-->

Notification

×

Iklan

Ratusan Warga Bunut Boyot Keluhkan Kesulitan Air, Multazam Wacanakan Perda Khusus

Friday, September 27, 2019 | Friday, September 27, 2019 WIB | 0 Views Last Updated 2019-09-27T06:30:31Z
Anggota DPRD NTB yang juga Ketua Fraksi Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Multazam. (*Ist)

Lobar, Garda Asakota.-

Ratusan Kepala Keluarga yang ada di Dusun Bunut Boyot Desa Bengkaung Kecamatan Batulayar Lombok Barat mengeluhkan akan ketiadaan sarana penyediaan air bersih untuk menopang kehidupan mereka sehari-hari. 

Apalagi dengan kondisi kekeringan yang berkepanjangan ini, ratusan warga disana terpaksa tiap harinya harus menempuh jarak sekitar tiga (3) kilometer dengan menggunakan kendaraan bermotor untuk mengambil air di Dusun Bengkaung yang ditampung didalam wadah jirigen yang telah mereka siapkan.

Salah seorang perwakilan warga dari Dusun Bunut Boyot, Jonni Iskandar, mengeluhkan kesulitan warga yang bermukim diatas kawasan pegunungan Bengkaung ini dalam memenuhi kebutuhan akan pasokan air bersih untuk kehidupan warga disana. 

"Selain warga di Bunut Boyot, kesulitan yang sama juga dirasakan warga di Penanggak, Apit Aik dan di Duduk Atas. Mereka merasakan kesulitan yang sama dengan kami yakni kesulitan mendapatkan pasokan air untuk kehidupan sehari-hari," jelas pria yang merupakan Ketua Pemuda Bunut Boyot ini kepada wartawan media ini, Jum'at 27 September 2019, di Dusun Medas Batulayar Lobar.

Sebelum tahun 2013, kata Jonni, rata-rata warga disana mengambil pasokan air dengan cara memikul jirigen penampungan air di kawasan hutan yang berjarak sekitar dua kilometer dari permukiman warga. Namun pada tahun 2013, paska adanya perbaikan infrastruktur jalan dari permukiman mereka menuju ke Bengkaung, menurutnya, mereka bisa menggunakan kendaraan bermotor mereka untuk mengangkut jirigen air dari Bengkaung.

Ketika musim hujan tiba, dikatakannya, warga disana membeli terpal untuk menampung air dan bagi warga yang berkemampuan membuat suatu kolam permanen guna menampung air. Namun menurutnya pasokan air yang mereka tampung itu tentu tidak akan bisa bertahan lama. 

"Lepas dari musim hujan, tiap hari warga disana harus mengambil air dengan menggunakan kendaraan bermotor di Bengkaung. Kalau tidak tiap hari mengambil air itu bagaimana caranya kita memenuhi pasokan air untuk kebutuhan setiap harinya," keluh pria yang dikenal aktif terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan di Desanya ini.

Meski bayaran dalam mengambil pasokan air di Bengkaung hanya dikenakan biaya Rp10 ribu per bulannya per satu orang warga. Namun warga disana menurutnya sangat berharap agar Pemerintah baik itu Pemda Lobar maupun Pemda Provinsi atau pun Pemerintah Pusat dapat membantu masyarakat menghadirkan sarana atau prasana untuk mendistribusikan air sampai ke permukiman mereka yang ada di kawasan pegunungan Bengkaung.

"Atau paling tidak, masyarakat bisa dibantu oleh Pemerintah untuk membuat tampungan air permanen yang dapat menampung air dalam skala yang mencukupi kebutuhan air warga disana," harapnya.

Sementara itu, Salah seorang anggota DPRD NTB dari Fraksi Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Multazam, berjanji akan terus mendorong Pemerintah agar memiliki kemauan anggaran memprioritaskan masalah kesulitan air bersih yang dihadapi oleh warga NTB, khususnya di Bunut Boyot ini. 

"Kemauan Pemerintah untuk menganggarkan salah satu aspek prioritas dalam kehidupan masyarakat ini akan terus kami dorong. Bila perlu nantinya harus ada regulasi khusus atau Perda Khusus soal pengentasan kesulitan air ini. Kasus di Bengkaung ini konsepnya sederhana, Pemerintah menganggarkan anggaran pengeboran air di Bengkaung, membangun tempat penampungan air di Pelolat dan menyediakan mesin pendistribusian air yang bisa mendorong distribusi air hingga ke Bunut Boyot. Begitu pun didaerah-daerah lain yang memiliki masalah yang sama dengan Bunut Boyot ini," ungkap pria yang juga Sekretaris Wilayah Partai Nasdem NTB ini.

Dengan adanya regulasi secara khusus, pihaknya sangat berharap agar penyelesaian problem kesulitan air di masyarakat itu tidak lagi ditangani secara instan hanya dengan mendistribusikan bantuan air melalui mobil tangki. 

"Model penyelesaian seperti itu tidak akan bisa menyelesaikan masalah yang ada. Apalagi problem seperti ini selalu dialami atau dirasakan oleh masyarakat kita dalam setiap tahunnya. Maka tentu proses penyelesaiannya pun harus dilakukan dengan serius melalui penumbuhan semangat yang kuat dari Pemerintah baik dari sisi regulasi maupun dari sisi anggarannya," pungkasnya. (GA. Im*)
×
Berita Terbaru Update