-->

Notification

×

Iklan

Ratusan Pemuda Lambu Demo Polresta Bima

Friday, February 25, 2011 | Friday, February 25, 2011 WIB | 0 Views Last Updated 2011-02-26T03:37:06Z
Kota Bima, Garda Asakota.-
Sekitar 300-san pemuda dari Keca¬matan Lambu Kabupaten Bima, meng¬gelar aksi demonstrasi di kantor Polresta Bima, Kamis (24/2). Massa yang didukung oleh puluhan aktivis garis keras dari HMI MPO, LMND, SMI, dan IMS itu, menuntut agar sejumlah warga yang ditahan pasca terjadinya kerusuhan pembakaran kantor Camat Lambu dibebaskan.

Korlap aksi, Agus Mawardin, dalam orasinya secara tegas meminta kepada Bupati Bima segera mencabut SK No: 188 tentang eksplorasi pertambangan di tiga Kecamatan Sape, Lambu, Lang¬gudu, dan di seluruh wilayah Kabupaten Bima. “Bebaskan masyarakat Lambu yang ditahan oleh Polresta dan hentikan pencarian aktor-intelektual di balik kasus itu,” desaknya.
Menurutnya, tuntutan penolakan per¬tambangan selama ini yang disuara¬kan di Lambu-Sape adalah murni ke¬inginan masyarakat. Seharusnya, kata dia, tuntutan itu mendapat respon positif dari Bupati Bima dan perlu mengkla¬rifikasinya, bukan malah ditanggapi
dengan sikap pasif yang seakan-akan tidak bertanggung jawab.
“Apalagi sampai terjadi baku tembak menembak dengan bebas sehingga massa aksi mengamuk dan melakukan tindakan di luar garis batas. Bukan karena ingin melanggar, tapi ini saya nilai sebagai bentuk kesadaran massa rakyat secara kolektif karena haknya ditindas dan didzolimi. Bukan pula karena diprovokatif oleh segelintir manusia yang telah disebut sebagai actor-intelektual,” ujarnya.
Pantauan langsung wartawan, aksi demonstrasi di depan kantor Polresta Bima awalnya hanya dilakukan oleh puluhan aktivis yang membawa bendara HMI MPO, LMND, SMI, dan IMS. Da¬lam aksinya, selain meminta dibebas¬kan¬nya warga Lambu yang ditahan aparat, mahasiswa yang mengusung se¬jumlah pamphlet itu, juga menuntut pertanggung-jawaban Kapolresta Bima atas terjadinya insiden dugaan penem¬bakan dua warga Lambu dalam aksi penolakan pertambangan emas awal Februari lalu. “Kami menuntut pertanggung-jawaban Kapolresta Bima atas dugaan insiden penembakan itu,” teriak mahasiswa lainnya.
Orator lainnya, Gufran, menilai bahwa eksplorasi tambang emas di tiga Kecamatan tersebut merupakan pem¬bangunan kebodohan yang justru sema¬kin menambah kesengsaraan rakyat. Seharusnya, kata dia, sebelum dieks¬plorasi, pemerintah harus terlebih dahulu melihat sejarah, karena pihaknya mera¬sa nenek moyangnya adalah orang yang tahu betul apa yang harus dilakukan dengan kekayaan alam. “Namun Bupati Bima memimpin Kabupaten Bima bukan untuk rakyat¬nya. Bupati Bima melupa¬kan sejarah, sejarah dimana leluhur pada waktu dulu lebih mengedepankan kesehjahteraan rakyat, namun justru yang terjadi sebaliknya, rakyat yang menjadi korban,” cetusnya.
Pantauan langsung wartawan, hingga membubarkan diri sekitar pukul 14.20 Wita, Kapolresta Bima, AKBP. Kumbul, SH, SIK, tidak menemui massa demonstran, padahal berkali-kali perwakilan massa aksi secara tegas me¬ minta kepada Kapolresta Bima untuk segera melepaskan sejumlah warga Lambu yang ditahan. “Jika tidak bisa dibebaskan, maka kami tetap akan bertahan dan akan mendirikan tenda di sini,” ancam demonstran. (Tim. GA*)
×
Berita Terbaru Update