekhnologi, pasar, mo¬dal disertai dengan penempatan tenaga pendamping yang telah dilatih, diharapkan para petani tambak ga¬ram dapat mengimplementasikannya di lapangan. “Karena pada penger¬jaan nanti, kegiatan usaha ini akan ditunjang dengan sarana dan pra¬sarana yang komplit agar pengolahan garam nantinya dapat bernilai tinggi,” tandasnya.
Kepada wartawan, Dr. Iwan sem¬pat memaparkan alasan menga¬pa Indonesia masih mengimpor garam, karena kandungan garam
yang diolah di Indonesia kandungan NACL-nya masih dibawah 90 persen. “Padahal seharusnya kandungan NACL-nya di atas 90 persen. Oleh karenanya, dengan tata cara pengolahan yang dibantu dengan tekhnologi yang diterapkan nantinya dapat memberikan nilai lebih pada garam. Selama ini asumsi masyarakat, garam hanya digunakan pada garam rumah saja, padahal dengan pengelolaan yang teliti, garam juga dapat dipergunakan untuk pupuk maupun untuk farmasi sehingga dapat bernilai tinggi,” tegasnya didampingi Kepala DKP Kota Bima, Ir. H. Syarafudin, MM. (GA. 334*)
