Pimpinan DPRD NTB yang diwakili Wakil Ketua Komisi V DPRD NTB, HMNS Kasdiono, Kabag Humas Biro Humas Setda NTB, L Ismunandar, Forum Wartawan DPRD NTB berpose bareng dengan Ass Pemerintahan dan Kesra Pemkot Surakarta di Kantor Walikota Solo, Jum'at 27 November 2018.
Surakarta, Garda Asakota.-
Sebagai salah satu Kota yang tidak
memiliki luas wilayah yang luas yakni sekitar 44 km² dan jumlah penduduk sekitar 570-an ribu jiwa, Pemerintahan Kota (Pemkot)
Surakarta atau Pemerintah Kota (Pemkot) Solo Provinsi Jawa Tengah, fokus dalam
mengembangkan Wisata Budaya atau Wisata Cagar Budaya dan wisata kuliner sebagai
salah satu aspek potensi meraup income daerah di bidang Kepariwisataan.
“Jadi objek wisata di Kota Solo itu
adalah Cagar Budaya yang merupakan peninggalan Zaman Keraton Surakarta atau
peninggalan kolonial Belanda. Destinasi Wisata di Kota Solo itu tidak ada
destinasi wisata yang lain seperti destinasi wisata pantai, wisata gunung atau
wisata lainnya. Kami hanya memiliki benda-benda cagar budaya dan kegiatan seni
budaya baik itu seni tari, seni wayang, dan karya seni lainnya yang merupakan
hasil kreasi manusia. Ini yang menjadi Icon Kota Solo sebagai Kota Budaya,”
jelas Walikota Solo melalui Assisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda
Kota Surakarta, Said Ramadhan, dihadapan rombongan studi banding Pimpinan DPRD NTB yang diwakili Wakil Ketua Komisi V DPRD NTB, HMNS Kasdiono, Biro Humas Setda Provinsi NTB, dan Forum
Wartawan DPRD NTB, saat menggelar studi banding di Pemerintahan Kota Surakarta,
Selasa 27 November 2018.
Di Kota Solo, menurutnya, potensi
karya seni dan atau budaya ini benar-benar digalakan sebagai salah satu income
daerah. Sehingga menurutnya, sebagai salah satu bentuk pengembangan karya seni
dan budaya di Kota Solo, dibangun suatu Musium yang memamerkan hasil karya seni
dan atau budaya yang merupakan hasil kreasi dari para seniman daerah seperti
Musium Batik, Museum Keris.
“Dan ada juga Museum tertua di
Indonesia yaitu Museum Radya Pustaka yang didirikan oleh Kanjeng Raden Adipati
Sosrodiningrat IV pada 18 Oktober 1890. Jadi Kota Solo ini dalam aspek kesenian
dan kebudayaan merupakan gudangnya,” ujar Said Ramadhan.
Dalam mengembangkan aspek
kepariwisataan di Kota Solo, Pemerintahan Kota Solo, menurutnya, terus
mengembangkan berbagai inovasi dan kreativitas tertentu agar kunjungan
wisatawan di Kota Solo makin meningkat.
“Selain itu ada agenda tetap
Pariwisata Budaya yang tetap dilakukan atau diagendakan setiap bulannya di Kota
Solo. Dan terkadang setiap event budaya itu melibatkan juga dari Provinsi yang
ada di Nusantara. Dan di setiap Kelurahan itu ada event atau jadwal Festival
Budaya nya, ada kirab budaya, dan diharapkan tiap tahun itu ada tampilan bersifat
berbeda dan inovatif untuk menarik wisatawan atau pengunjung,” ungkapnya.
Selain itu ada pementasan Teater dan
Craft atau kerajinan-kerajinan dari berbagai jenis produk, belum lagi aspek
wisata kulinernya yang tidak kalah dari tempat-tempat lain.
Dengan tingkat PAD yang mencapai
angka Rp500 Milyar yang bersumber dari berbagai potensi pendapatan pajak dan
retribusi, Kota Surakarta juga juga fokus dalam mengembangkan dan memberikan
perlindungan terhadap ribuan UMKM dibawah leading sector Dinas Koperasi dan
UMKM. Usaha Menengah Kecil Masyarakat ini, menurutnya, tidak mengenal akan
resesi ekonomi. Oleh karenanya, Pemkot Surakarta memberikan kemudahan terhadap
akses perizinan dan permodalan terhadap tumbuhnya UMKM ini.
“Ada dua semboyan yang digunakan
dalam mendorong semangat berkembangnya UMKM ini yakni “Lure” yang bersumber
dari prinsip hidup orang Jawa yang bermakna Lurus dalam Pengabdian dan Etos
dalam Pelayanan. Dengan menggunakan semboyan ini, perijinan itu tidak lagi
memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Sekarang satu sampai tiga
hari, perijinannya jadi. Dan memberikan bantuan permodalan terhadap UMKM dengan
tingkat bunga yang sangat murah dari dua Bank Daerah. Bahkan untuk membangun
IKM atau UMKM yang nilainya kurang dari Rp500 juta itu, perizinannya diserahkan
kepada Pemerintah Kecamatan,” jelasnya.
Disamping itu, menurutnya, Pemkot
Surakarta intens mengajak para pelaku UMKM ini untuk mengikuti
kegiatan-kegiatan pameran yang digelar di luar Surakarta seperti di Jakarta
atau di daerah lain. Sementara untuk di Kota Solo sendiri kerap dilakukan
pameran-pameran inti sebagai ajang UMKM ini memamerkan usaha-usaha
kerajinannya.
“Sehingga mereka sendiri mampu
melakukan kegiatan nya sendiri dengan mandiri,” cetusnya.
Dampaknya, angka pengangguran di Kota
Solo itu tiap tahunnya terus mengalami penurunan akibat dari dorongan
Pemerintah kepada masyarakatnya agar terus belajar atau mengasah daya
kreativitasnya dalam mengolah potensi apapun untuk menjadi suatu bahan
kerajinan.
“Angka pengangguran terus mengalami
pengurangan begitu pun angka kemiskinan juga terus menerus mengalami penurunan,”
cetusnya.
Mempertahankan Kota Solo dengan
seabrek keunggulan yang dimiliki menurutnya bukan lah suatu hal yang mudah.
Perlu dilakukan evaluasi yang terus menerus dari para pemangku kebijakan yang
ada di Kota Solo. Selain itu, intensitas koordinasi antara Pemerintah dengan
para stakeholder atau para pelaku usaha juga harus bisa dipertahankan.
“Terus menumbuhkan partisipasi
masyarakat dalam kerangka ikut bersama membangun daerah dengan memberikan porsi
anggaran yang berbasiskan masyarakat. Disamping itu, peningkatan SDM di
Pemerintahan juga harus dilakukan karena setiap tahun SDM itu menurun akibat
banyak yang pensiun dan akibat moratorium pengangkatan ASN,” pungkasnya. (GA.
Ese*).