-->

Notification

×

Iklan

Resensi Buku Cerita Depta, Me (maksa) Lepas

Friday, November 10, 2017 | Friday, November 10, 2017 WIB | 0 Views Last Updated 2017-11-11T01:20:02Z

            Mita menyandarkan kepalanya di bahu Depta. Depta kembali terdiam. Terbayang lagi pikiran tadi. Tapi kini ia cukup tenang. Setidaknya keberadaan Mita di sisinya, membangunkan keyakinannya yang kokoh. Bahwa mencintai hanya persoalan yakin. Seseorang yang mencintai seperti petani, menanam benih dan terus memupuk kesetiaan pada bumi. Depta menarik napas dalam-dalam setiap kali pikiran itu menghadang. Digenggamnya tangan kekasihnya, dilihatnya selintas wajah yang bening kemuning sesekali disinari lampu senja. Dingin berembus didalam kereta. Peluit masinis kembali melengking. Depta bergumam, "Mungkin aku menuntut semua kejelasan dengan begitu cepat. Kenyamanan, keterbukaan, kecemasan bahkan ketakutan sekalipun. Aku tidak pernah menyalahkan semuanya, karena semua itu soal rasa. Aku sudah berada pada titik ini. Titik yang membuatku tidak ingin berpaling pada keadaan yang lain. Semoga kamu juga merasakan hal yang sama, yaitu cinta."
Buku ini merekam lebih jauh dari yang kita kira. Siapa sangka, lima menit paling berharga untuk masa depan hubungan mereka terenggut oleh keegoisan salah seorang di antara keduanya. Lalu bagaimana mereka bertahan, ketika perpisahan menguntit di belakang mereka? Me(maksa)lepas adalah jalan yang paling mungkin untuk menemukan jawabannya.
Buku ini ditulis oleh Khairul Farid dengan tokoh bernama Bima Adira Prakarsa. Bima adalah seorang penyendiri yang melankolik dengan kertas-kertas yang selalu dicorat-coretnya sesuka hati. Bisa dikatakan jika ia seorang yang mempunyai hobi aneh. Bima menceritakan kisah temannya yang bernama Depta Saskara Prakasra atau Depta biasa dipanggil yang berjuang mati-matian mendapatkan kebahagian sekaligus mencenangkan.

          Depta merupakan seorang mahasiswa disalah satu universitas swasta di jogja. Ia bertemu dengan seorang mahasiswi yang bernama Mita Desti salviani atau yang akrab dipanggil Mita oleh teman-temannya juga. Tanpa sadar, Depta Dan Mita ternyata satu naungan di universitas yang sama, hanya saja berbeda jurusan. Berawal dari itu mereka berkenalan, menjalin hubungan, saling mengucap satu janji kebahagiaan dan berikrar untuk saling tak ingkar. Saat itu juga Depta merasa ada yang harus diperjuangkan dalam hidupnya. Seseorang yang tidak hanya menemaninya susah ataupun senang, tapi menjadi bagian dari mimpi-mimpi dan masa depannya. Buku ini tidak hanya mengisahkan tentang gentingnya hubungan mereka, tapi terdapat kisah menarik mengenai arti sebuat persahabatan dan kekeluargaan.
Depta dan Mita Hampir 5 tahun lamanya mereka menjalin hubungan dan telah disetujui oleh kedua orangtua dan keluarga masing-masing. Hampir selama 5 tahun lamanya juga mereka pacaran berbagai masalah selalu menghadang. Tidak hanya mereka, saya ataupun kita yang menjalin hubungan selalu dihadapkan berbagai masalah. Salah satu kutipan yang menarik pada buku ini ialah "perlu diketahui, semua pasangan mempunyai masalah tersendiri. Hanya saja mereka berani menghadapi, bijak menyikapi tanpa mengakhiri". (Hal.175).

          Selama 5 tahun mereka pacaran, berbagai kisah romantis dan lucu seakan melengkapi dan selalu mendiami ingatan mereka. Kekompakan serta keserasian membuat mereka semakin percaya bahwa jodoh adalah bukti dari sebuah usaha yang semestinya harus saling memperjuangkan, bukan salah satu yang memperjuangkan. Kutipan yang terasa sangat menyentuh dari kecerdasaan sosok Depta ketika ia mengungkapkan perasaannya pada Mita yaitu "hanya satu yang membuat kita seperti ini, yaitu dipertemukan. Aku percaya pada takdir tuhan. Dua insan tidak mungkin dipertemukan tanpa maksud dan tujuan. Kita hanya bisa berkehendak. Tuhan punya rencananya sendiri. Siapa tahu kita adalah bagian dari rencana tuhan.”

