Mataram, Garda Asakota.-
Presiden RI, Joko Widodo, mengaku
setiap kali berada di tengah-tengah para kaum Nahdiyyin selalu merasakan
suasana yang dingin dan sejuk. “Begitu saya masuk tadi, suasana yang saya
rasakan itu adalah suasana yang dingin dan sejuk. Apalagi berada ditengah-tengah
para alim ulama NU. Begitu juga pas masuk ke pesantren-pesantren NU juga
suasananya sama yaitu dingin dan sejuk,” ungkap Joko Widodo saat menyampaikan
sambutannya diacara Munas Alim Ulama dan Koferensi Besar Nahdlatul Ulama Tahun
2017 yang digelar di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center Kota Mataram Provinsi
NTB, Kamis 23 November 2017.
Kenapa seperti itu?, Joko Widodo
mengaku hal ini juga dirasakan bukan hanya oleh dirinya saja akan tetapi juga
dirasakan oleh masyarakat lainnya bahkan dari Negara-negara lain turut
merasakan hal yang sama seperti pengalaman yang diceritakannya kepada Presiden
Afghanistan Ashraf Ghani bahwa Negara Indonesia memiliki 17 ribu pulau, 714
suku, 1.100 lebih bahasa local, dan agama yang bermacam-macam.
“Tetapi supaya Presiden Ghani tahu,
bahwa Indonesia adalah Negara yang penduduk Muslimnya terbesar di dunia dengan
87 persen penduduknya adalah Muslim. Dan itu banyak dari Negara-negara lain
yang belum tahu, makanya terus saya ulang-ulang dan saya sebut begitu. Dan
tindak lanjut dari pertemuan itu, dua hari yang lalu hadir ke Indonesia, dengan
kekagumannya terhadap kebersatuan kita, ukhuwah wathaniah yang kita bangun,
beliau mengirimkan tim besar ke Indonesia bersama 35 ulama Islam dan
tokoh-tokoh besar di Afghanistan untuk melihat sendiri keadaan ukhuwah Islamiah
dan ukhuwan wathoniah di Indonesia secara langsung dengan mengunjungi langsung
NU dan berkunjung ke pesantren-pesantren,” ujarnya.
Menurutnya, Tim Besar dari Negara
Afghanistan itu mengaku sangat kagum dengan kebersatuan masyarakat Indonesia
meski terdiri dari beribu pulau, suku, bahasa serta agama yang berbeda akan
tetapi masyarakat Indonesia tetap bersatu. “Sementara di Afghanistan itu hanya
ada 7 suku dan ketika terjadi konflik antara suku, masing-masing suku yang satu
membawa kawannya dari luar dan perang itu telah berlangsung sejak tahun 1973
atau sudah terjadi selama 40 tahun. Oleh karenanya Presiden Afghanistan meminta
kepada Indonesia agar mau menjadi mediator untuk memediasi pertikaian yang
terjadi di Afghanistan. Dan saya sampaikan, Bismillah, saya sanggupi,”
cetusnya.
Negara Indonesia, menurutnya,
dilihat oleh Negara Luar itu sebagai Negara yang netral atau Negara yang tidak
memiliki kepentingan terhadap Negara lain. “Negara yang dingin dan sejuk dan
itu juga disebabkan oleh Organisasi terbesar di Indonesia adalah Nahdatul Ulama.
Oleh karena itu, kami sangat berharap agar dalam Munas ini bisa dibahas dan
disampaikan kepada kami rekomendasi-rekomendasi terutama yang berkaitan dengan
Pemerintah agar kami bisa menindaklanjuti terutama yang berkaitan dengan
radikalisme, ekonomi ummat, redistribusi asset,” pungkasnya. (GA. Imam*).