-->

Notification

×

Iklan

Warga Bolo Demo Keberadaan Tower Telepon Selular

Wednesday, February 2, 2011 | Wednesday, February 02, 2011 WIB | 0 Views Last Updated 2011-02-26T06:53:20Z


Bolo, Garda Asakota.-
Di damping oleh puluhan warga desa Kananga yang berdomisili di sekitar Tower/jaringan telepon seluler, Front Rakyat Menggugat yang dipimpin oleh Syarief BimBim, sebagai koodinator lapangan (Korlap), Selasa kemarin (1/2) menggelar aksi demo di depan kantor Camat Bolo.

Dalam aksinya Front Rakyat Menggugat, menyorot pembangunan BTSS/Tower jaringan telepon seluler yang berada di desa Kananga Keca¬matan Bolo. Mereka meminta pemilik tower untuk sesegera mungkin mem¬bongkar dan memindahkannya jauh dari pemukiman padat penduduk.
Mereka juga meminta kepada piak pemerintah Kecamatan Bolo agar men¬desak pemilik tower guna mempercepat pembongkaran dan pemindahan BTS/Tower tersebut. “Dan jika tuntutan dari poin pertama dan kedua tidak direa¬lisasikan dalam waktu satu sampai dua minggu sejak pernyataan sikap ini diba¬cakan maka Front Rakyat Menggugat akan mengambil tindakan yang dianggap perlu,” tegas Syarief.
Sebagai sikap awal dari tuntutan tersebut di pintu BTS/Tower dilakukan pemasangan tulisan “Tower ini Disegel Atas Nama Rakyat”. Ismin didampingi suaminya Efisan warga RT.01 RW.01 desa Kananga yang tinggal persis di samping Tower kepada wartawan mengeluhkan pembangunan tower tersebut. “Selama adanya Tower ini perasaan kami tidak tenteram lagi, kalau ada hujan disertai angin kencang terdengar suara yang membuat kami dihantui perasaan takut kalau-kalau tower ini roboh. Apalagi ada pas terja¬dinya gempa bumi kami sekeluarga langsung lari keluar menjauhi tower ini,” keluhnya. Lebih lanjut suaminya men¬jelaskan bahwa mengenai tanda tangan persetujuan yang tertera nama bapak¬nya Awahab Abdullah berdasarkan konfirmasi dirinya terhadap orang tuanya tidak pernah menanda tangani pernyataan tersebut. “Saya menduga tanda-tangan orang tua saya dipalsukan oleh orang-orang tertentu,” duganya.
Menutup pernyataannya mereka berharap agar tower ini bisa dipindah¬kan. “Tidak ada lagi kompromi sebab kami tidak ingin hidup dihantui oleh perasaan ketakutan.
Bayangkan saja pada saat pengerjaan tower ini dulu, besi yang kecil saja bisa membuat bolong atap rumah, apalagi kalau benda yang lebih besar lagi jatuh menimpa rumah atau tubuh warga disekitar tower ini. Jadi pada intinya kami tidak mengingin¬kan uang berapapun yang kami inginkan ketenangan dalam kehidupan kami,” tandasnya. (GA. 321*)
×
Berita Terbaru Update