Ketua Gerakan Muda NTB, Muhammad Zukhro, bersama tokoh dan ulama NTB, Senin 16 Juli 2018.
Mataram, Garda Asakota.-
Tuan Guru Bajang (TGB) atau yang memiliki
nama asli DR TGKH Muhammad Zainul Majdi, namanya kini meroket diperbincangkan
ditingkat Nasional. Pria yang juga merupakan Gubernur NTB dua (2) periode ini,
disamping dibahas karena berbagai prestasinya dalam memimpin NTB, juga dibahas secara
Nasional sebagai salah satu figur yang akan menyalonkan diri sebagai Calon Presiden
RI dan atau Calon Wakil Presiden RI. Terakhir, kontroversi soal TGB yang kini
ramai diperbincangkan di Tanah Nusantara adalah menyangkut statemen TGB soal
dukungannya terhadap Presiden RI Jokowi untuk melanjutkan kepemimpinannya di
NKRI dua periode.
“Saya merasakan tidak cukup lima
tahun mengeksekusi keutuhan visi dan misi program. Jadi butuh waktu yang
relatif cukuplah, dua periode,” kata TGB pada sejumlah wartawan berbagai media,
5 Juli 2018, lalu.
Terang saja, sikap TGB yang mendukung
Jokowi dua periode ini memantik rasa kekecewaan dari berbagai kalangan
khususnya para tokoh dan ulama yang menjadi partner TGB dalam berjuang seperti
para tokoh yang tergabung dalam persatuan alumni 212. “Akan kami coret kalau
memang dia positif mendukung Jokowi. Karena buat kami, itu harga mati untuk
tidak mendukung Jokowi,” kata Novel sebagaimana ditulis sejumlah wartawan
media.
Sikap TGB yang mendukung Jokowi dua periode ini juga memantik kemarahan pimpinan besar Partai Demokrat yang dipayungi mantan Presiden RI, SBY, dan kabarnya akan mencoret nama TGB dari Partai Demokrat. Kabar terakhirnya, TGB dikabarkan akan merapat ke Partai Nasdem besutan Surya Paloh.
Di NTB sendiri, sejumlah tokoh-tokoh
di Negeri Seribu Masjid ini, menyambut positif dan mendukung langkah TGB yang
menjagokan Jokowi dalam kancah Pilpres mendatang. Bahkan sejumlah tokoh ini
mengecam adanya tuduhan-tuduhan yang tidak mendasar dari sejumlah pihak atas
sikap politik yang telah dipilih oleh TGB.
“Kami memandang pilihan politik
Gubernur TGB mendukung Jokowi sebagai Presiden RI dua periode adalah pilihan
yang sangat-sangat realistis melihat perkembangan pembangunan infrastruktur dan
dukungan pusat sangat masif di NTB semenjak Jokowi menjadi Presiden dibandingkan
dengan Presiden sebelumnya,” kata Ketua Gerakan Muda NTB, Muhammad Zukhro, saat
menggelar acara Konsolidasi Masyarakat NTB bersama Tokoh dan Ulama di Narmada
Convention Hall Kota Mataram, Senin 16 Juli 2018.
Sejumlah tokoh-tokoh dan ulama yang
hadir di acara Konsolidasi Masyarakat NTB tersebut yakni Prof Dr Zainal Asikin, Prof Dr Idrus, Prof Dr Masnun
Tohir, Sekretaris Dewan Tanfidziyah Nahdatul Wathan, TGH Irzani, dan Sekretaris
Dewan Tanfidziyah NU Provinsi NTB, HL Winengan.
Dukungan TGB untuk Jokowi Dua
Periode, menurut para tokoh ini merupakan suatu pilihan politik yang benar dan
tepat serta tidak berkaitan dengan soal Agama. Mereka pun menyayangkan berbagai
kecaman yang dilontarkan oleh berbagai pihak terhadap sikap TGB tersebut
khususnya yang dilontarkan oleh PA 212.
“Soal kadar tingginya keimanan antara Jokowi dan Prabowo itu hanya Alloh saja yang tahu. Jokowi itu adalah seorang Muslim dan beliau adalah seorang Muslim yang baik. Oleh karena itu kami minta agar para ulama tidak memakai ayat-ayat perang dalam menghadapi kontestasi Pilpres ini karena sudah tidak sesuai konteks lagi. Kami harap ulama ini agar bisa bersatu kembali,” kata pria yang juga disebut dengan Datuk Sasak.
“Soal kadar tingginya keimanan antara Jokowi dan Prabowo itu hanya Alloh saja yang tahu. Jokowi itu adalah seorang Muslim dan beliau adalah seorang Muslim yang baik. Oleh karena itu kami minta agar para ulama tidak memakai ayat-ayat perang dalam menghadapi kontestasi Pilpres ini karena sudah tidak sesuai konteks lagi. Kami harap ulama ini agar bisa bersatu kembali,” kata pria yang juga disebut dengan Datuk Sasak.
Prof Dr Zainal Asikin juga berharap
agar semua pihak tidak mencampur adukan antara politik dengan agama. “Karena
ada teori murni dari Hans Kelsen yang mengatakan jika kita berbicara soal
politik maka letakan ranahnya itu pada politik. Dan kalau kita berbicara agama
maka letakan soal itu pada agama. Nah kalau TGB secara politik bicara mendukung
Jokowi sebagai Presiden dua periode ini, maka letakan itu sebagai jalan politik.
Jangan kemudian hal itu dikaitkan dengan agama dan menuduh TGB telah berada di
jalan yang tidak sesuai agama. Ini jelas-jelas penilaian yang keliru dan salah
karena telah mencampur adukan antara politik dengan agama,” pungkasnya. (GA. 211/215*).