-->

Notification

×

Iklan

H. Sutarman: Perlunya Sinergi dan Kebersamaan Membangun Dana Mbojo

Sunday, June 9, 2019 | Sunday, June 09, 2019 WIB | 0 Views Last Updated 2019-06-09T12:36:18Z

Kota Bima, Garda Asakota.-

Sharing session atau FGD yang diadakan di Villa Kosambo Kota Bima, Minggu malam (8/6-2019) merupakan langkah awal dari warga Whatsapp Group (WAG) Bima Berhidmat untuk menyatukan simpul-simpul potensi kekuatan SDM Dana Mbojo. Dalam WAG tersebut merupakan kumpulan para akademisi asal Bima yang mengajar di berbagai PTN dan PTS dalam Negeri dan luar Negeri. Ada para pengusaha, wirausaha, Lsm, praktisi hukum dan pimpinan media massa.

Potensi Bima itu adalah SDM-nya dan itulah sumber utama kekuatan Dana Mbojo. Jika SDM-nya mumpuni ini bersama-sama, bersatu maka akan lahirkan emas dan berlian, inilah bahagian dari visi misi WAG BIMA Berhidmat.

Langkah awal alat pemersatu itu adalah Sektor Ekonomi. Karenanya Drs. H. Sutarman, MM, selaku penggagas acara dalam sunting opininya mengatakan bahwa selama ini kita sering mendengar orang bicara soal sejahtera. Tapi apa realisasinya atas pembicaraan itu?. "Kita terperangah dengan motto ikon Maja Labo Dahu, Nggahi Rawi Pahu, tapi praktik rente menghantui seluruh sendi perekonomian rakyat. Siapa yang bisa kita harapkan dengan kondisi daerah yang tertinggal dan pra sejahtera ini?," gugahnya.

Menurutnya, potensi SDA Dana Mbojo ini luar biasa. Namun dia mempertanyakan siapa yang bisa kelola? "Sekarang saatnyalah kita bersatu, para pengusaha asal Bima, para wirausahawan Bima bersama-sama, bersatu, saling menopang satu dan yang lainnya, bersinergi dalam daya dukung. Politik tidak mampu menyatukan rakyatnya, hanya ekonomilah yang mampu menyatukan kita bersama DOU MBOJO. Sinergi saling menunjang antara pengusaha yang ada di Kota Bima dan Kabupaten Bima akan mengembalikan kejayaan Bima di masa lampau," tegasnya.

Hal itu ditunjang oleh Speak Makker diskusi DR. Firmansyah. Pakar ekonomi ini menegaskan bahwa pembangunan dan pengembangan ekonomi berawal dari mendukung orang dan mendukung modal yang selama ini tidak maksimal. Sehingga perekonomian Bima tertinggal dibandingkan Kabupaten Sumbawa yang sudah melaksanakan program tripel helinya.
Bima dengan IPM tertinggi namun kesejahteraannya tertinggal maka perlu peta.

Arah baru menuju terintergrasinya program pembangunan sekaligus pengembangan ekonomi dengan cara Identifikasi aset, buka diri, permudah investasi misalnya di sektor pariwisata. "Adakan Forum Bisnis pengusaha Bima Indonesia karena dalam forum-forum semacam itu akan dapat dipetakan. Apa kebutuhan daerah, apa potensi daerah, dan apa rantai bisnisnya. Bagaimana tata niaganya sehingga bisa dimaping menjadi Kawasan Strategi Pembangunan atau KSP. Dan saat ini kita memasuki dunia Revolusi Industry 4.0. Apa yang bisa daerah perbuat dengan kondisi itu. Sekarang dalam industry 2.0 Bima masih tertinggal," katanya.

Dalam diskusi itu ada beberapa  saran ide tercetus dari DR. Ibnu Khaldun bahwa politik telah membuat kelembagaan parlemen terancam. Orang tidak lagi berbicara soal bagaimana menciptakan kesejahteraan rakyat. Tetapi orang lebih cenderung bicara 2 periode. Hal senada diaminkan oleh Dedi Umar Harsen bahwa saat ini kita memasuki dunia ekonomi terintegrasi politik, karena menjadi komoditi suara 5 tahunan.

Pantauan langsung wartawan, Sharing Sesion ini pun melahirkan banyak ide. Saran dari para pakar diantaranya DR. Adinul Yakin, DR. Ibrahim, DR. Abdurahman (UNHAS), DR. Ridwan, Safriatna SOLUD BIMA, Branc Menager NAM AIR BIMA, pelaku pariwisata, YUANK CAFE. Diskusi ini di pandu Rangga Babuju dan Sri Miranti.

Menurut Sri Miranti selaku admin WAG BIMA BERHIDMAT, bahwa FGD ini masih ada tahap selanjutnya karena dalam tahap awal ini baru segmen Ekonomi. "Di tahap 2 nanti In Syaa Allah segmennya tentang Pertanian, Peternakan, Pariwisata, dan Hukum. Segmen diskusi ini lebih cenderung fokus ke masalah kesejahteraan, bagaimana mencipatkan peluang kerja dari sektor dan komoditi per segmen diskusi," pungkasnya. (GA. 212*)
×
Berita Terbaru Update