-->

Notification

×

Iklan

Peneliti Unram: Diperlukan Skenario Ketat Untuk Memutus lebih cepat Penyebaran Covid19 di NTB

Wednesday, May 6, 2020 | Wednesday, May 06, 2020 WIB | 0 Views Last Updated 2020-05-06T11:54:40Z
Peneliti dari Universitas Mataram, Dr. Haeril saat memaparkan skenario Intervensi dalam mengendalikan penyebaran Covid-19 di NTB dengan menggunakan Pendekatan Model SEIR (Susceptibles, Exposed, Infected, Recovered) di hadapan Gubernur dan Wagub NTB, Rabu 06 Mei 2020.

Mataram, Garda Asakota.-

Peneliti dari Universitas Mataram, Dr. Haeril memaparkan skenario Intervensi dalam mengendalikan penyebaran Covid-19 di NTB dengan menggunakan Pendekatan Model SEIR (Susceptibles, Exposed, Infected, Recovered).

SEIR menggunakan pendekatan kepada kelompok individu yang rentan, kelompok terkena Covid-19 namun tidak tampak gejalanya, kelompok individu yang terinfeksi Covid-19 dan terakhir kelompok yang sembuh dari Covid-19.

Dihadapan Gubernur Dr. H. Zulkieflimansyah dan Wakil Gubernur Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah  Rabu (6/04/2020) didampingi peneliti lainnya, Dr. Haeril menjelaskan bahwa di NTB diperlukan  skenario Intervensi kebijakan yang ketat atau moderat untuk bisa memutus lebih cepat rantai penyebaran penyebaran Covid-19 ditengah masyarakat. Efektivitas kebijakan tersebut, sangat tergantung dari komitmen masyarakat dan pemerintah dalam mengendalikan penyebaran Covid-19. "Masyarakat merupakan garda terdepan dalam upaya pengendalian penyebaran Covid-19,” tegasnya pada sesi pemaparan di ruang kerja Gubernur yang lebih akrab disapa  Dr. Zul tersebut.

Ia mensimulasikan tiga skenario  pengendalian yang mungkin diterapkan di NTB. Yakni, pertama : Skenario Longgar dengan efektivitas implementasi intervensi 25 %. Kedua,  Skenario moderat dengan efektivitas implementasi intervensi 50 %.  Dan ketiga adalah skenario ketat/wajib dengan efektivitas implementasi intervensi >75 %.

Ia memprediksi, jika hanya menerapkan skenario pertama (longgar) seperti saat ini, maka 2000 an warga ( NTB) bisa terinfeksi pada hari ke 145. Namun jika kita gunakan skenario moderat, akan terjadi perubahan yang sangat signifikan. Sebanyak 560an warga yang akan terinfeksi di hari ke- 145” ulas Dr. Haeril ketika menggunakan skenario moderat.

“Faktor preventif ini yang kita dorong, ketimbang kuratif dan detektif. Bagaimana mengendalikan OTG dan PPTG, Bagaimana mengedukasi masyarakat, sosialisasi besar-besaran. Kita akan mengatur rekayasa sosial masyarakat” tutup Haeril.

Sementara itu Gubernur NTB Dr.H Zulkieflimansyah memberikan apresiasi kepada para peneliti yang telah berpartisipasi dengan membantu Pemerintah dalam menangani penyebaran pendemi Covid-19 di NTB.

“Teman-teman sudah punya pengalaman. Simulasi ini menarik, karena mencoba mengubah cara pandang kita menangani Covid-19. Sistem dinamik ini hanya tools, alat untuk merubah pikiran sehingga kebijakan yang kita ambil tepat. ” ujar Gubernur.

Gubernur juga menyampaikan bahwa penanganan Covid-19 di setiap kabupaten /Kota di NTB bisa berbeda dikarenakan kondisi di lapangan berbeda atau tidak sama persis. “Kita konsen pada penyebaran, namun juga kita konsen pada pada dampak sosial ekonomi nya. Masalahnya kini, kondisi di setiap Kabupaten /kota berbeda, secara objektif berbeda-beda, sehingga kita harus hati-hati” jelasnya

Gubernur juga berharap simulasi yang dipaparkan bisa lebih komprehensif dan lebih variarif lagi. Misalnya simulasi bagaimana jika semua pasar di NTB berbasis online, “Impact nya seperti apa. Jika akses jalan di batasi seperti apa. Jika ada pendekatan yang bisa mengorek secara keseluruhan, tentu sangat baik sekali” harap Gubernur.

Hal senada diungkapkan Wakil Gubernur Umi Rohmi. Diperlukan kedisiplinan dari semua pihak untuk mematuhi protokol pencegahan covid 19. "Kuncinya terletak pada kepatuhan semua pihak", ujarnya. (red*).
×
Berita Terbaru Update