-->

Notification

×

Iklan

IDP Pemimpin Organik

Thursday, January 10, 2019 | Thursday, January 10, 2019 WIB | 0 Views Last Updated 2019-01-10T01:22:11Z
Bupati Bima, Hj. Indah Dhamayanti Putri (IDP)

Istilah pemimpin organik memang bukan istilah yang populer, bahkan barangkali tidak ada dalam khasanah teori. Ditilik pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti organik berkaitan dengan zat yang berasal dari makhluk hidup. Zat yang berarti tidak menggunakan bahan sintetik modern seperti pestisida atau pupuk kimia. Sehingga memberikan hasil pangan yang lebih aman dan sehat.

Jika logika tersebut di input ke dalam nalar politik, pemimpin organik adalah pemimpin yang lahir tidak instan dari “salon”. Bukan orang yang tiba-tiba hadir, lahir serta-merta karena di polesan oleh keadaan yang irasional. Bukan pemimpin konvensional yang berwatak tak penting bisa berbuat apa kepada rakyat (integritas); pemimpin yang tak penting juga apakah memiliki gagasan (visi); pemimpin yang tak penting dirinya punya kemampuan (kapasitas); pemimpin yang lazim kebijakan-kebijakannya sangat tendensius (pragmatisme); selalu afiliatif dengan pemodal pengusungnya sehingga transaksional menyebabkan roda pemerintahan berjalan apa-adanya (oportunistik).

Tetapi pemimpin organik benar-benar di tempa oleh waktu, ada proses yang ia lalui, banyak momentum, pengalaman, perjuangan politik di dapati. Pemimpin yang benar-benar teruji oleh benturan kiri-kanan romantika. Pemimpin yang benar-benar memiliki kapasitas sebagai politisipatoris. Keudukan atau posisi pemimpin organik berada satu level di atas kepemimpinan sintetik (buatan). Dan karena asli bukan polesan, seperti pangan generik mempunyai kemampuan penyembuhan yang paling ampuh kendatipun penyakit sudah akut.

Originalitas Politik IDP

Deskripsi di atas mencoba menarik garis mikro untuk menjawab persoalan makro kegalauan publik seputar kepemimpinan. Ingin menunjukkan suatu hal yang asli, original, atau keotentikan kepemimpinan dari seorang Indah Damayanti Putri.

Memang tidak banyak orang yang memiliki kualifikasi pemimpin organik. Orang yang dikategorikan pemimpin organik adalah orang yang memenuhi kriteria menimal sepak terjang (historiografi) politiknya harus sarat dengan perjuangan dan cita-cita.

Dan IDP harus di akui historiografi politiknya, dokumentasi atau rekaman pengalaman mendampingi mendiang suaminya alm. Ferry Zulkarnain adalah syarat awal yang paling dasar, instrumen lingkungan regenerasi atau situasi kolektif yang menempa dia masuk dalam kualifikasi organik. IDP telah di tempa secara kolektif, ini merupakan konsep kepemimpinan yang organis, pemimpin yang mencul karena telah memiliki visi kepemimpinan.

Siapa yang tak mengenal sepakterjang alm. Ferry Zulkarnain, sedaratan kepulauan Sumbawa tahu dia seorang keturunan Sultan yang bermetafora menjadi politisi kawakan. IDP di desain dari nol oleh sentuhan tangannya, seperti tukang bengkel yang merakit kepingan-kepingan besi sehingga kemudian menjadi mesin yang pakem. Kerbesamaan dengan mendiang suaminya melahir kecerdasan organik yang bahkan bisa melebihi kecerdasan individu gen politik sang suami. Sebab konsep pemimpin yang tumbuh organis jauh lebih dulu matang, bahkan daripad pertumbuhan institusi politik itu sendiri.

Pengalaman merupakan guru yang amat berharga. Tentu saja memang tidak mengherankan dia matang, dan ulet karena berpuluhan tahun ikut bergelut dalam pergulatan dinamika kehidupan politik di waktu merajut bahtera rumah tangga dengan alm. Ferry Zulkarnain. Alam ini yang kemudian mendidiknya, menentukan perjalanan karir politik yang mengantarkan IDP menjadi anggota DPRD hingga Bupati.

Fakta ini menjadi mahal, sukar untuk di tiru oleh kebanyakan orang, mereka-mereka yang tampil di ruang publik setelah memang mendapatkan fasiltas, modal atau warisan hebat. IDP pada waktu itu boleh saja bergelimang posisi, namun sebuah formulasi sederhana mengatakan bahwa pemimpin organis sangat berbeda dengan posisi.

Kepemimpinan organik IDP semacam antitasa dari kemimpinan masa silam. IDP tidak tersandera oleh cara politik lama, berada di jalan yang berbeda namun menjaga sirkulasi kepemimpinan yang sudah lalu-lalu. Dia menambal segala kekurangan dari pilihan bijaksana penguasa-penguasa lama, maupun raja-raja dulu. IDP berpendirian inklusif tidak diktatorial. Maka disnilah dalam bahasa popular menyebutkan IDP adalah pemimpin alternatif. Wallahu A'lam bissawab.*Penulis: Mujamin Jassin*

×
Berita Terbaru Update