-->

Notification

×

Iklan

Geliat Usaha Batu Bata di Desa Rada, Pengrajin Keluhkan Mesin Pompa Air dan Penerangan

Friday, July 26, 2019 | Friday, July 26, 2019 WIB | 0 Views Last Updated 2019-07-25T23:37:30Z


Kabupaten Bima, Garda Asakota.-

Pengrajin batu bata merah di sejumlah wilayah Kabupaten dan Kota Bima termasuk di Desa Rada Kecamatan Bolo Kabupaten Bima memanfaatkan waktu musim kemarau tahun ini dengan memproduksi batu bata merah. Cuaca yang cukup panas memudahkan mereka untuk bekerja mulai dari proses pencampuran bahan baku, pencetakan, penjemuran hingga pembakaran.

"Meski sebagian dari saudara kita khawatir kekurangan air bersih di musim kemarau, namun bagi kami ini adalah saat yang tepat untuk memproduksi bata dengan harga yang cukup menggiurkan," kata Muslim (49 tahun) warga desa Rada Kecamatan Bolo, Kamis malam (25/7).

Diakuinya, selama 2 bulan terakhir dia dibantu isterinya Habibah (47 tahun) istrinya dan lima orang anak kandungnya sudah memiliki tabungan bata yang belum dibakar sebanyak 30.000 potong. Bata hasil cetakan itu, kata dia, disimpan pada suatu tempat yang hanya ditutupi dengan tenda yang beratapkan tarpal.

Selain untuk persiapan pembangunan rumah yang sudah rusak, ia mengaku hasil produksi batu bata, juga akan dijual untuk memenuhi kebutuhan keluarga. "Untuk menjualnya tidak begitu sulit, karena walaupun tidak dibakar bata-bata ini banyak yang menginginkannya ," tuturnya sambil merapikan bata yang sudah pada mengering.

Pantauan langsung media ini proses pembuatan bata dilakukan dari penggalian tanah serta merendamnya dengan air selama kurun waktu setengah hari. Setelah itu, baru bisa dicetak. Hanya saja, berdasarkan penuturan Hikmah (35 tahun), para pengrajin bata di wilayah itu mengeluhkan keterbatasan air menggunkan pompa air bantauan dari pemerintah desa setempat yang sudah mulai rusak.

 "Yah, dulu kita pernah menerima bantuan dari Pemerindah Desa berupa mesin pompa air sebanyak 3 unit di tahun 2016 yang lalu dan kondisinya sekarang sudah tidak bisa memompa air lagi dengan lancar," keluhnya.

Sedangkan untuk penerangan bila pekerjaan nyambung sampai malam, biasanya mereka pakai senter chas serta lampu petak. Untuk itu harapannya kepada pemerintah agar bisa melirik dan meringankan fasilitas usaha mereka seperti pengadaan mesin pompa air dan penerangan, mengingat usaha bata merupakan salah satu sumber penghasilan utama masyarakat setempat.

"Bayangkan saja, tiap hari kita bisa memproduksi bata seribu sampai dua ribu bata. Biasanya waktu yang kita butuhkan untuk mencetak bata mulai dari jam 15.00 Wita sampai pukul 22.00 Wita ," pungkas Herman. (GA. Ayub*)
×
Berita Terbaru Update