Mataram,
Garda Asakota.-
Memasuki musim hujan bulan November hingga puncaknya pada Desember nanti, Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara 1 (BWSNT-1) telah membentuk Tim Penanggulangan Bencana BWSNT-1. Tim Gerak Cepat Penanggulangan Bencana Banjir yang dibentuk ini menurut Kepala BWSNT-1, Ir. Asdin Julaidy, MM MT, akan dilengkapi dengan dua (2) alat eksavator amphibi yang memiliki kemampuan mengapung diatas air dan berfungsi untuk membersihkan serta melancarkan kembali arus sungai yang tersumbat akibat dari banyaknya tumpukan sampah, kayu maupun material yang dibawa oleh arus banjir dan menyumbat kelancaran arus sungai.
Ir. Asdin Julaidy, MM MT,
“Dua alat eksavator amphibi ini satu ditempatkan di Pulau Lombok dan satunya lagi ditempatkan di Pulau Sumbawa,” kata Asdin kepada wartawan media ini, Selasa 14 November 2017.
Dua alat eksavator amphibi ini
menurutnya merupakan bantuan alat dari Pemerintah Pusat, meski diakuinya dua
alat ini jumlahnya masih sangat terbatas. Namun pihaknya berjanji dengan Tim
yang dibentuknya akan melakukan kerja yang optimal sesuai dengan kemampuan yang
ada untuk mengurangi terjadinya sumbatan-sumbatan di daerah aliran sungai
sembari pihaknya mengaku akan berupaya meminta penambahan dua alat eksavator
amphibi tersebut ke Pemerintah Pusat.
Menurut Asdin, keadaan sungai di NTB saat sekarang ini 70 % nya sudah dilakukan normalisasi. Khusus di wilayah Kota Bima yang pada tahun 2016 lalu mengalami keadaan banjir yang parah, sekarang menurutnya keadaannya sudah agak lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Hanya saja, pihaknya mengaku masih banyak sungai-sungai yang dilintang oleh jembatan yang masih memiliki pilar-pilar ditengah jembatan itu yang berpotensi menumpuk sampah dan menyumbat aliran air sungai ketika banjir. “Oleh karenanya kami berupaya menghadirkan alat eksavator amphibi ini guna mengurai terjadinya penumpukan sampah, kayu serta material lainnya yang terbawa arus banjir dan menyumbat aliran air sungai,” paparnya.
Asdin juga berharap agar masyarakat kembali melakukan penghijauan terhadap wilayah-wilayah gunung yang kondisinya sudah sangat kritis karena sudah tidak ada lagi pohon-pohon yang bisa meresap air. “Sebenarnya hutan itu memiliki fungsi sebagai kawasan penyangga untuk meresap air hujan. Kalau gunung-gunung sudah pada gundul dan kritis, maka sudah barang pasti air hujan yang turun itu tidak ada lagi yang meresap dan menyimpannya. Air hujan langsung turun deras ke kawasan datar ,” gugahnya. BWSNT-1 menurutnya pada akhir bulan November ini akan melakukan program penghijauan di Kabupaten Sumbawa sebagai upaya untuk menggugah hati masyarakatdan pemerintah daerah kita agar mau menanam kembali pohon dan menghijaukan kembali wilayah-wilayah yang telah gundul. (GA. Imam*).