-->

Notification

×

Iklan

Minimnya Investasi di Kobi, Tokoh Bima di Lombok Tawarkan Gerakan Moral 'MBALI RASA'

Monday, January 6, 2020 | Monday, January 06, 2020 WIB | 0 Views Last Updated 2020-01-06T00:40:11Z
Sutrisno Azis, SH, MH


Kota Bima, Garda Asakota.-

Di tengah maraknya peredaran Narkoba dan krimininalitas lainnya serta minimnya minat investor luar berinvestasi di Kota Bima, salah seorang Tokoh Masyarakat Bima, Sutrisno Azis, SH, MH, menawarkan beberapa solusi sederhana kepada Pemkot Bima.

"Mungkin tawaran saya ini sudah terpikirkan olah pak Walikota atau bahkan sudah masuk dalam rencana strategis pembangunan Kota Bima, tapi tidak ada salahnya saya mengulanginya kembali," ungkap Sutrisno Azis, kepada Garda Asakota, Senin (6/1-2020)

Solusi pertama terkait dengan minimnya minat investor luar investasi di Kota Bima dengn alasan kerawanan Kamtibmas daerah mungkin bisa di solusikan dengan menggelorakan kembali gerakan moral Lamba Rasa seperti era tahun 1980 an, tapi namanya dirubah menjadi MBALI RASA, dan inisiatornya bukan orang Bima perantauan seperti tempo dulu tapi Pemerintah Kota Bima sendiri.

Menurutnya, dasar pemikirannya sederhana orang Bima yang sukses di perantauan itu banyak, mereka enggan pulang karena sudah merasa nyaman tinggal di daerah rantau. Melalui gerakan moral ini diharapkannya bisa menyentuh nurani mereka untuk ikut berkontribusi membangun Kota Bima. "Meski fisik orangnya tak kembali, tapi cukup uangnya yang kembali dinvestasikan di Kota Bima," ujar pria yang berprofesi sebagai Hakim Tinggi Tipikor ini.

Menurutnya, membujuk dan mengajak orang Bima perantauan untuk berinvestasi di Bima itu jauh lebih mudah dari pada membujuk orang asing, sebab orang Bima di perantauan itu sudah mengenal cultur dan kondisi daerah Bima dengan baik.

Terilhami dari gerakan komunitas saudagar Bugis Makassar yakni kumpulan pedagang dan pungusaha Bugis Makassar yang sukses di daerah rantau terpanggil untuk kembali  berinvestasi membangun tanah kelahirannya, pemerintah menjamin memberikan kemudahan perijinannya, nggak ada salahnya hal yang sama kita terapkan di Kota Bima, karena tujuannya positip.

Kemudian, solusi mengurangi angka Kriminalitas dan Narkoba di Kota Bima, bisa dengan mengoptimalkan kembali fungsi mesjid sebagai pusat kegiatan agama dan sosial kemasyarakatan, termasuk pusat TPA seperti di Lombok, dasar pemikirannya adalah kebanyakan mesjid di Kota Bima selama ini hanya terdengar bunyinya saat azan shalat tiba, setelah itu sunyi senyap bak kondisi jalan raya di malam hari tanpa Polantas yang berjaga sehingga pelanggaran lalu lintas meraja lela.n

Sunyinya suara mesjid seakan melahirkan persepsi bagi para pembuat dosa bahwa Tuhan itu sedang tidur sehingga tidak mengetahui apa yang mereka perbuat, karenanya kesunyian mesjid ini perlu diakhiri untuk menyadarkan kembali para pembuat dosa bahwa Tuhan tidak tidur tetapi  sedang  bahkan  senantiasa mengawasi umatnya setiap saat.

Kegiatan TPA anak-anak di mesjid dimaksudkan untuk menstimulasi usia remaja, dewasa dan orang tua untuk kembali memakmurkan mesjid, In Syaa Allah out putnya ketenangan jiwa dan dalam jiwa yang damai dapat terhindarkan dari dosa dan perbuatan kriminalitas lainnya.

Kemudian, membatasi ruang gerak Jin dan Syaitan penggoda manusia di Kota Bima, dengan suara pengajian dan ceramah di mesjid yang diputar melalui pengeras suara serentak se Kota Bima akan melahirkan ketenangan hati bagi warga masyarakat yang mendengar sekaligus dapat mengusir syaitan pemicu Narkoba dan kriminalitas lainnya dari Kota Bima, usahakan mesjid selalu berbunyi di waktu subuh, jelang magrib sampai jam 11 malam jelang tidur.

"In Syaa Allah program sederhana dan biaya murah ini akan efektif merubah moralitas masyarakat Kota Bima menjadi lebih baik," pungkasnya. (GA. 212*)
×
Berita Terbaru Update