-->

Notification

×

Iklan

Dua Poktan di Jatiwangi Saling Klaim Lahan

Monday, January 10, 2011 | Monday, January 10, 2011 WIB | 0 Views Last Updated 2011-01-10T00:36:45Z
Lurah Temukan Kejanggalan

Kota Bima, Garda Asakota.-
Tahun 2010 lalu Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Bima mengucur¬kan dana Rp500 juta kepada 10 kelom¬pok-tani (Poktan) se-Kota Bima ma¬sing-masing sebesar Rp50 juta. Bantuan Rp50 juta ke Poktan ini disayaratkan bagi kelompok yang memiliki keanggota riil dan memiliki lahan minimal 150 hektar, dengan jumlah kewajiban pengadaan bibit sebanyak 60 ribu bibit pohon. Namun anehnya, khusus Poktan di lingkungan Jatiwangi Kecamatan Asakota Kota Bima, pemberian bibit yang dilakukan oleh Dishutbun diduga belum mengarah kepada kelompok tani yang benar-benar memiliki lahan untuk dilakukan penanaman. Di sana justru muncul dua Poktan yang saling mengklaim lahan.
Disatu sisi berdasarkan hasil penga¬matan pihak Dinas Kehutanan dan masya¬rakat di Kelurahan Jatiwangi, Poktan Mandiri merupakan satu-satu kelompok tani yang sudah dianggap ber¬hasil dalam rangka penanaman sejuta pohon pada tahun-tahun sebelumnya. Dan atas keberhasilan ini, setiap tahun¬nya tetap diperhatikan oleh pemerintah jika ada program penanaman bibit. Namun diduga sekarang justru muncul Poktan yang juga mengklaim memiliki lahan sesuai dengan proposal yang diajukan oleh Poktan Mandiri.
Polemik lahan ini memunculkan kecurigaan atas kevalidan kedua Poktan tersebut, apalagi kondisi sekarang ke¬dua Poktan melakukan penanaman pada satu lokasi. “Lahan kami berada di So Jatipiri, kami sudah melakukan penanaman bibit jambu mente, yang juga hasil pemberian dari Dinas Kehutanan Kota Bima. Tapi sekarang ini, timbul kelompok tani baru yang juga menanam pada lahan kami, kan doubel, buang-buang anggaran namanya ini,” ungkap Ketua Kelompok Tani Mandiri, Burhan Hame, kepada Garda Asakota, Minggu (9/1). Diakuinya bahwa keberadaan Poktannya sudah lama dan sudah diakui oleh pihak Dinas Kehutanan. Seharus¬nya, kata dia, pihak Dinas Kehutanan sendiri harus lebih jeli didalam memilih kelompok untuk diberikan bantuan. “Bukan diberikan kepada kelompok tani siluman, begitu ada bantuan dari pihak pemerintah langsung dibentuk, inikan lucu. Atau seharusnya, jangan diberikan kepada salah satu kelompok supaya tidak dobel anggaran. Tapi sekarang Dishut ngotot kucurkan anggaran kepada kelompok itu, sementara tidak ada lahan yang mereka bisa tanam untuk pertanggung-jawabkan bibit bantuan. Sedangkan kami sendiri, bibit bantuan itu sudah ditanam karena memiliki lahan yang jelas,” akunya.
Sementara itu, untuk menyelesaikan perselisihan diantara kedua kelompok ini, pihak pemerintah kelurahan Jatiwangi terpaksa harus turun tangan guna mencarikan solusi demi tercip¬tanya sebuah keharmonisan hubungan diantara kedua kelompok ini. “Kami akan mencoba carikan solusinya supaya kedua kelompok ini tetap berperan aktif dalam melakukan penanaman,” ujar Lurah Jatiwangi, Fajaruddin, S. Sos, kepada Garda Asakota, Minggu (9/1)
Dijelaskannya bahwa dari hasil pertemuan awalnya antara Poktan Man¬ diri dan Poktan Dewabedi ditemukan ada beberapa kejanggalan yang terjadi, termasuk salah satunya menyangkut masalah lahan. “Dimana lahan untuk Poktan Dewabedi juga lahan miliknya Poktan Mandiri. Di sisi lain juga, anggota Poktan Mandiri justru mengambil bibit pada Poktan Dewa¬bedi.
Nah, ini persoalan yang terjadi, tapi kami mencoba menawarkan kepada kedua belah pihak untuk sama-sama melakukan penanaman,” katanya.
Dalam waktu dekat ini pihak Kelurahan berjanji akan menyelesaikan persoalan tersebut agar tidak timbul gejolak di kemudian hari,” tandasnya. (GA. 122*)
×
Berita Terbaru Update