Kota Bima, Garda Asakota.-
Tahun ini Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian dan Peternakan Negeri (SMKPPN) Bima yang berlokasi di Kelurahan Jatiwangi Kecamatan Asakota Kota Bima mendapatkan gelontoran dana milyaran rupiah untuk pekerjaan pembangunan infrastruktur pendidikan. Anggaran ini bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) APBN Pusat Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. "Dari dana milyaran rupiah tersebut terbagi dalam dua cluster atau jenis pekerjaan yaitu bangun baru dan pekerjaan rehab," ungkap Kepala SMKPPN BIMA,Drs. A. Jalal, pada wartawan, Kamis (19/10) di sela-sela melihat proses pekerjaan proyek di sekolahnya.
Diakuinya, untuk item pekerjaan bangun baru ada dua item yakni pembangunan pagar keliling sepanjang 1500 meter dengan biaya sebesar Rp800 san juta kemudian pembangunan satu lokal Ruang Kelas Barub (RKB) dengan biaya sebesar Rp300 san juta. Sementara itu, kata dia, untuk cluster rehab juga ada beberapa item pekerjaan yakni perbaikan infrastruktur mulai dari rehab gedung perkantoran dengan biaya sebesar Rp600 san juta, kemudian rehab ruang laboratorium sekolah dengan besaran dana Rp140 san juta dan rehab dua lokal gedung asrama sekolah dengan total biaya Rp300 san juta.
Jalal mengaku dari beberapa item pekerjaan itu pihaknya justru merasa heran lantaran kerap mendapatkan jawaban dari para pekerja maupun pelaksana proyek ketika pihaknya melihat bahwa ada fisik pekerjaan yang perlu ditata atau dibenahi lagi kualitasnya. "Kita sering katakan, tolong pak mungkin itu bisa dibenahi lagi agar fisiknya makin kuat dan bagus, hal seperti itu yang acap kali kami sampaikan. Namun selalu terdengar jawaban bahwa itu sudah sesuai gambar pak," akunya. Memang diakui pihaknya bahwa dalam pekerjaan proyek ini pihak sekolah hanya sebagai user atau pengguna saja tidak lebih dari itu. "Jadi apapun yang kami sampaikan tentu saja tak akan didengar karena kewenangan tersebut tidak kami miliki. Setiap hari kami hanya jadi penonton di rumah sendiri tanpa bisa memberi masukan," cetus Jalal.
Jalalpun menyebut salah satu contoh pekerjaan pondasi pagar keliling yang dibangun baru di belakang sekolahnya. Secara kasat mata, sambungnya, kedalaman pindasi jika dilihat hanya sedalam telapak tangan lalu kekuatan seperti apa yang bisa di harapakan pada pondasi yang seperti itu? "Padahal sudah jelas bahwa letak sekolah kami ini berada persis di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang saban tahun jadi langganan banjir. Kami heran mas, kenapa pekerjaan fisik pagar keliling sekolah di kerjakan asal-asalan seperti itu padahal yang dibangun baru itu hanya pagar bagian belakang sekolah sementara bagian depan itu hanya rehab dari total dana Rp800 san juta. Kemudian pekerjaan fisik gedung satu lokal RKB yang bangun baru dengan dana Rp300 san juta, kenapa salah satu bagian dinding RKB tersebut nebeng pada dinding gedung lama?, " gumamnya. (GA. 003*)