           Setelah kedua tokoh utama tersebut selesai penempuh pendidikan di universitas yang sama, ibunya mita terang-terangan menyuruh Mita menyapaikan pada Depta agar hubungan mereka tidak hanya untuk kebahagiaan sesaat. Saat itu juga Depta memperjuangkan tidak hanya meyakinkan Mita dan kedua orangtuanya tetapi Depta juga berjuang meyakinkan kedua orangtua dan menyatukan semua pemikiran keluarganya untuk memilih Mita menjadikan pendampingnya sampai akhir hayat.
             Saya terharu dengan sosok seorang ibunda depta menjadi maha guru kehidupan sebenarnya yang selama ini ketika Depta tumbuh dewasa belum pernah mendapati nasihat yang berisi untuk melepas anaknya memilih sosok perempuan yang akan mendampingi hidupnya. Akhirnya hubungan mereka disetujui oleh kedua orangtua dan keluarga masing-masing. Dengan adanya kata "persetujuan", hubungan Depta dan Mita semakin melekat. Seperti tidak akan pernah terlupakan dalam ingatan untuk mereka menyegerakan dalam ikatan kebahagiaan yang sebenarnya.
Hingga tahun ke 5, Mita dengan tiba-tiba mengakhiri hubungan tanpa alasan yang jelas. Masalah yang sebenarnya dianggap biasa dan tidak dipermasalahkan sama sekali tidak bisa terselesaikan dengan baik dan bijak. Depta terus mencoba mempertahankan hubungan yang selama ini ia bangun bertahun-tahun. Mita tetap saja kokoh pada pendiriannya untuk tidak bisa melanjutkan hubungannya dengan Depta. Sampai-sampai Depta telah kehabisan akal membujuk Mita untuk tetap mempertahankan. Saat itu juga ibunda Depta seakan tidak menaruh hati pada tempatnya, ia memohon kepada orangtua mita agar hubungan Depta dengan Mita tetap dipertahankan. Lagi dan lagi tetap saja hasilnya tidak membaik. Satu sisi Depta sangat bingung dengan masalah yang dihadapinya serta masih mempertanyakan dan disisi lainnya Mita kembali meragukan depta mengenai jarak serta Mita saat itu dengan sadar menyatakan bahwa dari awal ayahnya tidak menyetui kedekatan Depta denganya karena depta orang jauh berasal dari Jakarta sedangkan mita berasal dari Jawa Tengan tepatnya Klaten. Ayahnya tidak ingin jika menikah nanti Depta membawa Mita ke Jakarta dikarenakan mita merupakan anak tunggal. Padahal dari awal sebelum persetujuan kedua belah pihak, Depta, orangtua dan keluarganya telah mengalah jika Depta akan tinggal dan mengikuti mita.
  
          Muncul berbagai penyataan dari beberapa orang terdekat Mita yang salah satu teman-temanya bahwa Mita kembali menjalin hubungan dengan seseorang yang pernah mendiaminya dimasa lalunya. Depta pun mendapati hal serupa bahwa Mita memang menjalin kembali hubungan dengan seseorang dimasa lalunya. Depta kembali mempertanyakan hal tersebut dan mita selalu mengelak bahwa ia tidak menjalin kembali hubungan seseorang yang mendiaminya dimasa lalunya.
Hingga pada titik dimana Depta tengah pasrah dengan kisahnya dan tidak lagi mencari tahu tentang hal apa yang sebenarnya terjadi. Ia meyakini jika suatu saat Tuhan telah merancang kisahnya yang lebih indah dan masalah yang ia hadapi dan masih dipertanyakan akan menjadi sebuah alasan yang patut ditertawakan.
Kelebihan buku ini ialah ketika dibaca feel-nya sangat benar-benar terasa. Hanyut dan seakan ikut merasakan jalan cerita didalamnya. Penyajian bahasanya pun hidup dan mengalir serta mudah dipahami. Quotes pada setiap bab sangat menarik serta beberapa foto yang dilampirkan membuat pembaca penasaran dengan bab selanjutnya dan juga mengajarkan jika segala sesuatu yang kita miliki tidak untuk berlebihan. Bisa jadi kita menginginkan sesuatu tersebut dengan keyakinan kita, tapi belum tentu orang lain bisa menginginkan hal yang sama dengan apa yang kita pikirkan.
  
           Kekurangan buku ini Masih ada beberapa penulisan yang salah dan kutipan yang sama pada beberapa bab. Usahakan untuk menyajikan konflik yang lebih bervariasi serta konflik yang sebenarnya terjadi. Saran yang bisa saya simpulkan dari buku ini ialah kisah yang mengajarkan kita tentang arti dari juang yang sebenarnya. direkomendasikan untuk wajib membaca buku ini karena sangat bijak dalam menghadapi masalah*.

Penulis Buku Khairul Farid
Penerbit : Kaki Kata
Jumlah Bab : 16 Bab
Tebal Buku : Rp. 55.000,- ISBN : 978-602-9922-96-5
Khairul Farid
TTL: Tawali, 3 juni 1993 (24 thn)
Asal: Desa Tawali, Kec.Wera
Orangtua: Mustakim (Ayah), Hartini (Ibu), Anak pertama dari 4 bersaudara.
Lulusan: Perawat (S.Kep.,Ns) Stikes Jend. A. Yani Yogyakarta.  Saat ini bekerja sebagai Perawat disalah satu RS Swasta di Yogyakarta. Selain bekerja sesuai dengan profesi, dipercaya untuk bekerja di Penerbit Pustaka Senja Purwokerto Jawa Tengah sebagai Layouter.

×
Berita Terbaru Update